WaO 22

1.8K 266 18
                                    

Chaeyoung segera menarik lengan Jisoo menjauh dari orang-orang yang masih asing untuknya. Apakah dia sudah tidak bangun selama satu tahun kenapa semua sudah berubah sangat cepat saat ini. Dan kata-kata Jisoo tadi, menikah, mereka sudah menikah? Tidak-tidak bukan mereka tapi Rosé dan Jisoo menikah. Jisoo melepaskan tangan Chaeyoung yang terlalu erat menggenggam lengan tangannya.


"Jelaskan padaku Jisoo, aku pusing."

"Mau darimana? Kita kekamar dulu, aku tidak mau yang lain mendengar apa yang kita bicarakan."


Chaeyoung mengikuti Jisoo menuju ke kamar mereka dan mendapat tatapan mata hampir semua penghuni rumah ini terutama laki-laki yang dia tahu satu-satunya orang yang masih bisa dia ingat jika dia adalah orang yang membantunya dulu, selain itu Chaeyoung tidak tahu siapa mereka semua.


"Bagaimana bisa kalian menikah? Dan siapa mereka Ji?"

"Ya tentu saja bisa Chaeyoung, aku dan Rosé sudah... sudah.."

"Sudah apa bodoh? Jangan bilang kalian sudah jatuh cinta. "

"Ya memang begitu kenyataannya."

"Dulu pakai ngles bilang ngga sekarang ngga tahu malu bilang emang kenyataannya. Siapa yang berani nyatain duluan?"

"Rosé."

"Daebak!! Bangga aku pada diriku sendiri. Yang lamar siapa?"

"Aku."

"Cih, jangan bohong Kim Jisoo. Tidak mungkin kamu yang lamar Rosé."

"Yak, memang aku duluan yang ajakin dia nikah. Memang kenapa? Apa salahnya kalau emang aku yang duluan?"

"Yak mau ditaruh dimana harga diriku."

"Yang nikah itu kan aku dan Rosé kenapa kamu yang ribet sih."

"Bodoh, Rosé itu aku jadi wajar saja kalau aku ikut ribut. Ini sangat memalukan untukku, jatuh harga diriku."

"Ngga penting banget sih, kamu mau protes kayak apa juga percuma, udah terjadi, kami sudah resmi, titik."


Jisoo benar-benar malas menghadapi sikap Chaeyoung, Jisoo memilih duduk di sofa saat dia melihat Chaeyoung merebahkan dirinya diatas ranjangnya. Chaeyoung yang melihat Jisoo beranjak menuju sofa, kembali bangun dan menahan tubuh Jisoo.



"Bukannya kita udah menikah kenapa kamu kesana aku disini."

"Emang ya ngga bisa mikir, kamu mau aku dibunuh Rosé?!"

"Ck,, membosankan."

Jisoo memukul kepala Chaeyoung yang terkejut dan mengelus kepalanya yang sakit mendapat pukulan telak dari tangan mungil Jisoo. Ternyata biar kecil tapi sangat sakit, pantas saja bodyguard ibunya dulu langsung pingsan dengan sekali pukul.


"Jaga tingkahmu ya, dan ingat tubuh ini hanya punyaku, ingat itu!! Sampai aku lihat kamu gunakan buat merayu cewek lain, tanggung sendiri akibatnya."

"Ish kayak ngga inget aja dulu gimana sama aku."

"Ini mulut bener-bener ya. Untung aja kamu itu satu badan sama Rosé kalau engga habis kamu aku cincang kecil-kecil."

"Iya sudah-sudah. Cerita saja kenapa dan siapa mereka semua jangan sampai mereka bingung kalau aku tidak paham apa-apa sampai istrimu tercinta bangun. "



Jisoo menarik Chaeyoung agar duduk sampingnya dan mulai menceritakan apa yang terjadi pada mereka setelah Chaeyoung tertidur dan menjelaskan satu persatu orang yang berada didalam rumah mereka. Chaeyoung mengangguk paham dan berharap hari segera berganti agar dia bisa kembali tidur.



We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang