DUA PULUH ENAM

1.3K 86 12
                                    

Nate mendorong pintu rumahnya hingga terbuka. "Mom! Mom, aku datang!"

"Mom sedang pergi." Annie muncul dari tangga sambil menguap. Wajahnya jelas terlihat lelah. "Lalu, bisakah kau tidak berisik? Aku baru saja menidurkan bayiku setelah dia terjaga sepanjang malam."

"Mom pergi? Ke mana?" tanya Nate sambil pergi menuju dapur untuk mengambil minuman dingin.

"Canterbury. Dia juga mengajak Dad."

"Canterbury? Kenapa tiba-tiba ke Canterbury? Memangnya mereka punya kerabat di sana? Kau tidak memberi tahu mereka kalau aku akan datang?"

"Justru setelah tahu kau akan menginap, Mom bilang akhirnya dia bisa beristirahat. Mom lelah karena membantuku sejak aku melahirkan."

Nate tidak menyahut. Ia tahu salah satu alasan Mom pergi pasti karena Mom tidak ingin bertemu dengannya. Kira-kira apa yang sudah Julian ceritakan pada kedua orang tua mereka?

Nate membawa pizza dan sayap ayam yang dibelinya ke ruang tengah. Ia juga menaruh beberapa kaleng soda di meja. Annie langsung mengambil sepotong pizza begitu Nate membuka kotaknya.

"Aah, wanita menyusui memang sering kelaparan," ujar Annie sambil mengunyah pizza-nya. "Berat badanku naik, sama seperti saat aku mau melahirkan. Kau tahu, rasanya aku baru saja menghabiskan semangkuk besar bubur kentang, tapi menit berikutnya aku sudah melahap dua porsi pasta."

Nate tertawa mendengarnya. Biasanya Annie sangat pemilih dalam hal makanan, jadi Nate kaget mendengar kakaknya itu mau memakan bubur kentang.

Annie menggelengkan kepala saat Nate menawarkan sekaleng soda. "Aku tidak boleh minum soda atau alkohol selama menyusui," katanya. "Oh ya, aku sudah mendengar tentang keributan saat aku baru melahirkan kemarin. Kalian akan berpisah—kau dan Julian?"

Nate hanya berpura-pura memilih-milih sayap ayam di meja. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

"Kenapa kau ingin berpisah dengannya? Memangnya apa yang sudah dia lakukan padamu?" tanya Annie lagi.

"Tidak ada," jawab Nate singkat.

"Jadi? Kau yang melakukan sesuatu?"

"Aku sedang tidak ingin membicarakan hal itu," jawab Nate kemudian meneguk sodanya.

"Kau tidak kasihan pada Julian? Dia sudah melakukan segalanya untukmu."

"Kenapa kau malah mengasihani Julian, bukannya aku? Kalau dia cukup peduli padaku, aku tidak akan mengambil keputusan seperti ini."

"Ya, ya. Kau memarahi Julian dengan mengatakan dia bersikap berlebihan saat dia memamerkan dirimu di depan orang-orang. Lalu saat Julian bersikap cuek, kau juga mengeluh dia tidak peduli padamu. Sebenarnya kau ingin dia bersikap bagaimana?" Annie mendorong lengan Nate dengan kakinya. "Tidak bisakah kau bersyukur karena mendapatkan pria sebaik Julian? Dia sudah melakukan segalanya untuk menuruti kemauanmu."

"Kau bicara seolah kau mengenal dia lebih baik," sungut Nate.

"Aku memang tidak lebih mengenal Julian, tapi aku tahu semua cerita tentangnya bahkan sejak sebelum dia menikahimu," balas Annie. "Kau tahu bahwa Julian belum pernah berkencan seumur hidupnya karena dia menunggumu?"

Nate mengernyitkan dahi ke arah Annie. "Apa?"

"Adiknya pernah bercerita waktu Mom dan Dad pergi berkunjung ke rumah orang tua Julian. Sepertinya waktu itu Julian belum kembali ke Britania Raya," tutur Annie. "Rick bilang ada banyak perempuan yang mendekati Julian. Bahkan teman-temannya berkali-kali mencoba membuat Julian untuk menghadiri kencan buta. Julian menolak dan mengatakan dia memiliki calon istri yang sedang menunggunya. Siapa yang tahu kalau perempuan yang sudah menjadi istrinya ini malah ingin meninggalkannya?"

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang