04. Gus Sebleng

35.1K 3.5K 49
                                    

Hari ini para Santriwati dihebohkan dengan berita kembaliannya Gus mereka yang sudah pulang dari Turki semalam.

Berbeda dengan Aisy yang tidak memikirkan hal itu. Toh juga dia tidak mengenalnya sama sekali. Sedangkan Amel dan Dinda ikut penasaran bagaimana tampang Gus yang membuat heboh Santriwati.

Kabarnya Gus mereka itu langsung mengajar. Dan yang lebih heboh lagi ia mengajar di kelas Santriwati. Para Santriwati berharap agar Gus yang ditunggu mengajar dikelas mereka.

Aisy merasa bosan karena semua orang di kelas membicarakan Gus itu. "Gak ada topik lain opo Yo?" Gerutu Aisy dalam batin.

Tak lama kemudian seseorang yang diharapkan Santriwati masuk ke dalam kelas dengan wajah yang cerah dan tersenyum hangat membuat Santriwati menahan pekikan.

Aisy yang melihat itu memutar bola matanya malas dan melihat bagaimana wajah orang itu. Terkejutnya ia saat tahu ternyata orang itu adalah Fathan-- orang yang telah ia tabrak kemarin malam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semua. Bagaimana kabar hari ini?" Tanyanya.

"Alhamdulillah sehat Gus" jawab seisi kelas serentak kecuali Aisy.

Aisy mencoba sibuk dengan bukunya dan tak melihat ke arah Fathan. Lalu mata elang Fathan melihat Aisy yang sibuk dengan bukunya. Tanpa sadar ia tersenyum kecil mengingat pertemuannya dengan Aisy kemarin malam saat Aisy tersesat.

"Kalian berdua Santriwati baru?" Tanya Fathan kepada Amel dan Dinda.

"Iya Gus. Tapi kita bertiga,bukan berdua" jawab Amel.

"Siapa yang satu lagi?" Tanya Fathan pura-pura tak tau. Lalu Amel dan Dinda kompak menunjuk Aisy.

Fathan tersenyum jahil. "Saya pikir hanya kalian berdua" ucapnya.

"Aku gak dianggap gitu?" Batin Aisy.

"Berhubung saya sudah kembali jadi saya akan mengadakan ulangan dadakan" lanjutnya membuat seisi kelas mendengus kesal kecuali Aisy.

Lalu Fathan membagikan soal dan beberapa lembar kertas kepada mereka semua. Saat tepat disamping bangku Aisy ia berbicara dengan suara yang sengaja dikeraskan.

"Kita bertemu lagi" ucapnya membuat seisi kelas menatap mereka berdua.

Sedangkan Aisy hanya diam dan terus berusaha mendatarkan wajahnya menahan diri agar tidak meninju orang yang sedang berbicara kepadanya.

Melihat ekspresi Aisy membuat Fathan semakin semangat untuk menjahili Aisy. "Sudah hafal dengan denah Pesantrennya Aisy? Apa perlu saya mengantar kamu untuk melihat isi Pesantren ini agar tidak tersesat seperti kemarin malam?" Tanyanya sambil tersenyum jahil.

Aisy sudah sangat malu karena seisi kelas menatapnya apalagi Amel,Dinda dan Zahra yang menatapnya seperti meminta penjelasan.

Fathan kembali ke mejanya membuat Aisy bernafas lega. Fathan tak mengerti mengapa dirinya menjahili orang yang baru ia kenal. Melihat wajah memerah Aisy membuatnya tersenyum sendiri.

Seisi kelas dibuat kebingungan dan pusing dengan soal yang diberikan oleh Fathan. Mereka hanya diberi waktu empat puluh menit untuk 25 soal pilihan ganda dan 15 soal easy.

Tak sampai setengah jam Aisy sudah selesai. Ia melihat kearah tiga sahabatnya yang terlihat kebingungan. Apalagi Dinda yang menggaruk-garuk kepalanya.

Aisy memilih untuk menunggu sahabatnya selesai dan melihat kearah jendela. Tanpa ia sadari Fathan memperhatikannya sedari tadi.

"Yang sudah selesai silahkan dikumpulkan" ucap Fathan melihat kearah Aisy.

Aisy yang menyadari jika ada yang menatapnya langsung menoleh. Mata mereka bertemu beberapa detik Aisy langsung memutuskan kontak matanya.

"Aisy silahkan dikumpulkan" ucap Fathan membuat semua orang menatap Aisy.

Amel dan Dinda mengerti mengapa Aisy tak mengumpulkan terlebih dahulu. Lalu Amel menganggukkan kepalanya pertanda tak apa-apa.

Aisy mengerti dan segera mengumpulkan jawabannya. Saat dimeja ia melihat Fathan tersenyum jahil. Aisy mendengus kesal mengapa ia bertemu dengan orang seperti Fathan yang menyebalkan.

Tak terasa waktu mengerjakan sudah hampir selesai dan semua sudah selesai. Zahra bertanya kepada Aisy mengapa tadi ia tidak mengumpulkan duluan.

"Ai,kenapa gak dikumpulin tadi?" Tanyanya.

"Nunggu kalian" jawab Aisy. Zahra mengangguk paham.

"Semua sudah selesai dan saya akan menilainya nanti. Untuk Aisy tolong bantu saya membawa ini" ucap Fathan.

Aisy mendengus kesal mengapa harus dirinya. Tak ingin memperpanjang masalah Aisy hanya menurut.

"Saya akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Aisy mengikuti Fathan dari belakang. Fathan sengaja mempercepat jalannya membuat Aisy kewalahan mengimbangi langkahnya. Padahal Aisy membawa lembaran banyak.

Tak hanya itu Fathan terus mengejek Aisy pendek dan membuat Aisy kesal. Aisy yang sudah lelah berhenti berjalan dan tak mendengarkan ejekan Fathan.

"Gus, jalannya bisa pelan-pelan Ndak sih? Saya capek" ucap Aisy dan berhenti berjalan.

Fathan menoleh ke belakang dan melihat Aisy yang berhenti berjalan. Jaraknya memang lumayan jauh dengan dirinya. Lantas Fathan menghampiri Aisy dan mengambil lembaran yang ada ditangan Aisy.

"Yowes,kamu bisa kembali ke kelas" ucap Fathan.

Sedangkan Aisy menganga tak percaya. Padahal kantor sudah dekat hanya tinggal melewati dua kelas sudah sampai. Aisy juga kesusahan membawa lembaran banyak tadi dan dengan mudahnya Fathan menyuruhnya untuk kembali ke kelas.

Kesabaran Aisy sudah benar-benar diuji. Ia langsung kembali ke kelas tanpa mengucapkan salam kepada Fathan. Sedangkan Fathan terkekeh melihat Aisy yang sudah kesal.

Sesampainya di kelas Aisy langsung duduk dengan wajah kesalnya tanpa mempedulikan tatapan seisi kelas yang menatapnya.

"Kenapa Ai?" Tanya Amel yang duduk disampingnya.

"Nanti dikamar" jawab Aisy. Amel mengangguk paham.

Skip

Malam hari setelah Sholat Isya dan setor hafalan, seperti biasa mereka berempat berada dikamar. Amel menagih cerita dari Aisy tadi.

"Ayo cepetan cerita,Ai" desak Amel.

Dinda dan Zahra tak mengerti maksud Amel. "Cerita apa?" Tanya Zahra dan Dinda.

"Tadi Aisy balik ke kelas wajahnya kesel gitu" jawab Amel malas.

Lalu Aisy menceritakan semuanya. Fathan yang terus mengejeknya dan Fathan yang menyuruh ia kembali ke kelas padahal jarak kantor sudah dekat dan terlihat.

Mendengar cerita Aisy membuat mereka semua tertawa kecuali Aisy yang mendengus kesal. Tak seharusnya ia bercerita kepada sahabatnya ini.

"Gus Fathan emang gitu orangnya. Jahil. Jadi maklum aja" ucap Zahra.

"Tapi kamu termasuk beruntung Ai. Santriwati disini aja pengen Deket kayak kamu'' lanjut Zahra.

"Kalo gitu tukar posisi aja. Aku tidak mengharapkan sama sekali" balas Aisy.

"Awas jodoh" celetuk Dinda.

"Amit-amit jabang bayi Lanang wedok" balas Aisy.

"Jangan gitu. Bisa jadi kan kalian jodoh beneran" goda Amel.

Aisy yang sudah tidak mau meladeni mereka bertiga pun tidur diikuti yang lain.
































GUS & NING (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang