LIMA BELAS

2.5K 84 2
                                    

Nate membuka mata lalu memandang ke sekelilingnya. Ini bukan seperti kamarnya. Nate sempat terkejut karena ia sedang tidur sambil memeluk seorang pria yang aromanya berbeda dengan Julian. Nate mendongak. Dilihatnya Keith yang sedang terlelap di sampingnya. Pria itu pasti lelah setelah bercinta selama berjam-jam, walau ia sangat mengantuk.

Nate menyentuh dada Keith dengan telunjuknya. Keith memang memiliki gaya bercinta yang cukup keras sehingga Nate kewalahan. Nate juga tidak pernah mengira Keith begitu kuat dalam berhubungan seks. Rasanya ia sudah mencapai klimaks puluhan kali, sementara pria itu masih begitu bersemangat. Namun, Nate jadi berkesempatan mencoba posisi berbeda-beda yang belum pernah ia lakukan dengan Julian sebelumnya.

Keith tersentak lalu membuka matanya. Ia memandang ke arah Nate selama beberapa saat lalu tersenyum sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Ada apa?" tanya Nate bingung sambil menarik tangan Keith dari wajahnya.

"Aku tidak menyangka bisa terbangun dengan kau ada di sampingku," jawab Keith dengan wajah malu-malu. "Tunggu, apa aku masih bermimpi?"

"Tidak, aku benar-benar di sini." Nate mengusap wajah Keith. "Aku ke toilet dulu."

Nate bangkit lalu mencari dress yang tadi dikenakannya. Namun, Keith ikut bangkit lalu meraih bahu Nate.

"Untuk apa kau mencari pakaianmu? Kan aku sudah melihat seluruh tubuhmu," tanya Keith.

Nate paham, tetapi ia bahkan tidak pernah keluyuran tanpa pakaian di rumahnya sendiri. Begitu menemukan dressnya di lantai, Nate turun untuk mengambilnya. Namun, Keith menyambarnya, dan menyembunyikannya di balik selimut.

"Tidak perlu memakainya. Aku suka melihat tubuhmu secara langsung," kata Keith.

Nate pergi ke toilet dengan malu. Saat sedang berkemih, ia meringis karena rasa perih di selangkangannya. Astaga, kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa karena mereka terlalu bersemangat dalam bercinta atau bahan pengamannya tidak cocok untuk Nate? Nate hanya pernah bercinta dengan Julian dan tidak pernah mengenakan pengaman. Jadi, ia tidak tahu jika ia memiliki alergi seperti itu.

Nate keluar dari toilet dan berjalan menuju tempat tidur dengan tidak nyaman.

"Pukul berapa sekarang?" tanya Nate sambil meraih jam meja di nakas. "Haruskah kita makan siang?"

"Bisakah kita bermain-main sebentar lagi sebelum makan?" pinta Keith sambil mengusap paha Nate. Nate langsung merintih saat tangan Keith menyentuh bagian sensitifnya.

"Milikku perih," kata Nate.

"Kenapa? Apa aku terlalu kasar?"

"Entahlah."

"Kalau begitu, aku akan lebih pelan."

Keith menyibakkan selimut lalu membuka kaki Nate lebar-lebar. Namun, Nate mencengkeram seprai sambil mengaduh.

"Tidak bisa. Perih sekali," keluh Nate.

Keith kembali merangkak naik. "Lalu bagaimana? Kau tidak setiap hari bisa ada di flatku."

Keith mencium bibir Nate sambil memeluknya. Tiba-tiba ponsel di saku celana Keith berbunyi. Ia segera bangkit dan mencari celananya.

"Oh, ini kakakku," gumam Keith. Namun, teleponnya terputus sebelum ia sempat menjawabnya. Keith terlihat mengutik-utik ponselnya selama beberapa saat. "Hun, kakakku memintaku untuk membantunya. Jadi kita tidak bisa makan siang bersama. Maaf, ya."

"Kakakmu?" ulang Nate tanpa bisa menyembunyikan kecurigaan dalam suaranya.

"Sungguh." Keith memperlihatkan isi pesan yang ternyata memang dari kakaknya. "Aku tidak bisa menolaknya karena dia sudah banyak membantuku. Kita lanjutkan ini lain kali, ya?"

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang