Berita kehamilan Aisy ternyata sudah terdengar sampai ke telinga Tari. Wanita itu sangat marah dan mengamuk sampai menghancurkan semua barang-barangnya.
Rencananya untuk memisahkan Aisy dan Fathan semakin sulit saat mengetahui jika Aisy tengah hamil.
"Argh!!!"
Tari berteriak frustasi. Sedetik kemudian ia tertawa seperti orang gila karena telah menemukan cara untuk memisahkan mereka.
"Hahahaha!!!!! Lihat bagaimana caraku untuk memisahkanmu" ucap Tari penuh ambisi.
*****
Saat ini Aisy tengah duduk di teras sambil memakan buah-buahan, ditemani oleh ibu mertuanya. Sedari tadi ibu hamil itu tidak bisa berhenti makan. Dan tidak ada yang menghentikannya karena itu bisa membuat janin Aisy sehat.
"Umi tinggal ke dalam dulu, ya"
Aisy mengangguk sambil mengunyah buah yang di mulutnya. Saat asik makan, ponsel Aisy berdering menandakan ada seseorang yang menelponnya. Ia mengerutkan keningnya melihat nomer tidak dikenal yang menelponnya. Ia pun mengangkatnya.
Belum Aisy mengucapkan salam, seseorang tersebut menyelanya.
"Datang ke taman belakang jam tujuh malam"
Tut
Panggilan dimatikan secara sepihak. Aisy sangat penasaran siapa yang menelponnya barusan. Tapi yang ia pikirkan adalah mengapa orang tersebut memintanya datang ke taman belakang.
Terlalu larut melamun membuat Aisy tidak menyadarinya jika ibu mertuanya kembali. "Aisy" panggilnya membuat Aisy terlonjak kaget.
"Kamu kenapa? Bilang sama Umi" tanya Umi khawatir.
Aisy tersenyum tipis melihat ibu mertuanya yang khawatir pada dirinya. "Aisy gak apa-apa, Umi. Cuma pusing"
"Kalau begitu kamu ke kamar, istirahat"
Aisy mengangguk dan menuruti perintah mertuanya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit kamarnya. Firasatnya sudah tidak enak.
Ia menggelengkan kepala menepis pikiran negatifnya. "Ya Allah, pertanda apa ini?"
*****
Aisy datang ke taman belakang seperti yang diucapkan orang tadi. Perasaannya sudah mulai tidak enak dan khawatir.
Sesampainya di taman belakang, ia tidak melihat siapapun disini. Ia memilih duduk dan menunggu orang tersebut sambil mengeratkan jaket yang ia pakai karena udara yang cukup dingin.
"Ternyata kamu datang, Aisy"
Spontan Aisy berdiri dan melihat orang tersebut. Ia semakin mencengkram jaketnya saat melihat Tia dan Tari semakin mendekati dirinya dengan senyuman iblis mereka yang membuat Aisy takut.
"Tenang. Kita berdua bicara baik-baik sama kamu" ucap Tari membenarkan tatanan rambutnya.
"Kita punya pilihan untuk kamu" lanjutnya.
Aisy hanya diam menunggu kelanjutan kedua perempuan tersebut selesai bicara.
"Tinggalkan Fathan dan pergi dari sini maka bayi kamu akan selamat, atau kamu lebih memilih bertahan dan terus aku ganggu, lalu kamu akan kehilangan bayi kamu"
Sontak Aisy memegang perutnya yang masih rata saat mendengar ancaman Tari. Sekarang, ia benar-benar takut.
Ia tidak bisa memilih diantara dua pilihan itu. Ia tidak bisa meninggalkan Fathan, tapi ia juga tak mau kehilangan anak yang tengah ia kandung.
"Tenang saja. Aku sudah menyediakan rumah untuk kamu tinggali nanti. Semua kebutuhan kamu sudah aku siapkan. Jika kamu memilih meninggalkan Fathan, semua kebutuhan kamu sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu menyiapkan diri dan mental"
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Teen FictionAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...