Disinilah mereka bertiga berada. Di depan Pesantren An-Nur-- Pesantren milik sahabat Abi Aisy. Tadi mereka berangkat saat jam enam pagi dan sampai saat pukul sembilan.
Mereka mengamati Pesantren yang akan mereka tempati dengan teliti tanpa mempedulikan jika mereka menjadi perhatian disana.
Bagaimana tidak? Kedatangan Abi Aisy membuat warga pesantren heboh. Lalu mereka bertiga mengambil koper dan tas mereka.
"Ayo masuk" perintah Abi.
Mereka bertiga hanya mengangguk tanpa ekspresi dan mengikuti Abi Aisy dari belakang.
Sampai mereka berhenti didepan Rumah yang lumayan besar. Mereka bertiga yakin jika rumah ini adalah rumah pemilik Pesantren ini.
Tok tok tok
Tak lama pintu terbuka menampilkan pria paruh baya yang masih terlihat gagah.
"Assalamualaikum" salam Abi Aisy sambil tersenyum ke arah pria tadi.
"Waalaikumsalam. Kamu to,Fidz" mereka berpelukan ala pria.
"Ayo masuk dulu" ucapnya mempersilahkan masuk.
Setelah masuk mereka duduk di ruang tamu. Tak lama seorang wanita paruh baya datang membawa lima cangkir teh hangat dan sepiring biskuit.
"Monggo diminum dulu. Maaf cuma ada biskuit sama teh" ujar wanita itu.
Mereka bertiga hanya diam tak menjawab dan berbicara apapun. Kemudian Abi Aisy berbicara dengan pasangan paruh baya tadi.
Tak lama pintu diketuk menampilkan seorang gadis berkerudung.
Tok tok tok
"Assalamualaikum Umi, Buya"
"Wassalamu'alaikum"
"Ngapunten, katanya Ummah manggil,Zahra. Wonten nopo nggeh?" Tanya gadis itu yang diketahui bernama Zahra.
"Iya. Kamu tolong anterin mereka bertiga ya. Mereka bakal satu kamar sama kamu" jelas Umi.
"Enggeh,Umi" jawabnya.
"Kalian nurut sama peraturan disini. Jangan semena-mena" peringat Abi Aisy.
Mereka bertiga hanya diam dan menyalimi tangan Abi Aisy dan keluar. Tapi sebelum benar-benar keluar Aisy mengucapkan sesuatu yang membuat Abinya diam.
"Jangan menyesal jika suatu saat semua terbongkar. Assalamualaikum" ucap Aisy lalu keluar.
Abi Aisy hanya diam memikirkan maksud dari perkataan anak gadisnya itu.
Sedangkan disisi lain
Aisy,Amel dan Dinda mengikuti Zahra dari belakang. Mereka menjadi pusat perhatian setiap melewati kamar Santriwati satu persatu.
Tak lama Zahra berhenti membuat Aisy,Amel dan Dinda juga ikut berhenti.
"Kenapa?" Tanya Aisy kepada Zahra.
"Sudah sampai. Ini kamarnya" jawabnya.
Mereka bertiga hanya mengangguk paham. Zahra membuka pintu dan masuk pertama.
"Assalamualaikum"
Mereka bertiga memandangi kamar barunya dengan seksama. Ruangan 5×5 m. Cukup luas bagi mereka.
"11 12 sama pesantren dulu" batin mereka bertiga.
"Itu lemari kalian. Terus itu mejanya" tunjuk Zahra.
Tanpa lama lagi mereka bertiga segera meletakkan dan menata baju meraka dengan rapi. Hanya butuh waktu sepuluh menit bagi mereka melakukan hal ini.
Lalu mereka merebahkan diri di kasur yang disediakan. Zahra merasa sangat canggung karena sedari tadi Aisy,Amel dan Dinda tak bersuara sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Teen FictionAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...