Lima Tahun Kemudian
Terlihat bocah laki-laki kecil berumur lima tahun tengah menatap orang yang berlalu lalang. Bocah itu melihat sekitar dengan wajah datar dan tatapan tajamnya.
Dia adalah Muhammad Alfatih Dhiaulhaq. Anak dari pasangan Aisy dan Fathan.
Entah menurun dari siapa sifatnya yang dingin. Bahkan di umurnya yang masih lima tahun, bocah itu sudah melihatkan sifat dinginnya.
Fatih hanya menunjukkan senyumannya di hadapan Aisy, bahkan Fathan saja jarang melihat putranya tersenyum kepadanya. Jika di depan Aisy, Fatih menjadi cerewet dan manja. Sedangkan saat bersama Fathan, Fatih hanya diam dan berbicara jika di ajak berbicara.
Tiba-tiba, ada yang menepuk pundaknya yang membuat Fatih sedikit terkejut.
"Assalamualaikum, Gus bocil. Diem diem bae. Ngopi napa ngopi"
Fatih tak menanggapi Gilang. Bocah itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali melihat orang berlalu lalang.
Gilang sudah berusia 11 tahun. Sifat Gilang tak jauh berbeda dengan Fathan dan Fatur. Sama-sama tengil. Kadang semua orang heran, anak Fathan itu Gilang atau Fatih?
"Gak jawab salam dosa" sindir Gilang.
"Waalaikumsalam"
Setelah itu, hanya ada keheningan. Gilang yang tidak suka kesunyian, hanya bisa bergerak di tempat. Fatih melirik tajam Gilang karena bocah itu terganggu dengan suara bising, membuat Gilang seketika diam.
"Kamu gak ada niatan jalan-jalan?" Tanya Gilang melirik Fatih.
"Gak"
"Ayolah. Mumpung dikasih izin keluar, itupun cuma sampai jam lima sore"
"Malas"
"Pergi sama Abi kamu"
"Gak mau"
"Kalau kakak cantik?"
Fatih langsung menatap Gilang. "Gak. Umi lagi capek"
Gilang menghela nafas panjang. Ia sudah lelah berbicara dengan Fatih yang hanya dijawab singkat. Ia pun langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun dengan perasaan yang kesal.
Fatih mengedikkan bahunya acuh dan masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Aisy. Ia tersenyum lebar dan berlari menuju Aisy yang tengah makan buah di meja makan.
"Umii"
Aisy tersenyum manis. Fatih mendudukkan dirinya di samping Aisy. Lalu, bocah itu mengelus-elus perut buncit Aisy.
Yap. Aisy sekarang tengah mengandung lagi, dan usianya sudah menginjak enam bulan. Fathan memang pernah bilang tidak mau punya anak lagi dengan alasan tidak mau melihat Aisy kesakitan. Tapi suatu malam, ia kebablasan dan melakukan itu dengan Aisy dan berakhir Aisy kembali hamil.
Meskipun demikian, semuanya senang mendengar kabar kehamilan Aisy yang kedua. Awalnya, Aisy dan Fathan takut jika Fatih tidak bisa menerima kehamilan Aisy. Namun tak disangka, Fatih justru sangat senang karena ia akan mendapat adik.
"Umi. Adiknya kapan lahir?" Tanya Fatih.
"Tiga bulan lagi"
Fatih terus mengajak adiknya yang didalam perut berbicara, meskipun ia tahu tidak akan pernah dijawab sama sekali. Tapi terkadang, adiknya menendang sampai membuat Aisy meringis.
"Jangan kencang-kencang, nanti Umi kesakitan" ucap Fatih.
"Asik nih" ucap Fathan tiba-tiba, lalu mengangkat tubuh mungil Fatih dan memangku nya.
Fatih memberontak ingin turun. Tentu saja Fathan tidak membiarkan itu dan menahan fatih agar tetap berada di pangkuannya. Aisy yang melihat itu, mengelus kepala putranya lembut.
"Abi cuma mau mangku Fatih aja. Udah lama kan kamu gak bicara sama Abi" ucap Aisy kepada Fatih yang membuatnya seketika diam.
"Lagian Abi heran sama kamu. Kamu kan anak Abi, tapi kenapa kamu jarang senyum sama Abi. Apa dulu waktu buat kamu Abi lupa baca Bismillah?"
Plak
Aisy memukul lengan Fathan kuat, membuat sang empu meringis kesakitan. Aisy yang melihat lengan suaminya memerah karena dirinya, mengelus-elus agar sakitnya berkurang.
"Ngomongnya dijaga. Udah tau ada anak kecil" nasehat Abi.
"Kan mas cuma heran aja. Sifat Fatih aja beda sama mas. Mas kan orangnya humoris. Lah ini, dinginnya Masyaallah" jawab Fathan.
"Abi berisik" sarkas Fatih yang membuat Fathan diam.
"Punya anak gini amat"
.
.
.
Aisy berada di balkon kamar, menikmati keindahan bintang yang bertaburan indah. Sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. Tanpa melihat pun Aisy sudah tahu siapa yang memeluknya.
"Kenapa gak masuk? Disini dingin" ucap Fathan mengelus perut buncit Aisy.
"Cuma mau cari udara"
"Mas!"
"Hm"
"Perut aku kok besar ya? Padahal masih enam bulan? Apa kembar ya?" Tanya Aisy heran.
Fathan terdiam sejenak memikirkan sesuatu. Apakah nanti Aisy melahirkan anak kembar? Jika iya, pasti Aisy merasa sakit dua kali lipat saat lahiran. Pikirnya.
"Kalau kembar, kamu seneng?" Tanya Fathan.
"Seneng lah. Kalaupun nanti bukan kembar juga gapapa"
"Mas gak suka kalau punya anak kembar?" Tanya Aisy.
"Bukannya gak suka. Tapi mas takut kalau kamu melahirkan tambah sakit"
"Apa operasi aja ya?"
"Jangan" tolak Aisy.
"Selama aku bisa lahiran normal, gak usah pake operasi segala"
"Mas aku gak mau kamu kesakitan lagi" ucap Fathan melirih.
"Insyaallah gapapa"
.
.
.
Assalamualaikum semuanya.
Aku bingung mau bikin Squel apa enggak
Ada yang kasih saran buat bikin Squel nya
Tapi aku juga udah nyiapin cerita
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Teen FictionAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...