- 022

19.8K 1.8K 140
                                    

Kiara menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata, sedangkan Devan juga tengah melakukan hal yang sama. Ini seperti tengah balapan liar dengan situasi disiang hari.

Jujur saja, rasanya sangat berat jika harus memaafkan Devan, karna pasti Devan akan melakukan kesalahan yang sama kembali.

Terlebih Devan belum selesai dengan masa lalunya yang Kiara pun tidak mengerti siapa gadis yang dimaksud oleh Devan.

Apakah gadis bernama Ara sesepesial itu dimata seorang Devan?

Sesampainya dirumah Kiara langsung masuk ke dalam kamar dan mengeluarkan kopernya.

Yang ada dipikirannya sekarang adalah mencoba untuk menenangkan dirinya juga menjauhkan diri dari Devan.

"Kia, saya tau kamu kecewa, saya tau kamu marah tapi coba kamu dengerin penjelasan saya," ucap Devan yang diabaikan oleh Kiara.

Gadis itu sibuk memasuk masukan pakaiannya ke dalam kopernya. Walaupun ia tidak tau arah dan tujuannya, intinya Kiara hanya ingin keluar dulu dari rumah terkutuk ini.

"Saya tau saya salah, tapi saya selalu coba yang terbaik!" ucap Devan dengan penuh penekanan membuat Kiara jengah mendengarnya.

Terbaik dengan kebohongan sama saja. Baginya, yang terbaik adalah ketika kita berkata jujur walaupun itu menyakitkan.

"Dev, lo gak akan pernah tau rasanya jadi gue yang berkali kali lo kecewain," ucap Kiara yang telah siap keluar rumah dengan kopernya.

"Saya tau kamu capek sama semua sikap saya, tapi-" ucap Devan yang dipotong langsung oleh kata kata tajam milik Kiara.

"Mulai sekarang gak ada kata tapi, gak ada kata cuma, yang ada cuma bukti dan fakta," ucap Kiara dengan penuh penekanan disetiap katanya.

"Gue kasih lo waktu selama tiga hari untuk selesaiin masa lalu lo," Sambungnya tepat dihadapan Devan.

"Jangan jadi cowok brengsek Dev," ucap Kiara yang setelah itu berjalan menuju pintu keluar.

"Kia!" Ucap Devan setengah berteriak tapi tetap diabaikan oleh Kiara.

***

Setelah hari itu, Devan benar benar tidak mengerti tentang apa yang baru saja terjadi. Padahal maksud awalnya hanya karna Devan tidak ingin Kiara berpikiran buruk tentang Mila.

Kejadian diruangan itu juga tidak sengaja, Devan yang kelelahan karena bermain dengan anak anak panti dan Mila yang tiba tiba menawarkan pijitannya.

Cuma karna itu Kiara marah padanya hingga sebegitunya?

Ara, gadis itu entah dimana keberadaannya sekarang. Jika saja Ara adalah Mila, Devan pastikan ia akan lebih memilih Mila dibandingkan dengan Kiara yang merepotkan.

Bukan tanpa alasan pasalnya gadis itu selalu membuat ia naik pitam. Terkadang marah secara tiba tiba, manja, dan suka membebani pikirannya. Contohnya seperti saat ini.

"Kiara gimana Dev?" ucap Mila yang berada diruangan kantor milik Devan.

"Dia baik baik aja, kamu fokus kerjain tugas kantor aja, kalo ada apa apa telfon saya, saya mau pergi keluar," Ucap Devan yang setelahnya keluar dari ruangan CEO itu.

Jika ditanya ia suka pada Kiara atau tidak, Devan akui ia menyukai gadis itu. Gadis yang menurut Devan banyak menyita perhatiannya karna kepribadiannya yang selalu mengingatkannya pada Ara.

Hanya saja semenjak adanya Mila, entah mengapa perasaan itu kian lama sudah tidak dapat Devan rasakan kembali.

Ia tidak tau apakah ia masih menyukai Kiara atau justru kini ia tengah menyukai Mila.

"Lang, lo tau dosbingnya Kia?" ucap Devan yang melakukan sambungan seluler dengan Gilang.

"Pak Alvin?" tanya Gilang yang membuat Devan sangat malas mendengar namanya.

"Lo tau dimana rumahnya?" tanya Devan dengan santainya tapi membuat otak Gilang bertanya tanya.

Sudah dapat ditebak pasti gadis itu tengah berada dirumah Alvin, karna seluruh hotel dan wisma ada dibawah kendali Devan.

Lagi pula hanya Alvin yang dapat membantunya.

"Gak tau gue, kenapa Dev?" ucap Gilang.

"Gue boleh minta tolong?" ucap Devan sambil berjalan menuju parkiran mobil.

"Kenapa?" ucap Gilang.

"Cari lokasi rumah Alvin," ucap Devan yang kemudian disetujui oleh Gilang.

Sedangkan disisi lain ada Kiara yang tengah asik perawatan diri. Ditambah kebaikan Alvin membuatnya menjadi seperti gadis remaja yang paling beruntung sedunia.

Ya, Alvin pergi dari rumah. Bagi Alvin tidak baik laki laki dan perempuan berada di satu atap yang sama selama semalaman. Bagaimana pun ia tidak akan tau kedepannya akan seperti apa.

Jadi, ia lebih memilih untuk tidur dirumah temannya.

"Ngapain lo disini ? " ucap Kiara ketika membuka pintu rumah ternyata bukan Alvin yang datang melainkan Devan.

"Pulang," ucap Devan dengan rahang tegasnya juga suara yang penuh penekanan.

"Gak ada hak," ucap Kiara dengan santainya.

"Masih," ucap Devan yang menatap intens ke arah Kiara.

"Pulang sekarang," sambung Devan dengan tatapan tajamnya.

"Lo udah gak ada hak untuk atur gue lagi," ucap Kiara yang kemudian mengambil sesuatu di atas meja ruang tamu Alvin.

"Selama kamu masih jadi istri saya-" ucap Devan yang terpotong oleh Kiara.

"Tanda tangan," ucap Kiara sambil memberikan selembar kertas berserta pena ke arah Devan.

"Gak!" ucap Devan yang langsung merobek keras itu.

Ya, Kiara mengajukan gugatan perceraian. Itu sudah keputusan finalnya, setelah semalaman memikirkan hubungan antara dirinya dengan Devan, akhirnya Kiara bisa memutuskannya sekarang.

Baginya, Devan tetaplah Devan, diberi maaf seribu kali pun nantinya akan diulang kembali kesalahan kesalahannya. Terlebih, Kiara tidak mau lagi berdebat drama hanya karna gadis yang sampai detik ini masi belum bisa dilupakaan oleh Devan.

"Apaan sih, pulang," ucap Devan yang menarik tangan Kiara.

"Gak udah tarik tarik!" ucap Kiara yang melepaskan genggaman tangan Devan dari pergelangan tangannya.

"SAYA TAU KAMU MARAH, KESEL, KECEWA. TAPI BUKAN BERARTI KAMU BISA SEENAKNYA TINGGAL SAMA LAKI LAKI LAIN KIARA!" ucap Devan dengan nada setengah berteriak terdengar seperti bentakan hingga membuat Kiara terkejut karna suaranya.

Ini pertama kalinya Kiara melihat Devan semarah ini padanya, apa ia salah mengambil keputusan?

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang