"Kamu..."
"Hai Aisy!" Sapa orang tersebut.
"Zahra!" Pekik Aisy tak percaya.
Yah...
Orang tersebut adalah Zahra, sahabat Aisy. Bahkan Aisy sudah menganggap Zahra sebagai saudaranya. Aisy berpikir apakah surat tadi itu dari Zahra?"Duduk dulu, Ai" ucap Zahra yang melihat wajah pucat Aisy.
Aisy duduk di samping Zahra dan memberi sedikit jarak. Keadaan menjadi canggung dan hening karena Zahra masih belum mengeluarkan suara apapun. Apalagi Aisy yang bingung dengan keadaan.
"Kamu kaget, ya?" Tanya Zahra. Aisy mengangguk.
"Kamu gak nyangka?" Tebak Zahra yang lagi-lagi diangguki Aisy.
Zahra tersenyum hangat dan mengalihkan pandangannya ke depan. Aisy pun melakukan hal yang sama. Sungguh Aisy merasa bingung ingin melakukan apa.
"Kamu yang nulis surat ini?" Tanya Aisy mengeluarkan surat yang ada di kantongnya.
Zahra melihat surat yang ditunjukkan Aisy. "Iya, itu aku yang nulis" jawabnya.
Aisy terdiam sesaat. "Berarti, kamu..."
Aisy tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia takut menyinggung perasaan Zahra. Zahra yang mengerti pembicaraan Aisy menjawab.
"Iya. Selama ini aku mencintai Gus Fathan dalam diam. Perasaan ini sudah tumbuh saat pertama kali aku bertemu dengan Gus Fathan" ucap Zahra.
Flashback on
Hari ini adalah hari dimana impian Zahra terwujudkan. Sejak dulu Zahra ingin sekali masuk ke Pesantren. Ia sudah bosan dengan kehidupannya di rumah yang menurutnya biasa-biasa saja.
"Sudah semuanya, Ra?" Tanya ayahnya.
"Insyaallah sudah, yah" jawab Zahra.
"Ayo kita berangkat. Bunda sudah ada di bawah" ucap ayahnya memberitahu.
Zahra pun turun ke bawah sambil menggeret kopernya. Ia sangat bersemangat. Zahra pun berangkat bersama kedua orangtuanya.
Empat puluh menit perjalanan akhirnya mobil Zahra memasuki Pesantren. Mereka segera turun.
Setelah berbincang-bincang dengan pemilik Pesantren, Zahra pun diantarkan ke kamarnya. Ia sekamar hanya dengan satu orang. Tapi Zahra bersyukur karena setidaknya ia mempunyai teman.
Lalu Zahra ingin keluar sendirian untuk sekedar berjalan-jalan. Terlalu asik, Zahra sampai tidak melihat jalan depan dan tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat barang orang tersebut jatuh.
"Astaghfirullah hal adzim. Maaf, saya tidak sengaja" ucap Zahra sambil membantu orang tersebut mengambil barangnya.
Untung saja keadaan disana sangat sepi. Hanya ada beberapa orang yang lewat disana.
"Ya. Tidak apa-apa" jawab orang tersebut.
Zahra memandangi orang yang ia tabrak. Wajahnya yang tampan. Kulitnya yang putih bersih. Rahangnya yang tegas. Tubuhnya yang tinggi. Terasa sangat sempurna.
"Astagfirullah hal adzim. Maafkan hamba ya Allah" batin Zahra.
"Assalamualaikum"
Lalu orang tersebut pergi meninggalkan Zahra. Zahra pun langsung pergi ke kamarnya untuk bertanya-tanya kepada teman sekamarnya.
Lalu ia pun menceritakan semuanya kepada Zahra. Dan sekarang Zahra tahu yang ia tabrak tadi adalah seorang Gus.
Hari demi hari sudah terhitung satu tahun Zahra menimba ilmu di Pesantren. Teman sekamarnya sudah pindah beberapa hari yang lalu dan sekarang ia tidak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Fiksi RemajaAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...