TIGA

4K 147 7
                                    

"Hati-hati di jalan, Mom. Kabari aku jika sudah sampai di rumah," kata Nate sambil memeluk ibunya.

"Mom hanya pulang, bukan hendak pergi jauh," balas Mom sambil memukul punggung Nate.

Nate merengut. Tak lama kemudian Julian keluar dengan setelan jas abu-abu dan tas di tangannya lalu menghampiri Nate.

"Aku akan mengantar Mom lalu langsung berangkat ke kantor," kata Julian sementara Nate mengancingkan jasnya.

"Baiklah. Hati-hati," sahut Nate. Julian mengecup keningnya lalu masuk ke mobil bersama Mom.

Nate melambaikan tangan ke arah mobil yang perlahan bergerak pergi dari rumahnya. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Ia belum pernah terpisah seperti ini dengan Mom dan ia merasa sedih karenanya.

Nate kembali masuk ke rumah lalu membereskan sisa-sisa sarapan. Tidak banyak yang dikerjakannya hari itu, hanya menyapu dan mengepel, mencuci pakaian, serta merapikan rumah.

Selama ini Nate bekerja di kantor. Macam-macam profesi sudah ditekuninya sejak ia lulus sekolah. Biasanya ia hanya beristirahat paling lama sebulan sebelum memulai dengan pekerjaan yang baru. Namun, sudah tiga bulan ini Nate tidak bekerja dan hanya tinggal di rumah. Bukan hanya karena gaji yang diterimanya tidak seimbang dengan pekerjaannya yang bertambah, melainkan juga agar ia bisa lebih memperhatikan Julian.

Selama Nate menganggur di rumah, ia selalu ditemani Mom. Sekarang tinggal sendirian seperti ini rasanya sepi sekali. Nate pergi ke kamar untuk tidur siang. Ia mengantuk sekali karena tadi Tara dan Will berangkat kembali ke Newport pukul tiga pagi hingga Nate harus ikut bangun dan melepas kepergian mereka.

♤♡◇♧

Apa kau akan pulang malam lagi?

Ya, aku banyak pekerjaan.

Apa kau akan makan di rumah?

Nate memandangi layar ponselnya. Sudah tiga jam sejak Julian membaca pesannya, tetapi tidak ada balasan. Sudah pukul sembilan malam dan belum ada kepastian pukul berapa Julian akan pulang. Sudah beberapa hari ini Julian pulang larut—pukul sepuluh malam, pukul sebelas malam, bahkan semalam pukul dua pagi.

Sejak dulu Mom selalu mengajarkan pada Nate untuk menunggu suami pulang bekerja, tidak tidur sebelum suami tidur, dan tidak makan sebelum suami makan. Nate menuruti semua itu. Yang menjengkelkan, terkadang Nate sudah menahan lapar hingga malam, ternyata Julian sudah makan di luar.

"Menunggu Julian lagi?" tanya Annie saat Nate menghubunginya. "Biarkan saja. Dia kan sudah jadi kepala cabang, pasti pekerjaannya lebih banyak."

"Justru kan dia jadi punya anak buah. Seharusnya dia hanya mengawasi anak buahnya bekerja, kan? Untuk apa dia ikut lembur sampai malam seperti ini?" sungut Nate.

Annie tertawa. "Mungkin dia sedang ada proyek besar. Tunggu saja, nantinya kau akan ikut merasakan hasilnya."

Nate berdecak. "Bagaimana kabarmu? Mom bilang kau masih belum bisa makan nasi."

"Ya, aku masih merasa mual setiap mencium bau nasi. Aku bisa menggantinya dengan memakan ubi manis, buah, dan sayur. Kau juga akan merasakannya nanti jika kau hamil."

Nate menggigit bibirnya. Walau ia sangat dekat dengan kakaknya, ia tidak pernah menceritakan urusan ranjangnya.

Setelah itu Nate melamun di depan televisi. Annie hanya mengenal Julian yang selalu mengirim pesan dan menelepon Nate hingga pagi. Namun, kakaknya itu tidak tahu jika hal itu hanya bertahan selama setahun, setelah itu Julian seperti bersikap semaunya. Pesan dan teleponnya hanya jika ia dalam keadaan yang penting, bahkan terkadang ia mengaku sudah membaca pesan dari Nate, dan memutuskan untuk membalasnya nanti atau tidak dibalas sama sekali.

Nothing Better (Than You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang