SEPULUH

2.9K 102 17
                                    

Siang itu Nate baru kembali dari makan siang di luar bersama Layla ketika dilihatnya Pete sedang menutup sebagian pintu geser kantornya. Pete hanya melakukan itu setelah jam kerja berakhir dan sudah tidak ada karyawan di kantor.

"Ada apa? Kenapa gerbangnya ditutup?" tanya Nate sambil buru-buru menghampiri Pete.

"Kau belum mendengar beritanya? Ny. Carter meninggal dunia dan seluruh karyawan akan pergi melayat," jawab Pete.

Nate terkesiap. Ny. Carter adalah purchasing senior yang posisinya digantikan oleh Nate. Wanita tua itu sering membantu Nate dalam pekerjaannya melalui kolom chat. Pantas saja sejak kemarin chat beliau tidak aktif.

"Apa kau akan ikut melayat?" tanya Layla.

"Entahlah," jawab Nate ragu. "Aku ingin datang, tapi bagaimana kita akan ke sana?"

"Kalian bisa ikut bersama Keith. Dia membawa mobilnya hari ini," sahut Pete.

Tanpa sadar jantung Nate berdebar lebih cepat saat mendengar nama Keith. Nate segera pergi ke ruangannya untuk bersiap, Devi juga sudah merapikan mejanya. Namun, saat mereka keluar, Nate tidak melihat mobil Mini milik Keith. Alih-alih mobil Mini, sebuah mobil Ford berada di parkiran, dan mulai dimasuki oleh beberapa orang staf administrasi.

"Kalian tidak ikut?" tanya Keith mengagetkan Nate. Pria itu memberi isyarat agar mereka masuk ke mobil, sementara ia sendiri duduk di belakang kemudi.

Nate, Layla, dan Devi sebagai karyawan termuda duduk di bagian paling belakang mobil. Mereka pergi ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir pada Ny. Carter lalu satu per satu staf pulang, termasuk Layla dan Devi. Hanya beberapa staf senior termasuk Tn. Paul yang tetap tinggal.

Nate keluar dari rumah duka sambil memikirkan akan ke mana ia setelah ini. Apakah ia akan langsung pulang atau mampir membeli novel baru dan membacanya sambil menikmati kopi di kafe? Membayangkannya saja Nate sudah merasa senang.

"Hai, mau jalan-jalan?" tanya Keith yang tiba-tiba muncul dan menepuk bahu Nate.

Nate mengikuti Keith ke mobil Ford-nya lalu duduk di samping Keith. "Kukira mobilmu Mini."

"Ya, aku memiliki keduanya. Aku lebih sering memakai Mini dan hanya memakai Ford untuk urusan pribadi. Karena tadi aku harus membawa lebih banyak orang, jadi aku memakai ini," tutur Keith sambil melajukan mobilnya. "Oh iya, maaf jika tiba-tiba aku menciummu waktu itu. Kau tidak marah, kan?"

Wajah Nate memerah. Ia sama sekali tidak keberatan karena kecupan singkat Keith membuat desiran aneh di dada Nate setiap kali ia mengingatnya. "Tidak apa-apa."

Keith membawa Nate ke Hyde Park. Biasanya di sana ramai pengunjung, tapi kali ini sepi, mungkin karena bukan hari libur. Nate terkesiap saat Keith meraih tangannya dan menggandengnya menyusuri jalan di bawah pepohonan besar.

"Kenapa kau terlihat gugup?" tanya Keith.

"Suamiku tidak pernah menggandengku seperti ini saat berjalan," jawab Nate malu. Keith tidak bisa menyembunyikan senyumnya dan menggandeng Nate semakin erat.

"Kau tidak pernah menceritakan tentang suamimu," kata Keith.

"Karena tidak ada yang perlu diceritakan tentangnya," balas Nate.

"Tapi aku ingin tahu pria seperti apa yang beruntung karena bisa melihatmu setiap bangun di pagi hari."

Nate menunduk. "Aku tidak seistimewa itu. Jika aku memang istimewa, setidaknya dia akan mendahulukan diriku di atas apapun. Sepertinya selama ini aku yang berusaha dalam hubungan kami."

"Kau mencintainya?" tanya Keith sambil mengajak Nate duduk di salah satu bangku di bawah pohon ek besar.

Nate termenung. Ia tidak pernah mengerti perasaannya sendiri. "Apa aku bisa dikatakan mencintainya walau sering merasa terluka karenanya?"

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang