ENAM

3.3K 106 2
                                    

Nate memandangi layar komputernya yang menunjukkan kotak chat yang berkedip-kedip, tanda pesan baru dari supplier yang ia kirimkan pesan tadi. Namun, pikirannya tidak berada di sana. Ia masih teringat tentang bagaimana Julian menyentuhnya, memanjakan seluruh bagian tubuhnya, memeluknya dan mengatakan bahwa pria itu mencintainya.

Cinta... apakah saat ini Nate juga sedang jatuh cinta pada Julian? Walau sudah tiga tahun berkomitmen sebagai pasangan suami-istri, kali ini Nate merasa seperti menjajaki tingkatan yang baru dalam hubungan mereka. Padahal, memangnya masih ada tingkatan yang lebih tinggi lagi dari menikah?

Nate mengernyit. Nyeri di perut bagian kiri bawahnya membuyarkan lamunannya. Apa yang salah dengan dirinya? Ini bukan sakit di lambung seperti yang biasa Nate alami. Apa Nate memakan sesuatu yang salah? Rasanya ia hanya sarapan roti pagi ini. Ia juga sudah mengirimkan pesan pada Julian, memberitahu mengenai rasa sakitnya. Namun, belum ada balasan dari suaminya.

Menjelang sore, rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang. Namun, setelah itu Nate malah merasakan keinginan untuk berkemih yang tak tertahankan. Ia akan terburu-buru ke toilet untuk berkemih, lalu terasa desakan ingin berkemih lagi saat ia berdiri, dan membuatnya duduk di toilet lagi walau tidak ada kemih yang keluar.

Aku tidak melihatmu sepanjang hari ini.

Nate memandang kotak chat dari Keith yang berkedip-kedip di layarnya. Ia menggigit bibirnya, memikirkan jawaban yang akan ia berikan. Nate tidak bisa mengatakan bahwa ia duduk di toilet sepanjang sore. Bahkan kini ia duduk dengan gelisah di kursinya karena tekanan untuk berkemih, sementara ia tidak memiliki toilet pribadi di ruangannya. Nate mengetikkan pesan balasan untuk Keith.

Aku sedang sakit perut.

Iya, kan? Awalnya Nate memang sakit perut hingga entah mengapa menjalar ke tempat lain.

Sudah minum obat?

Nate tidak menjawabnya dan memutuskan untuk mematikan komputernya. Lagi pula memang sudah hampir waktunya jam bekerja usai. Nate menyambar ponselnya lalu berlari ke toilet dan duduk di sana untuk beberapa lama sambil memandangi ponselnya.

Kenapa Julian masih tidak membalas pesannya? Padahal Nate mengirimkan pesan itu sejak pagi. Ia mengerti, bekerja di perusahaan periklanan menyita sebagian besar waktu Julian, apalagi sejak suaminya itu diangkat menjadi kepala cabang. Namun, tidak bisakah seorang kepala cabang memeriksa ponselnya hanya untuk dua menit?

Nate mengusap wajahnya. Kini ia bingung bagaimana ia bisa pulang. Perjalanan dari sini ke halte akan memakan waktu setidaknya lima menit, tapi dalam keadaan seperti ini Nate takkan bisa naik bus. Bagaimana jika tiba-tiba ia ingin berkemih di jalan? Ia takkan bisa menahan selama satu jam di dalam bus. Bahkan Nate tidak yakin ia akan bisa berjalan dari ruangannya ke depan jalan. Apakah ia harus memesan Uber saja?

Nate melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul enam sore. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum membersihkan diri dan akhirnya keluar dari toilet. Ternyata Devi sudah tidak ada di mejanya dan Keith sedang berdiri di depan ruangannya, membuat Nate tercengang.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Nate.

"Aku melihat lampu ruanganmu masih menyala dan kau tidak ada di dalam. Jadi, aku menunggumu," jawab Keith. "Apa kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja." Nate meringis saat keinginan untuk berkemih kembali mendesaknya. Ia buru-buru berlari ke kursinya. "Sebenarnya tidak. Aku... sepertinya perutku bermasalah."

"Kau ingin kuantar ke dokter? Ada klinik di dekat sini," tawar Keith.

"Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri nanti."

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang