- 010

22.4K 1.9K 54
                                    

"Fy," ucap Devan yang buru buru menuruni anak tangga.

Setelah dua hari tidur di kantornya sekarang pagi pagi seorang Devan sudah mengacak ngacak seluruh ruangan hanya untuk mencari jam tangannya.

"Iya, kenapa?" ucap Kiara sambil fokus membuat bahan makanan.

Kiara yang sudah paham akan sikap buruk Devan ya tentu saja hanya bisa pasrah, lagi lagi Kiara buat beberes rumah seharian.

"Liat jam tangan saya gak?" tanya Devan yang sibuk mengacak ngacak ruang keluarga.

"Jam tangan yang mana?" tanya Kiara dengan nada lembutnya.

"Yang kamu kasih ke saya bulan lalu," ucap Devan yang membuat Kiara memutar bola matanya malas, palingan juga ada dikamar Devannya saja yang tidak teliti.

"Bukannya cuma dilepas pas tidur sama mandi doang, dikamar kali," ucap Kiara dengan cueknya.

"Gak ada," ucap Devan yang sudah kesal mencari dan berakhir menghampiri Kiara.

"Yaudah nanti Kia cariin, gak akan ilang kalo masih dirumah," ucap Kiara sambil merapihkan dasi di leher milik Devan.

Setelah sarapan pagi, Devan langsung bergegas ke kantornya sedangkan Kiara mulai membereskan rumah sebelum berkerja sebagai asisten dosen.

***

Sekarang pukul sembilan pagi Kiara mulai bersiap siap untuk pergi ke kampusnya sekalian mengantarkan makan siang untuk Devan di kantornya.

"Kiara," ucap Mila dari kejauhan dan berjalan menghampiri Kiara.

Sesampainya di lobby perusahaan, Kiara sudah disambut oleh ke hadiran Mila, membuat Kiara sedikit merasa canggung karna kejadian beberapa hari yang lalu.

"Iya?" ucap Kiara dengan gaya elegannya.

"Kebetulan ketemu di lobby," ucap Mila dengan raut wajah cerianya seperti tidak pernah terjadi hal apa pun diantara keduanya.

"Kenapa Mil?" tanya Kiara yang sudah tidak mau berbasa basi lagi.

"Aku mau nitipin ini ke Devan," ucap Mila yang memberikan Kiara sebuah paper bag berwarna pink muda sedangkan Kiara beralih menatap Mila dengan tatapan bertanya tanya.

"Bukan apa apa kok Kia, itu barangnya Devan kemarin ketinggalan di rumah," sambungnya yang membuat Kiara sedikit terkejut pasalnya dua hari lalu Devan bilang ia ingin tidur di kantornya saja karna tugas perusahaan yang menggunung tapi kenapa tiba tiba bisa ke rumah Mila.

"Kemarin Devan ke rumah kamu?" tanya Kiara dengan was wasnya.

"Loh Devan gak bilang?" ucap Mila yang berbalik tanya sedangkan Kiara langsung segera memasuki lift dan pergi dari hadapan Mila.

***

"Fy, kok ke kantor gak bilang bilang," ucap Devan ketika Kiara memasuki ruangannya.

"Titipan dari Mila," ucap Kiara yang menaruhnya diatas meja sebelum ditaruh Kiara sempat mengintip barangnya saat di dalam lift dan ternyata itu jam tangan pemberiannya.

Yang artinya Devan lagi lagi berbohong, ia tidak tidur di perusahaan melainkan di rumah Mila.

Harusnya Kiara menarik Mila dan menuntut penjelasan keduanya, hanya saja Kiara rasa ia belum cukup bukti untuk menunjukan ini semua.

Terlebih ini di area perusahaan, Kiara harus menjaga nama baiknya.

"Kok di titipin ke kamu?" tanya Devan yang langsung mengambil ponselnya seperti tengah mengirimi pesan ke seseorang.

"Tadi gak sengaja ketemu di lobby," ucap Kiara dengan santainya.

Kiara memang sangat pandai berakting akhir akhir ini.

"Apa isinya?" tanya Devan yang menatap Kiara dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Mana Kia tau," ucap Kiara yang pura pura tidak menyentuh barang pemberian dari Mila.

"Kamu mau ke kampus?" tanya Devan yang seketika menjadi sedikit canggung dengan Kiara

"Iya ke kampus, tapi anterin makan siangnya bubu dulu," ucap Kiara yang menaruh makan siang milik Devan diatas meja dan langsung pergi meninggalkan ruangan khusus CEO itu.

***

"Jam tangannya udah ketemu?" tanya Kiara yang melirik ke arah tangan Devan.

Sekarang pukul sembilan malam dan Devan baru pulang dari kantornya, akhir akhir ini Devan sering pulang telat dari jam semestinya, tapi Kiara pikir mungkin perusahaannya sedang ada masalah.

"Hm," ucap Devan yang memeluk Kiara dari belakang.

"Ketemu dimana?" tanya Kiara yang masih fokus memotong daging steaknya.

"Di kantor," ucap Devan yang lagi-lagi berbohong.

Sebenarnya akhir-akhir ini Devan sering mengantarkan Mila untuk pulang, Mila gadis itu selalu mengingatkan Devan pada gadis yang pernah ia temui sewaktu kecil.

Gadis sederhana yang tidak memiliki kedua orang tua, dibesarkan di panti asuhan dan memiliki sifat rendah hati, dan itu semua dimiliki oleh Mila seutuhnya.

Memang benar kata pepatah, jangan berhubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, karna pada akhirnya bukan kita pemenangnya.

"Lain kali jangan di lepas dari tangan kecuali dirumah," ucap Kiara yang pura pura tidak tau agar semuanya baik baik saja.

Kiara gadis itu bingung harus mengambil keputusan seperti apa, meninggalkan orang yang disukainya bukanlah hal yang mudah.

"Gak akan ilang, kalo pun ilang saya pesen yang sama persis sama ini," ucap Devan yang membuat Kiara kesal dan berbalik arah.

"Bukan gitu, Kia capek cariinnya," ucap Kiara yang kemudian mendorong Devan mundur dan berjalan ke arah kulkas untuk membuat susu coklat.

Mungkin suasana hatinya harus berubah dengan susu coklat dingin favoritnya.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang