WaO 28

1.6K 212 7
                                    

Nayeon menepuk pelan pundak Jisoo yang melamun sendirian di bangku taman rumah mereka. Nayeon duduk disamping Jisoo yang masih membuang tatapannya entah kemana. Nayeon merasa aneh dengan sikap Jisoo tiga hari belakangan ini sejak Jisoo dan Rosé bertengkar. Walau tampak diluar mereka seperti sudah kembali seperti biasa tapi jelas ada yang mengganggu pikiran temannya ini.



"Mau cerita?"

"Aku masih belum yakin Nay."

"Yakin?"

"Rosé ingin punya anak."

"Lalu masalahnya dimana?"

"Aku masih takut Nay."

"Takut kenapa? Kamu masih ragu tentang apa? Tentang masa depan kalian? Tentang hubungan kalian? Aku tidak melihat ada masalah disana Jisoo. Jadi tentang apa?"

"Itulah masalahnya Nay. Bagaimana kalau kami punya anak dan dia bertanya kenapa dia punya dua ibu? Dimana ayahnya? Apa yang harus aku jawab Nay? Kami mungkin bisa mengacuhkan bagaimana pandangan orang lain pada kami tapi bagaimana dengan anak kami nanti?"

"Dan kamu baru berpikir sekarang?"

"Baru terpikirkan Nay."

"Jisoo, anak kecil mereka lebih pintar, mereka bisa merasakan mana kasih sayang yang tulus untuk mereka dan yang tidak. Jika mereka bertanya jelaskan secara jujur, semakin mereka dewasa mereka bisa menilai sendiri tapi ingat semua kembali lagi bagaimana kita mendidik mereka sejak mereka kecil jadi usahakan selalu jujur pada mereka. Dan jangan takutkan hal yang tentu terjadi. Rosé mungkin terlihat biasa saja tapi aku pribadi bisa melihat kalian tidak baik-baik saja."

"Aku sudah mengecewakannya."

"Itu tidak enakkan? Kamu masih belum terlambat buat memperbaikinya Ji. Sekali lagi Ji, jangan terlalu takut, selalu percaya pada Rosé dan dirimu sendiri. Kalian berdua dari keluarga mapan tapi kalian sanggup bertahan hidup dengan cara kalian masing-masing dan tidak mengandalkan harta orang tua kalian. Kalian sudah terbiasa menghadapi bagaimana kerasnya hidup jadi kenapa harus takut dengan hal yang belum ada. Dan aku tahu anak kalian pasti tidak akan jauh berbeda dengan kalian, mereka pasti kuat."




Jisoo membuang lagi pandangannya kedepan menghindari mata Nayeon karena matanya saat ini mulai terisi buliran airmatanya. Nayeon berdiri dan meletakkan satu tangannya di pundak Jisoo yang mendongak kearahnya.

"Aku lebih suka melihat kalian ribut seperti biasa."




Jennie membantu Tzuyu membereskan meja makan setelah mereka selesai makan malam, pandangan Tzuyu mengikuti Jisoo yang berjalan masuk kedalam ruang kerja pamannya sementara Rosé keluar dari pintu dapur menuju bangku taman. Tzuyu menggaruk kepalanya, ini sudah kesekian kalinya dari beberapa hari belakangan ini pasangan aneh ini bersikap semakin aneh. Tzuyu menahan tangan Jennie yang akan mengangkat piring kotor.



"Kak, sudah bicara dengan Rosé?"

"Belum, memang kenapa?"

"Kak, emang ngga lihat? Pasangan itu makin hari makin sepi tidak ribut seperti biasa."

"Iya juga sih. Tapi bukannya itu bagus?"

"Kok bagus kak? Kalau pasangan ini diem itu ngga bagus sama sekali, kalau pasangan lain mungkin bagus tapi tidak berlaku untuk mereka."

"Maaf aku masih tahap belajar mengenal adikku lebih baik."

"Jangan meminta maaf kak, sekarang lebih baik kakak temani Rosé di taman tu, ini biar aku sendiri yang selesaikan. Bentar lagi juga Nayeon datang bantuin."



We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang