DUA PULUH TIGA

1.4K 93 19
                                    

Nate menoleh saat pintu ruangannya diketuk. Lily melongokkan kepalanya sambil menyeringai.

"Makan siang?" ajak Lily.

Dalam waktu singkat Nate, Layla, Penny, dan Lily sudah duduk di meja besar sambil menikmati makan siang mereka. Ibu Jenny juga ada di sana.

Nate mengunyah makanannya sambil melamun. Ia bahkan tidak khawatir saat mendengar Keith pergi menemani Alicia pergi kunjungan klien. Hanya Julian yang ada di pikirannya. Nate tidak tahu pada siapa ia harus berbagi keresahannya mengenai Julian. Teman-temannya tidak ada yang mengetahui keberadaan Julian, Nate juga tidak bisa bercerita pada Annie.

"Kalian tahu," bisik Penny setelah Ibu Jenny selesai mencuci peralatan makannya dan keluar dari pantry. "Kudengar Keith akan menikah."

Nate tersedak di luar kemauannya. Untung saja Penny hanya meliriknya sekilas.

"Kudengar wanita yang akan dinikahinya juga bekerja di kantor ini," lanjut Penny.

Nate meneguk airnya sambil bertanya-tanya dalam hati, bagaimana gadis ini bisa tahu begitu banyak hal mengenai orang-orang di kantor ini?

"Dengan Alicia?" sahut Lily. "Bukankah dia pernah bilang akan menikah tahun ini?"

Tanpa sadar Nate ingin sekali melemparkan protes pada Lily yang sembarangan menebak seperti itu. Namun, selain karena Nate masih sedikit terbatuk, ia juga tidak ingin membongkar rahasianya sendiri. Layla menepuk lengan Lily.

"Alicia memang akan menikah tahun ini, tapi dengan pacarnya yang desain grafis itu," ralat Layla. "Lagi pula, memangnya kau pernah melihat Keith dengan Alicia bersama-sama?"

Lily menggeleng. "Dengan perempuan lain di kantor pun tidak." Ia berdecak. "Perempuan di kantor ini bisa kalian hitung dengan jari. Memang, hampir semuanya lajang, tapi hanya kita perempuan-perempuan yang masih muda di sini—yang setidaknya umurnya tidak jauh dengan Keith. Siapa yang mungkin akan dinikahinya di kantor ini?"

"Ibu Miranda? Wanita itu terkenal sangat menyukai Keith, kan?" Penny mendengus menahan tawa. "Mungkinkah Keith hanya mengada-ngada mengenai rencana pernikahannya? Atau sebenarnya diam-diam dia menyukai salah satu di antara kita dan ingin mengetahui reaksi perempuan itu saat mendengar rencana pernikahannya?"

Setelah banyak berspekulasi, akhirnya mereka kembali ke ruangan masing-masing. Nate mengikuti Penny ke ruang marketing karena gadis itu akan memberinya cokelat. Tak lama kemudian Alicia kembali seorang diri dan pergi ke mejanya. Bu Jenny segera menanyakan perihal kunjungannya.

"Aku sudah menitipkan brosur dan kartu nama ke beberapa tempat yang kudatangi," jawab Alicia. Nate langsung melengos. Astaga, gadis itu membocorkan rahasia Keith dengan marketing lainnya.

"Kenapa kau hanya menitipkannya? Kalau begitu namanya bukan kunjungan. Kau harus menemui bagian purchasing atau siapapun yang berwenang dalam pengadaan barang," tegur Bu Jenny.

"Tapi aku mendapat kontak mereka," kata Alicia membela diri. "Aku akan menghubungi mereka nanti."

Nate kembali ke ruangannya lalu merenung di mejanya. Mungkin benar yang dikatakan Penny, Keith ingin tahu reaksi Nate. Atau pria itu ingin menekannya agar segera mengambil keputusan mengenai hubungan mereka?

Nate duduk di mejanya dengan gelisah. Dadanya masih terasa nyeri setiap kali mengingat ucapan Julian semalam. Rasanya lebih mengecewakan daripada saat Keith berteriak padanya tempo hari. Akhirnya Nate mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk Julian. Ia tidak akan sanggup menyampaikannya secara langsung.

Julian, sebenarnya ada hal yang sejak lama ingin aku sampaikan padamu.

Jari Nate terhenti. Ia tidak yakin bisa meneruskannya.

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang