- 001 | Prologue

70K 3.8K 377
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



Seorang wanita terbangun dari tidur malamnya, wanita cantik itu merenggangkan seluruh ototnya yang kaku, mulutnya masih menguap dan matanya masih terpejam.

Namanya, Kiara Pahlefy.

"Bubu bangun," ucap Kiara berbicara pada seseorang disampingnya.

"Hm," ucap seorang laki-laki yang tertidur disebelah Kiara.

Siapa lagi kalau bukan, Devan Denandra.

Rasanya sudah sangat lama cerita tentang Devan dan Kiara tidak diceritakan kembali, ini tepat satu tahun setelah cerita keduanya berakhir.

Setelah kejadian satu tahun lalu Kiara dan Devan memulai kehidupan baru, di rumah lamanya. Sedangkan, kedua saudara Devan yaitu Kevin dan Mario mereka sudah tidak menetap di kota Jakarta.

Kevin bersama Ocha memutuskan untuk menetap dikota Bandung, sedangkan Mario bersama Arsen memutuskan untuk pindah ke Singapura.

Di sisi lain, hubungan Nara dan Gilang memang benar-benar berakhir ditahun itu, kini kisah mereka hanya akan menjadi satu kenangan indah semasa pendidikan di kampus Aseanic, lucu memang takdir yang diciptakan oleh semesta.

Tapi, kalau dipikirkan ulang kembali memang benar yang lama menetap bukan berarti akan terus tetap.

Cerita Nara dan Gilang pun sudah sangat ramai diperbincangkan terutama di kalangan anak fakultas kedokteran. Sekarang, Nara sedang fokus pada skripsinya sedangkan Gilang ia sudah banyak berubah setelah mengakhiri hubungannya dengan Nara, Gilang justru sedang fokus berpacaran dengan gadis bernama Alana Christyn.

Pagi ini seperti biasa Kiara akan sibuk di dapur dan Devan sudah pasti sibuk menyiapkan diri untuk pergi ke perusahaan yang dipimpinnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan selama empat tahun, kini nama Devan bukan lagi Devan Denandra tapi Devan Denandra S.H meskipun begitu Devan tidak menjadi apa yang dicita-citakannya.

Devan justru fokus pada perusahaan milik keluarga, ya mau bagaimana lagi, penerus perusahaan jika bukan dirinya tidak ada lagi. Kevin sudah memiliki tugas sebagai abdi negara sedangkan Mario sudah sibuk membangun bisnisnya sendiri.

"Fy," ucap Devan yang berjalan menuju kearah dapur, sembari membawa dasi berwarna hitam ditangannya.

Fy adalah nama panggilan yang khusus dibuatkan Devan untuk Kiara, tentu saja diambil dari nama belakang Kiara yaitu Pahlefy. Itu pun terpaksa awalnya karena permintaan dari Kiara yang juga mau dibuatkan panggilan spesial.

"Iyaaa?" ucap Kiara yang sibuk memotong cabai diatas talenan.

Sering kali Clara selaku mamanya mengatakan untuk menyewa asisten rumah tangga. Tapi, Kiara selalu menolak penawaran itu dengan alasan Kiara tidak mau ada wanita lain dirumah ini.

Lagi pula, ini sudah menjadi tanggung jawabnya sekarang, salah dirinya juga yang tidak cepat-cepat menyelesaikan skripsinya dan berakhir sibuk sendiri.

"Fy, pakein dasi," ucap Devan ketika sampai di hadapan Kiara.

"Tangan Kia lagi kotor, bubukan bisa pake sendiri," ucap Kiara tanpa menoleh ke arah Devan hingga membuat laki-laki itu kesal.

"Memang gak ada air, gak bisa cuci tangan dulu, atau perlu saya yang cuci tangan kamu?!" ucap Devan yang mulai terlihat tidak suka.

Devan, entah mengapa laki-laki itu selalu emosian setiap kali Kiara tidak mengikuti perintahnya, padahal apa yang diperintahkan terkadang Devan bisa melakukannya tanpa bantuan Kiara.

Semenjak menjabat sebagai pimpinan di perusahaan keluarganya, sikap Devan mulai berubah menjadi lebih emosional, pemaksa, kasar dan juga suka memerintah.

"Memang bubu gak punya tangan, gak bisa liat Kia lagi potong cabe?!" ucap Kiara yang menatap Devan dengan tatapan kesal.

Kiara memang sangat menyukai Devan lebih dari dirinya sendiri. Tapi, Kiara juga paling tidak suka jika kegiatan masaknya terganggu meskipun penyebabnya adalah Devan, contohnya saat ini.

"FY!!" sentak Devan yang membuat Kiara akhirnya menuruti perintahnya dengan mencuci tangannya terlebih dahulu.

Mau tidak mau, suka tidak suka, lagi dan lagi Kiara harus patuh pada Devan. Rasa sayangnya pada Devan mampu mengalahkan segala hal dihidupnya, termasuk menurunkan ego hanya untuk Devan.

"Bentar," ucap Kiara yang berjalan ke arah meja makan dimana disitulah Devan berdiri sekarang.

Perlahan tangan Kiara mulai mengambil dasi dari tangan Devan, dan mulai mengalungkan ke leher laki-laki itu. Devan menatap lembut ke arah istrinya, ternyata wanita yang dulunya dianggap sangat kekanak-kanakan kini sudah tumbuh menjadi wanita dewasa.

"Hari ini kamu ke kampus lagi?" tanya Devan sambil mengelus lembut rambut Kiara yang kini mulai memanjang.

"I-ya," ucap Kiara yang jantungnya di buat rollecoster di jam tujuh pagi, padahal Devan hanya menyentuh rambutnya saja.

"Sama siapa ke kampusnya?" tanya Devan yang menatap Kiara dengan tatapan lembut.

"Nara," ucap Kiara yang sudah selesai memakaikan dasi dan hendak kembali area dapur.

Tapi, Devan justru melakukan hal diluar nalar Kiara.

"Naik apa, hm?" tanya Devan yang justru mengunci pergerakan Kiara dengan melingkari pinggang ramping Kiara dengan kedua tangannya

"Mobil," ucap Kiara yang sedikit canggung, walaupun sebenarnya pipinya sudah berwarna merah.

Sampai detik ini pun semua orang masih ada yang tidak percaya. Bahwa, akhirnya Kiara berhasil membuat seorang Devan yang disebut-sebut sebagai dewa es di kampus Aseanic kini menjadi miliknya.

"Siapa yang bawa mobil?" ucap Devan dengan intens sambil melemparkan tatapan tajamnya ke arah Kiara.

"Nara," ucap Kiara yang kini justru dibuat ketar-ketir sendiri.

"Bukan kamu, kan?" tanya Devan yang masih menatap tajam ke arah Kiara.

Devan memang melarang Kiara membawa mobil karna takut terjadi apa-apa, tidak tahu alasannya yang jelas sekarang Devan sangat over protective terhadap Kiara.

"Bukan bubu," ucap Kiara yang akhirnya mendorong Devan dengan sedikit kencang hingga akhirnya ia terlepas dari Devan.

"Jangan coba-coba bohong," ucap Devan yang menarik tangan kanan Kiara agar tetap menetap di hadapannya.

"Iya bubu," ucap Kiara sambil menundukan kepalanya.

"Peluk," ucap Devan yang kemudian merentangkan tangannya.

Kiara hanya menyunggingkan senyumnya singkat, laki-laki dihadapannya memang tidak pernah bisa ditebak.

"Jangan telat makan, kalo capek istirahat," ucap Kiara sambil memeluk Devan.

"Hmm," ucap Devan dengan singkat, padat dan jelas.

***

Setelah Devan lenyap dari rumah, seperti biasa Kiara akan fokus pada laptop dan juga makanan yang telah dibuatnya sebagai cemilan. Sebelum ke kampus Kiara ingin memastikan apakah skripsinya sudah benar-benar tidak ada kesalahan.

Dosen pembimbing Kiara bisa dibilang cukup galak dan menyeramkan, bisa-bisanya seorang Kiara menjadi tahanan seorang dosen pembimbing selama empat bulan.

Dikirimi pesan, tidak dibalas.

Dicari, dosennya menghilang.

Dihubungi, selalu ditolak panggilannya.

Ditunggu dikampus pun, tidak pernah hadir.

Setiap ditanya skripsi, ada saja alasan dan jawabannya yang membuat Kiara ingin menyudahi kuliahnya tanpa wisuda.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang