- 015

22.3K 2.1K 612
                                    

"Bubu gak mau jelasin apa gitu ke Kia?" ucap Kiara sambil memperhatikan Devan yang sedang sarapan pagi.

Walaupun Kiara tidak sarapan tapi Kiara tetap berada di hadapan Devan, karna Kiara tau bahwa Devan tidak suka sarapan pagi seorang diri.

"Enggak," ucap Devan sambil menyuapkan sendok yang berisi sayuran ke dalam mulutnya

Menurut Devan masalahnya dikantor kemarin bersama Kiara biarlah berlalu, itu memang mutlak kesalahan dirinya, jika Kiara masih marah dengan dirinya menurut Devan itu hal yang wajar.

"Ih kok enggak?!" ucap Kiara yang terbawa suasana kesal.

Padahal Kiara sudah tidak sebaik dulu pada Devan tapi kenapa Devan belum juga mau menjelaskan hubungannya dengan Mila.

"Emang saya yang salah," ucap Devan dengan santainya sambil meminum susu vanila yang Kiara buatkkan.

"Jadi bubu gak mau ada pembelaan?" tanya Kiara yang menatap Devan dengan mata penuh harapannya.

Berharap laki laki itu akan bercerita tentang hubungannya sedikit saja, setidaknya agar Kiara tidak salah paham lagi dengan situasi yang ada.

"Enggak," ucap Devan yang menatap balik ke arah Kiara dengan ekspresi datarnya tentu saja itu membuat Kiara kecewa pada laki laki itu.

"Bubu bisa berentiin Mila dari perusahaan gak?" ucap Kiara sambil menundukan kepalanya karna takut dimarah oleh Devan.

Kiara paham ini tidak profesional tapi jika boleh egois sekali saja, Kiara ingin diperlakukan seperti ratu dan dianggap spesial oleh Devan.

"Atas dasar?" tanya Devan yang tidak dijawab oleh Kiara.

"Saya gak ada apa apa sama Mila," ucap Devan sambil mengacak lembut pucuk rambut milik Kiara.

Belum saatnya Kiara tau tentang masa lalunya.

"Fy," ucap Devan yang kini memegang dagu Kiara menggunakan tangan kanannya agar Kiara menatapnya.

"Iya?" ucap Kiara yang sedikit gugup.

"Maaf belum bisa jelasin tentang Mila," ucap Devan yang membuat Kiara bertanya tanya.

"Kenapa?" tanya Kiara dengan polosnya.

Padahal apa pun alasannya selagi masih bisa ditoleransi pasti akan Kiara maklumi apa pun itu.

"Takut kamu belum bisa nerima," ucap Devan yang membuat Kiara berpikir yang tidak tidak.

"Emang Mila spesial ya," ucap Kiara yang kini menatap Devan.

"Hm, tapi kamu lebih dari kata spesial," ucap Devan yang membuat Kiara tersenyum dengan sendirinya.

"Ya udah sana pergi ke kantor, Kia mau ke rumah pak Alvin," ucap Kiara yang menurunkan tangan kanan Devan perlahan.

Mungkin kali ini Kiara harus berguru dengan Alvin.

Kapan Dilannya kembali agar Kiara bisa menyelesaikan semua masalahnya dengan mudah dan tanpa adanya air mata lagi, terkadang Kiara merasa seperti terlalu berlebihan dalam menyikapinya, tidak seharusnya ia menangisi laki laki seperti Devan.

"Kia gak ada apa apa sama pak Alvin," ucap Kiara dengan santainya.

Devan menatap Kiara dengan tatapan horornya, Devan memang sangat mudah cemburu tapi jika Kiara melakukan itu padanya Devan menganggap Kiara terlalu berlebihan.

"Emang gak ada bubu, kan Kia asisten dosen!" ucap Kiara yang mendorong Devan untuk segera berangkat ke kantor

Setelah Devan pergi meninggalkan rumah saatnya Kiara yang bersiap siap pergi ke rumah Alvin.

***

"Masih gak direspon juga?" tanya Alvin yang melihat wajah murung Kiara dan hanya dibalas oleh gelengan kepala oleh Kiara.

Kemarin memang Kiara sudah bercerita panjang kali lebar dengan Alvin, dan menurut Kiara, Alvin juga sudah mulai sedikit berubah tidak sebatu biasanya.

"Kalo kaya gitu kita juga harus jahat," ucap Alvin yang entah mengapa menjadi respek pada kehidupan mahasiswinya.

"Tapi Kia gak bisa lakuin itu ke bubu bapak," ucap Kiara yang kesal sendiri.

Kenapa ia bisa sejatuh hati itu pada Devan.

"Harus bisa," ucap Alvin yang gemas sendiri.

Manusia berhati lembut seperti Kiara pasti akan terasa berat jika harus melakukan kejahatan sekali saja. Maka dari itu Kiara butuh bantuan dari Alvin agar Devan paham tetang cara menghargai seseorang.

"Kamu bakal baik baik aja kia saya jamin itu," ucap Alvin yang mencoba meyakinkan Kiara.

"Terus kalo bubu malah ninggalin Kia gimana?" tanya Kiara dengan polosnya yang membuat Alvin geram sendiri.

"Saya yang tanggung jawab," ucap Alvin dengan suara dinginnya.

"Cowok brengsek kaya dia harus di sandingin sama cewek bar bar gak bisa sama cewek lemah lembut kaya kamu," ucap Alvin yang membuat Kiara paham.

Mungkin Devan tidak pernah tau sesakit apa perasaan Kiara saat dirinya berbohong dan justru ada sesuatu dengan Mila. Karna Devan tidak pernah merasakan perasaan dibohongi dan dikhianati oleh orang yang benar benar ia percaya.

"Emang iya ya pak?" tanya Kiara dengan suara pelannya tapi masih bisa diengar oleh Alvin.

"Liat aja sinetron indosiar," ucap Alvin yang membuat Kiara tidak mengerti pasalnya gadis itu tidak pernah menonton serial drama Indonesia.

"Terus gimana pak?" tanya Kiara yang menatao ke arah Alvin.

"Saya minta nomor Devan," ucap Alvin yang mendapatkan tatapan curiga dari Kiara.

"Untuk apa?" tanya Kiara dengan was-was.

"Gak saya chat," ucap Alvin yang sama sekali belum direspon oleh Kiara.

"Percaya sama saya," ucap Alvin sekali lagi yang akhirnya membuat Kiara percaya dan memberikan nomor Devan pada Alvin.

"Sekarang kamu kerjain tugas saya, biar tugas kamu tentang devan saya yang urus," ucap Alvin yang setelahnya pergi meninggalkan rumah dan hanya tersisa Kiara sendirian sambil mengerjakan tugas dosennya.

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang