- 018

22.9K 2.1K 490
                                    

Pagi hari Kiara sudah berada dikampusnya untuk bercerita tentang kejadian semalam pada Alvin, sedangkan Alvin terlihat cuek cuek saja walau pun sebenarnya mendengarkan cerita mahasiswinya.

Bisa bisanya dirinya terlibat dalam kasus seperti ini, apalagi rumah tangga orang yang baru dikenalnya ditambah sangat banyak dramanya, sungguh malang nasibnya sejak pulang ke tanah air, indonesia.

"Terus Kia harus gimana?" ucap Kiara yang kini berada di hadapan Alvin.

Sedangkan Alvin hanya memasang wajah tanpa ekspresinya.

"Terus kamu mau jauhin saya?" tanya Alvin yang dengan santainya sambil bermain game diponselnya.

Sebenarnya tidak masalah juga jika Kiara menjauhinya lagi pula Kiara hanya mahasiswinya tapi entah kenapa dirinya merasa kesal jika gadis itu masih memilih Devan dan menuruti semua printah dari laki laki itu.

"Judul skripsi kamu sudah saya acc, kamu boleh ngelakuin penelitian dari sekarang," ucapnya sekali lagi sambil menyerahkan hasil skripsi milik Kiara.

Karna kesal akhirnya Alvin memutuskan untuk segera menandatangani judul skripsi milik Kiara agar tidak bertemu gadis itu setiap harinya dan mungkin tugas asisten dosen juga akan dicabut saat Kiara melakukan penelitian.

"Silahkan keluar saya lagi sibuk," ucap Alvin yang membuat Kiara lagsung berbalik badan dan berjalan menuju pintu keluar tanpa berbicara sepatah kata pun.

Tidak biasanya Alvin seperti ini sedingin apa pun Alvin pasti ia akan membuat Kiara kesal sebelum pergi bukan justru diabaikan.

"Sibuk tapi main game," gerutu Kiara yang membuat Alvin melirik ke arah gadis itu.

Kiara menganggap Alvin bukan seperti dosennya karna Kiara tau Alvin hanya menggantikan om nya yang sedang sibuk berlibur dengan keluarganya di Bali.

***

Setelah pergi meninggalkan ruangan Alvin, Kiara berjalan ke arah parkiran untuk memesan ojek online tapi tidak disangka yang dilihat adalah Devan.

"Bubu," ucap Kiara yang melihat Devan yang tengah berada di parkiran fakultasnya

Kiara berlari kecil menghampiri Devan yang berdiri di depan mobil berwarna putih itu.

Mobil dengan merek Bayerische Motoren Werke atau dalam bahas Inggrisnya Bavarian Motor Works atau lebih di kenal dengan BMW yang merupakan satu satunya mobil yang digunakan Devan jika pergi ke kantor.

Walaupun terkenal akan kekayaannya tapi sebisa mungkin Kiara hidup dengan sesederhana mungkin karna masa kecilnya yang sudah terbiasa akan hal hal mewah membuat Kiara bosan dan menginginkan sesuatu yang berbeda.

"Hm," ucap Devan sambil menatap gadisnya yang kini berada dihadapannya.

Gadis penyabar dan penurut itu kini berada di hadapan dirinya seperti hari hari biasanya dengan senyum dan raut wajah yang masih sama.

Hanya dengan melihat senyum Kiara rasanya suasana hatinya yang buruk kini berangsur membaik.

"Dari tadi?" tanya Kiara yang mendapatkan gelengan pelan dari Devan.

Kiara yang melihat Devan seperti ini justru semakin dibuat bertanya tanya pada dirinya sendiri karna tidak biasanya Devan datang ke kampus hanya untuk menjemputnya pulang.

"Barusan," ucap Devan yang menarik tangan Kiara dan memeluknya dengan sangat hati-hati.

Untungnya keadaan area parkiran sedang sepi sekarang hanya ada satu atau dua orang yang berlalu lalang disini.

"Bubu ngapain disini?" ucap Kiara yang merasa aneh terhadap sikap Devan.

Sedangkan Devan hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan Kiara yang ia lakukan hanya mencari kenyamanan dari gadis itu sekarang.

"Bubu sakit?" tanya Kiara ketika merasakan tubuhnya mulai menghangat karna dipeluk oleh Devan

Devan memang bukan laki laki yang baik, yang bisa membuat Kiara senang setiap harinya, banyak sikap di dalam dirinya yang tidak bisa ia jelaskan sampai akhirnya membuat banyak pihak salah paham.

Tapi kali ini Devan menyerah untuk menjadi laki laki egois, ia benar benar merasa lelah sekarang dan butuh tempat bersandar. Setidaknya agar ia lupa akan bebannya saat ini.

"Fy saya gak mau jadi CEO," ucap Devan dengan suara lirihnya

Kiara, gadis itu paham jika menjadi pembisnis bukanlah kemauan Devan. Laki laki itu selalu bermimpi duduk di kursi kejaksaan dan menegakan kebenaran, berdebat adalah salah satu kesenangan menurut Devan. Sayangnya Arjuna selaku papahnya tidak mengizinkan Devan melakukan tugas itu dengan alasan Arjuna tidak mau Devan menjadi jaksa yang tidak adil nantinya.

"Kenapa?" tanya Kiara sambil perlahan membalas pelukan Devan

Kiara paham bahwa Devan sedang lelah karna tugas CEO yang terlalu banyak memikul tanggung jawab dari banyak pihak mungkin kali ini Devan hanya membutuhkan tempat bercerita.

"Saya gak bisa bebas bilang kalo kamu punya saya," ucap Devan yang membuat jantung Kiara seperti berhenti beberapa detik saja

Memang benar Devan tidak mau kliennya tau bahwa Kiara adalah gadisnya, Devan tidak mau membuat Kiara merasa tidak nyaman bahkan media pun tidak ada yang berani mempublish hubungan keduanya.

"Bubu beneran gak suka sama Mila?" tanya Kiara yang masih tidak yakin dengan Devan dan Mila yang tidak ada hubungan spesial

Jujur saja diperlakukan seperti ini selalu membuat Kiara bertanya tanya, apa benar Devan hanya sebatas rekan kerja bersama Mila atau ada hal lain yang tidak diceritakan oleh laki laki itu.

"Saya cuma suka kamu," ucap Devan yang semakin mengeratkan pelukannya.

Beginilah Devan jika sedang manis, gula pun kalah.

"Tapi waktu dikantor bubu deket sama Mila," ucap Kiara yang membuat Devan menghela napasya kasar

"Itu karna saya kira kamu klien, gak ada yang berani ke lantai khusus CEO kecuali Mila, kamu sama manager," ucap Devan yang membuat Kiara terdiam ditempatnya.

"Maaf udah buat banyak salah paham," Ucap Devan yang mulai merenggangkan pelukannya dan menarik tangan Kiara untuk masuk ke dalam mobil.

***

Sesampainya dirumah Devan langsung berjalan ke kamarnya untuk beristirahat rasanya kepalanya sangat sakit sekarang.

Devan memang jarang sakit tapi jika sudah begini pasti akan sangat membuat Kiara bingung.

Karna, jika laki laki itu sakit semua yang Kiara lakukan akan dianggap salah.

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang