21. Celaka

25.2K 2.5K 74
                                    

Semenjak Aisy di teror beberapa hari yang lalu, Abiel tinggal bersama Aisy dan Fathan. Abiel menjaga Aisy jika Fathan pergi ke luar kota karena mengurus pekerjaannya. Semua keluarga dan sahabat Aisy sudah tahu hal itu dan membuat mereka geram.

Ibu mertuanya pun sudah mewanti-wanti Aisy agar terus berhati-hati jika bertemu dengan Tari. Apalagi Fathan yang menjadi target utama Tari.

Dua hari yang lalu Fathan ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya. Aisy pun tidur bersama sahabatnya sedangkan Abiel tetap tinggal di rumah Fathan dan tidur di kamar tamu.

Pagi ini Aisy sudah berada di kelas terlebih dahulu dan meninggalkan ketiga sahabatnya. Ia mencari novel yang selalu ia taruh di loker meja. Saat membuka novelnya, ia melihat amplop putih. Ia membuka amplop itu dan membaca surat yang ada di dalamnya.

Saya sudah memperingati kamu untuk menjauhi Fathan, tapi kamu tidak menuruti perintah saya. Lihat saja apa yang akan saya lakukan untuk merebut Fathan dari kamu

Aisy meremat surat tersebut dan memasukkannya ke loker. Ia memejamkan matanya untuk mengontrol emosinya dan mencoba untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.

Sekarang pikirannya tertuju pada Fathan. Ia takut sesuatu terjadi dengan Fathan. Apalagi Fathan sedang di luar kota dan tidak bersamanya.

Di balik jendela, seseorang tersenyum melihat raut wajah Aisy yang terlihat bingung, khawatir dan takut. Lalu ia pergi dari sana.

Saat Aisy melamun, ia terkejut karena ada yang menepuk pundaknya. Ia bernafas lega saat tahu ketiga sahabatnya datang.

"Kenapa?" Tanya Amel yang membuat Aisy bingung.

"Kenapa apanya?" Tanya Aisy balik.

"Maksud Amel kamu kenapa" sahut Dinda.

"Aku gak apa-apa. Memangnya kenapa?"

"Habisnya wajah kamu udah kayak orang kelilit hutang" balas Dinda.

Aisy menatap datar Dinda. Rasanya ia sudah jengkel dengan sahabatnya yang satu ini. Tidak pernah difilter jika berbicara. Dinda akan mengucapkan apa yang ingin ia katakan. Tapi ia juga bersyukur karena sifat ceria Dinda yang membuatnya bisa tersenyum.

"Iya, Ai. Sebenarnya kamu kenapa? Tadi kamu melamun dan seperti memikirkan sesuatu"

Aisy terdiam mendengar ucapan Zahra. Ia tidak ingin melibatkan sahabatnya dalam masalah rumah tangganya. Apalagi jika mereka ikut berurusan dengan Tari.

"Gak ada apa-apa. Cuma capek" jawab Aisy dengan senyuman palsunya.

"Bilang aja kalau kamu kangen sama Gus Fathan" ucap Dinda menggoda Aisy.

Seketika pipi Aisy memerah. Memang yang dikatakan Dinda ada benarnya. Semenjak Fathan ke luar kota, Aisy sudah untuk tidur. Karena biasanya Fathan selalu memeluknya dan mengusap-usap rambutnya.

"Enggak kok. Kan aku udah bilang cuma kecapean" elak Aisy.

"Terserah kamu ajalah, Ai" sahut Amel malas.

Meskipun Aisy tidak memberi tahu Amel, Dinda dan Zahra, tapi mereka bertiga tahu ada yang disembunyikan dari Aisy. Tapi untuk saat ini mereka memilih untuk bungkam.

"Masuknya masih lama kan?" Tanya Aisy sambil melirik jam dinding yang ada di kelas.

"Masih lima belas menit lagi" balas Amel.

"Aku ke toilet dulu. Assalamualaikum"

"Wassalamu'alaikum"

Mereka bertiga memandang Aisy hingga sang empu keluar.

GUS & NING (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang