- 012

22.3K 2.1K 253
                                    

Setelah menyetujui permintaan Kiara, sebelum mengantarkan Kiara pulang Alvin membawa Kiara untuk makan malam di
salah satu restoran yang biasa Alvin gunakan untuk makan malamnya.

Kiara yang memang sudah lapar langsung saja mengiyakan ajakan dari Alvin, keduanya terlihat seperti kakak beradik.

Alvin yang melihat wajah senang Kiara juga ikut tersenyum senang, ini pertama kalinya Alvin tersenyum tiba tiba hanya karna melihat senyum yang keluar dari wajah Kiara.

Sesampainya didalam restoran Alvin memilih tempat paling ujung didekat jendela agar bisa melihat indahnya kotak Jakarta saat malam hari.

"Kamu kenapa?" tanya Alvin yang melihat perubahan ekspresi Kiara secara tiba tiba.

Pandangannya selalu tertuju pada meja yang tidak jauh letaknya dari tempa yang di dudukinya sekarang.

"Sakit hati pak," ucap Kiara tanpa menolehkan pandangannya.

Tentu saja hal itu membuat Alvin mencari siapa objek yang sedang Kiara lihat, hingga akhirnya Alvin menemukannya.

Terlihat seorang pria dan wanita yang tengah duduk di meja dengan lilin aroma terapi yang berada di tengah tengah mejanya, seperti makan malam romantis mungkin bisa dibilang begitu. Karna sang pria dengan jasnya, dan sang wanita dengan dress selututnya, terlihat saling tertawa bahagia.

"Namanya Devan," ucap Kiara yang membuat Alvin merasa bahwa banyak rahasia yang gadis ini simpan.

"Dia suami saya," ucap Kiara yang menarik nafasnya panjang.

Ia tidak boleh marah disini karna ini bukan saatnya, terlalu banyak orang yang tengah makan malam dengan keluarga atau pasangannya, tidak mungkin ia membuat kekacauan disini.

"Cewek itu namanya Mila," ucap Kiara yang sudah mulai berkaca kaca.

Ia tidak mau menangis lagi tapi kenapa air matanya tidak bisa ditahan.

"Sekertaris di kantornya," ucap Kiara yang sudah sangat sesak.

Devan tidak pernah mengajaknya makan malam romantis bahkan dengan pakaian formal, Devan juga tidak pernah tertawa selepas itu dengan dirinya, itu yang membuat dada Kiara sangat sesak sekarang.

"Mungkin-" ucap Alvin yang ingin mengatakan hal positif tentang keduanya tapi langsung di potong oleh Kiara.

"Kia sering liat mereka jalan bareng," ucap Kiara yang membuat Alvin tidak habis pikir dengan laki laki yang bernama Devan.

"Kita pindah restoran," ucap Alvin yang merubah ekspresinya bahkan nada bicaranya.

Terlihat sangat dingin dan menyeramkan.

"Bapak mau bawa Kia kemana?" ucap kiara ketika Alvin melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata.

"Tempat favorit saya," ucap Alvin dengan suara dinginnya.

Entah mengapa melihat Kiara di perlakukan semena mena oleh Devan membuat Alvin rasanya ingin menghajar laki laki itu di hadapan Kiara sekarang juga.

"Rumah pohon?" tanya Kiara ketika sudah sampai ke tempat yang dimaksud oleh Alvin.

"Kamu takut?" tanya Alvin ketika Kiara berjalan dengan bahunya sebagai tamengnya jika terjadi sesuatu.

Setelah keduanya sampai di atas, yang terlihat hanya hutan yang gelap gulita dan juga kesunyian yang diiringi oleh suara binatang seperti jangkrik.

Kiara merasa seperti tengah uji nyali, untungnya rumah pohon Alvin memiliki lampu yang sangat terang sehingga bisa sedikit mengatasi rasa takut Kiara.

"Tulis apa yang buat kamu gak nyaman," ucap Alvin yang memberikan kertas dan pena pada Kiara.

"Saya juga," sambung Alvin diakhir kalimatnya.

Setelah dua puluh menit menunggu Kiara menuliskan keluh kesahnya di secarik kertas, Alvin mengambil korek dan lilin dan menghidupkannya dihadapan Kiara.

"Bapak mau ngapain?" tanya Kiata yang akhirnya mengeluarkan suaranya saat Alvin mengambil kertasnya dari tangannya.

"Bakar," ucap Alvin tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun.

"Terus apa gunanya Kia nulis panjang kali lebar!" Ucap Kiara dengan sangat kesalnya.

"Kamu masih kesel sama Devan?" tanya Alvin yang membuat Kiara langsung menjawab pertanyaannya dengan tegas

"Enggak, Kia kebih kesel sama bapak!" ucap Kiara yang memang semudah itu di naik turunkan suasana hatinya.

"Bagus deh," ucap Alvin yang mulai mencari selimut yang biasanya ia sediakan disini.

Setelah mendapatkannya selimut itu ia berikan pada Kiara agar gadis itu tidak merasa kedinginan karna udara di hutan memang sangat dingin.

"Di sini sepi," ucap Alvin yang melihat Kiara seperti menahan tangisnya.

"Tau sepi," ucap Kiara yang berpura pura baik baik saja.

"Triak aja," ucap Alvin yang berjalan ke arah luar.

"Takut ada yang bales," ucap Kiara yang menahan rasa takutnya sekaligus rasa sedihnya karna kejadian di restoran.

"Besok kita kesini lagi!" ucap Alvin yang sedikit berteriak dari arah luar rumah pohon.

"Bapak mau kemana?!" tanya Kiara yang melihat Alvin berjalan ke arah tangga turun.

"Kamu mau tidur disini?" ucap Alvin yang kemudian mulai menuruni anak tangga tentu saja hal itu langsung membuat Kiara berlari ke arah luar menghampiri Alvin.

Sedangkan Alvin yang melihat Kiara turun tanpa membawa selimutnya langsung naik lagi ke atas untuk mengambilnya.

"Disini dingin," ucap Alvin sambil menyelimuti tubuh Kiara dari belakang.

Sekarang pukul sebelas malam dan ketika Kiara membuka pintu rumahnya yang dilihat hanyalah kehampaan, tidak ada orang di sini yang artinya Devan tidak pulang ke rumah.

"Bubu gak pulang?" tanya Kiara entah pada siapa.

Akhirnya dirinya berjalan ke arah kamar untuk mandi dan bersiap siap tidur karna besok Kiara harus memperbaiki suasana hatinya dengan berbelanja sesuka hatinya.

Sebelum tidur Kiara mengecek notifikasi dari ponsel miliknya, terlihat notif Devan ada di pemberitahuan teratas.

BubuUu

fy, saya tidur di kantor

Mau Kia temenin?

Udah malem

Kia minta antern Nara

Tidur dirumah.

BUBUFYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang