Saat ini orangtua Aisy maupun Fathan sudah sampai di rumah sakit. Mereka sangat terkejut saat Abiel memberitahu mereka bahwa Aisy dibawa ke rumah sakit. Aisy juga sudah dipindahkan ke ruang operasi.
"Bagaimana bisa Aisy seperti itu?" Tanya ibu Aisy lirih.
Ibu mana yang tidak sakit melihat kondisi anaknya seperti itu. Apakah ini pertama kalinya Aisy mendapat perlakukan seperti ini. Diteror oleh seseorang.
Fathan menarik nafas sejenak. "Saya juga tidak tahu pasti. Tapi saat saya baru pulang, firasat saya sudah tidak enak. Saya pun pergi ke Pesantren untuk mencari Aisy, tapi Aisy tidak ada. Lalu saya mendengar suara keran yang menyala, tapi pintu itu terbuka. Saya masuk dan menemukan Aisy dengan kondisi seperti tadi" jelasnya.
Orangtua Aisy terkejut saat Fathan bersimpuh di depan mereka dengan kepala tertunduk. Dapat mereka lihat bahu kokoh Fathan bergetar menandakan sang empu menangis.
"Maafkan saya yang lalai menjaga Aisy" ucap Fathan pelan.
Melihat itu, Hafidz menyuruh Fathan berdiri dan memeluknya. Ia mengusap punggung Fathan untuk menguatkan menantunya itu. Semua orang tersenyum haru melihat ketulusan dan cinta Fathan untuk Aisy.
Hafidz melepas pelukannya. Ia menepuk bahu Fathan dan tersenyum bangga. "Kamu tidak salah. Ini semua takdir Allah" ucapnya.
"Sepertinya saya tidak salah mempercayai kamu untuk menyerahkan Putri saya kepada kamu" lanjutnya.
Tak lama operasi selesai dan pintu dibuka menampilkan dokter yang baru keluar. Semua orang langsung mendekati dokter tersebut.
"Bagaimana kondisi istri saya, dok?" Tanya Fathan.
"Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Kemungkinan istri bapak akan sadar beberapa jam lagi" jawab dokter tersebut.
Semua orang tersenyum dan mengucapkan syukur kepada Allah. Lalu Aisy pun dipindahkan ke ruang inap VVIP.
.
.
Sedangkan di taman belakang Pesantren ada Amel, Dinda, Zahra dan Abiel. Suasana disana bisa terbilang sangat sepi karena tidak ada orang yang berlalu lalang. Mereka tidak langsung ke Rumah Sakit. Bukannya mereka tidak khawatir, tapi mereka mendiskusikan sesuatu.
"Sebenarnya disini kita mau diskusi atau gimana sih? Daritadi kita saling diam" ucap Abiel yang mulai kesal.
Bagaimana tidak kesal? Sudah hampir satu jam mereka di taman dan berdiam diri tidak ada yang mengeluarkan suara dan memulai pembicaraan.
"Sabar dulu kali. Daritadi kita juga mikir" balas Dinda ketus.
Abiel memutar bola matanya malas dan tidak menjawab balasan Dinda tadi.
"Sepertinya yang neror Aisy bukan hanya satu orang, tapi lebih" ucap Amel membuat mereka menoleh kepadanya.
"Ada orang lagi yang gak suka sama Aisy. Dan orang itu adalah Santri sini" lanjut Amel.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" Tanya Abiel.
"Karena aku pernah lihat ada Santri sini yang natap Aisy sinis dan saat itu juga aku curiga sama dia. Lalu aku pernah ngikutin dia, ternyata dia pernah mengancam Aisy" jelas Amel.
"Terus ini gimana? Lebih rumit" sahut Zahra.
"Mungkin kita perlu seseorang untuk membantu kita" ucap Abiel.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS & NING (END)
Fiksi RemajaAisy Nasha Razeeta Seorang Ning yang cuek kepada laki-laki. Tapi suatu kejadian membuat dirinya dan kedua sahabatnya harus Pindah Pesantren. Awalnya, kehidupan Aisy penuh dengan kedamaian dan tentram. Tapi kepulangan sang Gus membuat Aisy harus meny...