Kiara membuka matanya perlahan, rasanya seluruh badannya merasakan sakit dan pegal.
Semalam Kiara pindah kamar pukul tiga pagi, ia berharap ada penjelasan singkat yang keluar dari mulut Devan pagi ini.
Gadis itu bangun dari tidurnya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu Kiara turun ke bawah untuk membuat susu coklat dingin favoritenya sekalian membuatkan sarapan pagi.
"Kia," ucap Devan yang keluar dari kamar pribadi milik Kiara.
Ya, Devan memang tidur dikamar bawah semalaman. Beruntungnya ia tidak terbangun ketika Kiara pindah kamar.
"Kok saya tidur dikamar bawah sih?" tanya Devan yang membuat Kiara menatap laki laki itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Lo gak inget apa pun?" tanya Kiara memastikan apakah benar Devan tidak mengingat apa yang dirinya lakukan pada istrinya.
Padahal saat ini Kiara hanya membutuhkan sedikit penjelasan atas tindakan Devan semalam. Hanya sedikit saja untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Semalem kamu usir saya?" ucap Devan yang justru balik bertanya pada Kiara, ia pikir karna Devan terlambat pulang ke rumah jadi Kiara mengusirnya dari kamar.
Devan memang benar benar lupa, mungkin karna ia meminum vodka terlalu banyak. Sedangkan Kiara hanya menatap datar ke arah Devan.
"Kepala saya sakit," sambung Devan sambil berjalan ke arah Kiara untuk mengambil air putih.
Semalam memang Devan menemani Mila menemui teman lamanya, lalu teman lamanya Mila mengajak keduanya untuk minum bersama, setelahnya Devan benar benar tidak ingat. Yang ia ingat adalah saat ia menoleh ke arah jam tangannya dan sudah jam sembilan lewat lima, karna itu pula Devan langsung terburu buru meninggalkan club.
"Brengsek lo Dev," ucap Kiara yang kemudian berlalu pergi.
Tapi, Devan tetap meperhatikan kemana gadis itu pergi sambil mencerna ucapan yang Kiara lontarkan. Apa ia berbuat salah lagi?
"Kaki kamu luka?" Tanya Devan yang melihat Kiara berjalan sedikit pincang.
"GAK!" ucap Kiara dengan ekspresi galaknya.
***
Sekarang pukul satu siang dan Kiara belum juga turun untuk sekedar makan siang. Devan yang merasa khawatir akhirnya memutuskan untuk naik ke lantai dua.
Belum saja melangkahkan kakinya ke tangga, Kiara sudah menuruni anak tangga itu tapi anehnya gadis itu membawa kopernya dan berpakaian cukup rapih.
"Mau pergi kemana?" tanya Devan ketika Kiara yang berjalan menuruni anak tangga sambil membawa kopernya.
"Amerika," ucap Kiara dengan santainya.
Mungkin Kiara memang membutuhkan waktu untuk liburan saat ini. Di banding harus terus menerus bertengkar dengan Devan.
"Gak!" ucap Devan dengan ekspresi datar namun penuh penekanan saat berbicara.
"Apaan sih!" ucap Kiara yang berjalan menuju pintu utama tanpa memikirkan perintah Devan.
"Saya ikut," ucap Devan yang menarik tangan Kiara membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Udah deh lo jaga rumah aja, atau gak sekalian bawa cewek baru lo," ucap Kiara yang menghempaskan tangan Devan.
"Kamu ngomong apa sih!" ucap Devan yang terdengar seperti bentakan.
"Makasih untuk semua kebohongan lo," ucap Kiara dengan ekspresi datarnya.
"Mainnya bagus," sambungnya sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu.
"KIA!" ucap Devan tapi diabaikan oleh Kiara gadis itu langsung menjalankan mobilnya.
Setelah kepergian mobil Kiara dari garasi Devan langsung menghubungi tangan kanannya untuk mengurus tiket pesawat menuju ke Amerika.
***
"Kamu yakin mau ke Amerika?" tanya Alvin yang kini berada di dalam mobil bersama dengan Kiara.
Setelah meninggalkan rumah, Kiara memang pergi ke rumah Alvin dan meminta Alvin pergi mengelilingi kota Jakarta sebentar saja. Rasanya baru saja kemarin ia masih menjadi anak SMA dan hidup tanpa beban sedikit pun sekarang ia sadar akan pentingnya menikmati masa masa itu.
"Enggak sih pak, Kia mau liburan ke bandung," ucap Kiara sambil menatap ke arah luar jendela, ia rindu akan kota itu. Entah karna tempatnya atau kenangannya bersama Samudra.
"Bandung?" tanya Alvin yang heran karna Kiara yang membawa koper cukup besar.
"Kia itu udah urus surat cerainya tapi Devan gak mau tanda tangan malah di robek, kebetulan kemarin ada manusia baik hati yang kirimin bukti kalo Devan selingkuhin Kia, jadi Kia bisa deh bujuk mama sama papa biar bisa cerai sama Devan," ucap Kiara yang tiba tiba mengalihkan topik pembicaraan.
"Kamu yakin mau pisah sama Devan?" tanya Alvin yang menoleh ke arah Kiara seperti tidak yakin jika gadis itu bisa lepas dari Devan, laki laki yang selalu ia istimewakan.
"Enggak sih sebenernya, tapi lama lama capek aja jadi yaudalah mau di apain lagi," ucap Kiara yang berkata apa adanya.
"Kamu percaya gak sama saya?" ucap Alvin sambil fokus menatap kearah jalanan.
"Kenapa?" ucap Kiara yang menolehkan kepalanya ke arah Alvin.
"Abis ini pasti ada drama kalo Mila hamil anak Devan, dan kamu tau jawaban yang Devan kasih apa?" ucap Alvin yang mulai bisa berbicara santai dengan dirinya.
"Apa?" ucap Kiara dengan rasa penasarannya.
"Dia nolak Mila mentah mentah dan milih fokus ke kamu," ucap Alvin yang sepertinya sudah paham akan hal hal seperti ini.
"Drama banget ya pak, tapi kayanya Devan milih Mila sih, kan dia masih keinget sama masa lalunya," ucap Kiara dengan ekspresi datarnya seperti bukan hal besar jika Devan lebih memilih Mila.
"Saya masih gak paham dari kapan kita sedeket ini, kayanya besok besok saya harus disiplinin kamu deh," ucap Alvin yang disambung tawa renyah dari keduanya.
"Makasih ya pak, maaf udah buat muka bapak biru biru," ucap Kiara yang diangguki oleh Alvin.
"Gapapa namanya juga cowok," ucap Alvin sambil tersenyum kearah Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBUFY
Romance"𝑨𝒏𝒅 𝒇𝒊𝒏𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒊 𝒂𝒄𝒄𝒆𝒑𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒇𝒂𝒄𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒆'𝒍𝒍 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒃𝒆 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓," - 𝑩𝒖𝒃𝒖 𝒂𝒏𝒅 𝑭𝒚. ••• Namanya Kiara pahlefy, periang dan penyuka kebebasan. Cantik, kaya raya, berpendidikan, tidak heran semua laki-l...