11. Kepergian Kakek dan Surat Wasiat

30.8K 3K 9
                                    

Sepanjang perjalanan Aisy hanya diam menatap jalanan sedangkan Abinya hanya diam memperhatikan Aisy dengan intens. Sungguh ia telah menyesal karena tidak mempercayai anaknya sendiri dan termakan omongan orang lain.

Beberapa jam kemudian mobil sudah sampai di Pesantren milik keluarga Aisy. Mereka mengernyit heran melihat orang-orang berkerumun di depan rumah. Lalu Aisy segera turun melihat kerumunan tersebut.

Semua orang yang berada di kerumunan terkejut melihat kedatangan Aisy yang kembali ke Pesantren. Banyak diantara mereka yang senang melihat Aisy telah kembali. Tapi ada juga orang yang terlihat sinis menatap Aisy.

Biasanya Pesantren terasa tenang dan damai karena alunan ayat suci yang dilantunkan oleh mereka bertiga dengan suara yang merdu dan menyejukkan hati.

Tapi semenjak Aisy, Amel dan Dinda pindah, Pesantren terasa sunyi. Setiap hari mereka semua hanya melihat Rani yang seenaknya memerintah seolah-olah dirinya itu seorang Ning.

Aisy berjalan masuk ke rumah bersamaan dengan kerumunan orang yang langsung menepi memberi Aisy jalan untuk masuk. Sedangkan Abi Aisy mengikuti Aisy dari belakang.

Sesampainya di dalam keluarganya terkejut melihat Aisy kembali. Tapi sedetik kemudian mereka langsung berhamburan memeluk Aisy. Sebenarnya Aisy juga merindukan pelukan keluarganya tapi rasa kecewanya masih ada dihatinya.

Aisy semakin dibuat heran melihat keluarganya yang menangis tersedu-sedu. Tidak mungkin jika mereka menangis hanya merasa bersalah kepada dirinya. Ia langsung melihat kearah kakaknya dengan tatapan bertanya.

"Kakek sakit" ucap Kakaknya yang mengerti tatapan Aisy.

Tanpa sepatah katapun Aisy langsung masuk ke kamar kakeknya. Dapat ia lihat tubuh kakeknya yang mulai mengurus dan wajah pucat kakeknya. Aisy perlahan mendekat dan duduk ditepi ranjang kakeknya. Ia meraih tangan Kakeknya dan menciumnya lembut. Dapat ia rasakan jika tangan Kakeknya sangat dingin.

Sedangkan Khalid yang merasakan sentuhan hangat ditangannya langsung membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah sendu cucu gadisnya. Khalid tersenyum akhirnya ia bisa melihat cucu gadisnya setelah sekian lama.

Aisy tersenyum hangat melihat kakeknya yang juga tersenyum kepadanya meskipun wajahnya terlihat pucat.

"Kakek butuh sesuatu?" Tanya Aisy yang melihat kakeknya berusaha untuk duduk.

Aisy membantu kakeknya untuk duduk dan menyenderkan kepala Khalid dikepala ranjang.

"Kakek gak butuh apa-apa. Yang penting kamu sudah ada disini" jawab Khalid pelan.

Kemudian Khalid membuka tangannya lebar agar Aisy bisa memeluknya. Aisy yang paham langsung menghambur ke pelukan Sang Kakek. Ia menyandarkan kepalanya di dada Sang Kakek.

Keluarganya menyaksikan momen antara Kakek dan Cucu didepan pintu. Ada rasa bersalah dibenak mereka karena telah memperlakukan Aisy seperti orang asing, kecuali Abiel.

Aisy melepaskan pelukannya dan menatap Khalid. "Kakek kenapa? Kakek sakit?" Tanyanya.

"Kakek gak papa. Hanya saja Kakek sudah tua. Penyakit bisa datang kapan saja kan" jawab Khalid lemah.

"Kakek berharap kamu hidup bahagia, Nak" lanjutnya.

Perlahan air mata Aisy berhasil lolos membentuk sungai kecil di pipi Aisy. Entah mengapa ia merasa aneh dengan omongan Khalid barusan.

Tak lama Amel dan Dinda datang dan langsung duduk ditepi ranjang. Mereka berdua sudah mendengar kabar Khalid yang sakit dari Abiel.

"Kakek kenapa? Kok bisa sakit?" Tanya Dinda.

GUS & NING (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang