Pagi hari sekali, Fathan sudah rapih dengan pakaiannya. Ia akan menjemput Aisy dan membawanya pulang. Sebelum pergi, ia pamit kepada orangtuanya yang kebetulan sedang mengantar bahan makan.
"Kamu mau kemana?" Tanya Umi yang melihat Fathan berpakaian rapi.
Fathan tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Mau bawa menantu umi kembali. Assalamualaikum"
Setelah itu ia segera berlari dengan senyuman yang tak luntur, meninggalkan Uminya yang masih nge-bug.
"Tadi Fathan bilang mau bawa mantu Umi kembali. Sekar tadi ada di tenda sama Fatur. Berarti..." Setelah mencerna ucapan Fathan, Umi langsung tersenyum lebar dan memandangi anak bungsunya yang mulai menjauh dan tak terlihat.
"Semoga kamu berhasil membawa Aisy pulang, nak. Umi selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian" gumamnya pelan dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Fathan bersembunyi di balik pohon dekat rumah baru Aisy. Ia menunggu di sekitarnya sepi. Setelah dirasa sepi, ia segera mengetuk pintu rumahnya.
Aisy yang sedang mengelap meja, langsung memberhentikan kegiatannya. Ia mengerutkan keningnya bertanya siapa yang bertamu sepagi ini. Ia pun berfikir jika itu Gilang yang datang.
Saat pintu terbuka, tubuh Aisy terasa kaku bagaikan batu.
Deg
Detak jantungnya berdegup kencang melihat seseorang yang sangat ia rindukan.
Saat ia ingin menutup kembali pintunya, Fathan bergerak lebih cepat. Lelaki itu mendorong Aisy pelan dan ikut masuk kedalam, lalu mengunci pintunya.
Ia memojokkan dan menyangga kedua tangannya untuk menghimpit Aisy. Ia menatap Aisy yang tengah menundukkan kepalanya. Perlahan, ia mengangkat dagu Aisy lembut dan menatapnya intens.
Lelaki itu menghapus air mata istrinya yang jatuh membasahi pipi chubby Aisy. Ia memeluk dan berkali-kali mencium kepala Aisy dengan terus menggumamkan kata 'maaf'.
Fathan semakin mengeratkan pelukannya di bahu istrinya, takut melukai anaknya yang masih dikandung. Ia sangat merindukan pelukan seperti ini.
Aisy tidak munafik. Ia juga sangat merindukan pelukan hangat Fathan. Perlahan ia mulai membalas pelukan suaminya dan semakin terisak.
Fathan melepaskan pelukannya, menangkup wajah Aisy dan menatapnya penuh cinta dan kerinduan. "Maafin mas." Hanya kata itu yang mampu diucapkan Fathan. Ia kembali memeluk Aisy.
Saat Aisy ingin membalas pelukan Fathan, ia teringat sesuatu. Bukti Fathan yang bercumbu dan menghamili Tari. Ia melepaskan pelukannya secara kasar, membuat Fathan menatapnya heran.
"Kamu kenapa?"
Masih tak ada sahutan dari Aisy. Saat Fathan ingin memegang bahunya, Aisy langsung menghindar dan menatap Fathan tajam.
Hal itu membuat Fathan semakin bingung. Sedetik kemudian, ia memakluminya. Pasti istri cantiknya itu telah termakan dan terhasut omongan Tari.
Fathan menggendong Aisy ala bridal style dan membawanya ke sebuah ruangan yang ia yakini kamar Aisy. Perlahan, Aisy mulai berhenti memberontak, karena percuma tenaganya tak sebanding dengan Fathan.
Fathan membaringkan istrinya, sedangkan Aisy mengalihkan pandangannya kearah lain. Tangan kanannya ia gunakan untuk menangkup wajah Aisy, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk mengelus kepala Aisy.
"Mas akan menjelaskan semuanya"
Mendengar itu membuat air mata Aisy keluar untuk sekian kalinya. Fathan langsung menghapus air mata istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Fiksi RemajaAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...