- 020

26.7K 2.3K 528
                                    

Setelah sembuh dari demam tiga harinya, Devan kembali beraktivitas seperti biasanya.

Hari ini ia akan mengurus semua masalah di kantornya selama ia tidak berada ditempat karna sakit.

Kiara, gadis itu sedang sedih karna Alvin yang tiba tiba menjaga jarak darinya. Jadi, Kiara putuskan hari ini ia hanya mau uring uringan saja diranjangnya sambil menonton drama korea berjudul Doom at your service sepertinya drama itu cocok untuk melatih mental untuk tahan tangis.

Sekarang sudah pukul satu siang dan Kiara masi setia dengan selimut dan juga bantalnya, hingga dering ponselnya mengacaukan segalanya.

"Halo Kia," ucap seseorang dari sebrang sana.

Riko aditama, kakak laki-laki dari Clara selaku mamanya ini memang masih sangat gemar bekerja meski usianya yang sudah hampir setengah abad.

"Iya om?" ucap Kiara dengan sopannya karna jarang sekali om nya menghubungi dirinya bahkan hampir tidak pernah.

"Devan suami kamukan?" tanya Riko dengan suara baritonnya.

"Iya, kenapa om?" ucap Kiara yang mulai penasaran karna adanya nama Devan yang tercantum dipercakapan kali ini.

"Ini rapatnya jadi gak ya?" tanya Riko yang sebenarnya sudah tiga puluh menit menunggu diruang rapat.

"Rapat apa om?" tanya Kiara.

"Kerjasama," ucap Riko.

"Devan belum dateng om?" tanya Kiara.

"Belom katanya sekertaris om nih udah hubungin 15kali gak ada jawaban," ucap Riko yang membuat Kiara khawatir tentang Devan.

Tidak biasanya Devan meninggalkan rapat dengan klien yang notabennya adalah keluarga Kiara yang artinya harus benar benar disegani. Rapat dihari sabtu saja disetujui oleh Devan yang padahal bukan jam kantornya juga hari itu seharusnya menjadi hari untuk berdua bersama Kiara. Dan, lihat sekarang, laki laki itu pergi dijam kantornya.

"Om dimana?" tanya Kiara sambil mengambil pakaiannya untuk ke perusahaan.

"Perusahaan," ucap Riko.

"Kia kesana om," ucap Kiara yang langsung mematikan sambungan telfonnya dan bergegas pergi keperusahaan Devan.

Sesampainya diperusahaan terlihat suasana yang tegang menyelimuti satu persatu pegawai kantor.

"Berkas untuk rapat udah disiapin?" tanya Kiara tanpa basa basi kembali.

"Sudah bu, tinggal nunggu pak devan " ucap salah seorang laki laki yang bernama Revan.

"Mila kemana?" tanya Kiara yang mencari keberadaan gadis itu, seharusnya Mila ada disini bila Devan sedang tidak ada ditempat karna keperluan lain yang mendesak.

"Tadi pergi bu sama pak Devan, dari pagi," ucap Revan yang membuat Kiara mulai berpikir yang tidak tidak tentang keduanya.

"Kalo mereka balik ke kantor bilang saya rapat," ucap Kiara yang langsung masuk ke ruang rapatnya.

Untung saja Kiara pernah memimpin perusahaan jadi tentu saja ia sudah paham apa yang harus ia lakukan saat ini. Setelah masuk ke dalam ruangan rapat suasanya yang tadinya tegang menjadi hangat kembali karna sapaan yang keluar dari mulut Riko.

Ada banyak orang diruangan ini, setengah dari mereka adalah orang orang Devan dan setengahnya lagi adalah milik Riko.

"Gimana kabarnya Kiara?" ucap Riko dengan santainya, lama ia tidak bertemu dengan ponakannya satu ini ia merasa Kiara sama seperti adiknya yang semakin bertambah umur justru semakin terlihat muda.

"Baik om," ucap Kiara sambil tersenyum manis ke arah Riko.

Kiara yang tersenyum ke arah Riko tapi justru orang orang milik Riko dan Devan yang terpana karna senyumannya.

"Kalo bukan karna kamu ponakan saya, udah saya batalin ini Kia kerjasamanya," Ucap Riko.

Setelah melakukan presentasi singkat dan berbincang bincang dengan Riko akhirnya rapat pun berakhir.

"Ya sudah ya om masih ada urusan," ucap Riko yang beranjak berdiri dari kursinya.

"Iya om," ucap Kiara ramah.

Setelah Riko berserta orang orangnya pergi, Kiara memanggil salah satu staff dikantor milik Devan.

"Bubu belum dateng?" tanya Kiara pada salah satu kariyawan kantor itu.

"Belum bu," ucap Kariyawan itu dengan santun.

"Bu, saya dapet kabar katanya bundanya Mila meninggal jadi pak Devan minta untuk seluruh staff perusahaan 50% kesana bu," ucap salah seorang kariyawan sambil memperhatikan ponselnya.

"Kamu bilang ada saya gak?" tanya Kiara.

"Tidak bu," ucap kariyawan itu.

"Bilangin ke yang lainnya, selesai rapat saya langsung pulang, jangan kasih tau pak Devan kalo saya tau berita ini," ucap Kiara yang langsung diangguki oleh kariyawan itu.

***

Kiara turun dari mobil yang ia beli sebelum pergi ke pemakaman, tidak peduli Devan akan marah karna itu urusan belakangan. Di pemakaman terlihat sangat ramai begitu banyak orang yang hadir disini.

Tapi,pandangan Kiara hanya tertuju pada satu orang saja yaitu Devan.

Entah mengapa perlakuan Devan pada Mila hari ini membuat Kiara yakin bahwa keduanya memiliki hubungan. Cara Devan merangkul Mila dipemakaman hari ini sangat membuktikan bahwa hubungan mereka lebih dari rekan kerja.

Kiara mundur secara perlahan dan kembali ke rumah, mungkin kedepannya Kiara akan memilih untuk bersikap seolah olah tidak terjadi apa pun. Mungkin itu lebih baik dibanding ia harus mencari tau lebih dalam lagi.

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang