17. Seseorang

29.9K 2.8K 117
                                    

Sudah satu bulan belakangan ini, hubungan Aisy dan Fathan mulai dekat. Tak ada kata canggung diantara mereka berdua.

Hubungan Aisy dengan Zahra sendiri juga tidak canggung lagi. Amel dan Dinda sudah mengetahui rahasia besar Zahra yang selama ini disembunyikan. Awalnya mereka berdua tidak menyangka, tapi akhirnya mereka mengerti.

Dan hari ini ada persiapan kegiatan di Pesantren dalam rangka Milad ke XX Pesantren An-Nur yang akan diadakan dua hari lagi. Acara ini mengundang banyak Ulama. Dan ada beberapa Santri luar yang dipilih untuk mengikuti acara ini.

Semua Santri disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang menghias panggung dan ada juga yang membersihkan seluruh wilayah Pesantren.

Ada beberapa Santriwati dan Ustadzah yang mengurus bagian konsumsi termasuk Aisy. Dan sekarang Aisy ditugaskan oleh Umi untuk berbelanja semua bahan-bahan karena bahan yang diperlukan hanya tersisa sedikit.

Umi juga meminta Aisy untuk diantar oleh Fathan. Sedari tadi Aisy sudah mengelilingi Pesantren hanya untuk mencari Fathan, tapi yang di cari tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Ini Gus Fathan dimana sih? Saat begini di cari gak ketemu, tapi biasanya selalu muncul tiba-tiba" dumel Aisy.

Aisy terus berjalan dan membalikkan sapaan Santri yang menyapanya. Sampai matanya menangkap Fathan yang berbincang-bincang dengan salah satu Santriwan. Aisy mengernyit heran, karena tadi ia tidak bertemu Fathan saat di dekat panggung.

Tanpa basa-basi lagi Aisy menghampiri Fathan bertepatan dengan Santriwan yang pergi.

"Assalamualaikum, Gus"

"Wassalamu'alaikum"

Fathan menoleh kearah Aisy yang terlihat lelah. "Ada apa?" Tanya Fathan.

Aisy tidak menjawab, melainkan celingukan mencari tempat duduk. Lalu ia melihat ada kursi kosong dan ia langsung mendudukinya. Kakinya sudah pegal karena sedari berjalan tanpa henti.

"Kenapa?" Tanya Fathan lagi.

Aisy mengatur nafasnya sejenak. "Disuruh Umi ngantar belanja bahan-bahan" jawab Aisy.

"Siapa yang saya antarkan?" Tanya Fathan. Aisy menunjuk dirinya sendiri.

"Yasudah, ayo!" Ajak Fathan.

"Sebentar, Gus. Saya baru duduk. Capek daritadi muter" keluh Aisy.

Fathan mengangguk paham. Ia berjongkok dan memijat kaki Aisy secara tiba-tiba membuat sang empu membelalakkan matanya.

"Gus! Kenapa kaki saya di pijit?" Ucap Aisy pelan.

"Katanya capek" balas Fathan.

"Iya. Tapi jangan kayak gini. Malu dilihat orang" balas Aisy.

Bagaimana tidak malu? Semua orang memperhatikan mereka berdua. Apalagi Fathan yang tengah memijat kaki Aisy.

"Gus, berdiri!" Titah Aisy.

Fathan mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa? Udah gak capek?" Tanyanya.

"Enggak. Udah ayo ke pasar" jawab Aisy. Padahal sebenarnya ia masih lelah. Tapi daripada dilihat orang mending berangkat kan?

Dari kejauhan, Amel, Dinda dan Zahra melihat interaksi mereka berdua. Mereka bertiga terkekeh geli melihat Aisy yang malu.

"Gak cemburu kan kamu?" Tanya Amel kepada Zahra.

"Enggaklah. Lagian aku udah move on. Yakali aku masih suka sama suami orang" jawab Zahra.

"Udahlah. Semoga saja rumah tangga mereka selalu bahagia" ucap Dinda.

GUS & NING (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang