Sedangkan Rose masih setia menunggu Julian kembali, Ia sengaja tidak memakan makan malamnya karena ingin menikmatinya bersama Julian, namun sudah hampir satu jam Julian belum juga kembali.
Rose berkali-kali menghubungi ponselnya tetapi tak ada jawaban, mengingat kejadian sebelum-sebelumnya membuat Rose khawatir pada Julian. Apa yang pria itu lakukan sehingga begitu lama? Apa Julian pergi dengan wanita lain? Ataukah pria itu mampir ke sebuah bar untuk minum? Rose merasa tersiksa karena tak dapat menyingkirkan pikiran-pikiran itu dari kepalanya.
Rose tak tahan lagi, Ia meraih jaketnya, berniat keluar untuk mencari Julian, namun sebelum sempat Ia pergi, Julian sudah lebih dulu tiba.
"Rose? Apa kau kedinginan?" tanya Julian melihat gadis itu mengenakan jaketnya.
Rose menghela nafas lega, lalu memeluk Julian erat.
"Ya, cuaca sedikit dingin."
"Kalau begitu sebaiknya naikkan saja suhunya, agar ruangan tidak terlalu dingin." ucap Julian yang masih membalas pelukan Rose.
Rose melepas pelukannya dan memperhatikan Julian.
"Ada apa?"
"Kau minum? Kenapa pakaianmu berbau alkohol?"
"Aku tidak minum, mungkin karena tadi aku bertemu klienku dan dia memesan beberapa minuman untuknya."
Rose masih menatapnya tak percaya.
"Kau bisa mencium mulutku jika tidak percaya." lalu Julian membuka mulutnya di hadapan Rose, sedangkan gadis itu menepuk lembut mulutnya yang terbuka.
"Aku percaya padamu." Rose berusaha melepaskan tangan Julian yang melingkar di pinggangnya.
"Apa kau masih tidak percaya padaku?"
"Aku percaya padamu.." ucap Rose lagi.
"Pasti masih tidak percaya." Julian menggendong Rose menuju sofa dan membawa gadis itu dalam pangkuannya.
"Julian.. Aku percaya."
"Rose, dengar.."
Rose menjauhkan wajahnya agar dapat dengan jelas menatap Julian.
"Apapun yang terjadi, aku tidak akan melepaskanmu." ucap Julian tiba-tiba membuat Rose tersenyum dan mengerutkan dahi.
"Aku serius, Rose.."
"Ya! Aku percaya ucapanmu kali ini. Sudah cepat bersihkan badanmu dan mari kita makan." pinta Rose yang berontak untuk di lepaskan.
"Tidak sabaran sekali, aku masih merindukanmu." Julian masih menggodanya bahkan tak mau melepas pelukannya.
Paginya, Isyana memutuskan untuk pulang. Ia datang seraya menangis dan memeluk sang ibu.
"Isyana, apa yang terjadi?"
"Bu, Julian ingin bercerai denganku." ungkap Isyana membuat sang Ibu membulatkan mata.
"Bercerai? Apa itu yang dia katakan padamu?"
"Ya Bu, aku sudah memintanya untuk memaafkanku, tapi dia malah minta bercerai dariku."
"Apa yang kau lakukan? Meminta maaf padanya? Kau tidak sepenuhnya salah Nak."
"Aku hanya ingin Julian memberiku kesempatan, Bu."
"Lupakan! Kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik darinya, pria yang lebih tampan bahkan lebih kaya darinya, kau bisa mendapatkannya Isyana!"
"Tidak Bu, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kami, aku ingin mempertahankan pernikahan kami." Isyana masih terus terisak.
"Isyana! Apa yang kau pikirkan?? Bukankah kemarin kau meminta supaya Ibu menyetujui keputusanmu untuk bercerai dengan Julian, lalu kenapa sekarang kau mengubah keputusanmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
FanficBermain-main dengan wanita sudah menjadi hal biasa untuk pria seperti Julian Smith, dan Ia tak pernah menganggapnya sebagai hubungan yang serius. Segalanya berubah perlahan ketika gadis bernama Roselle Myer masuk dalam hidupnya, kesabarannya menghad...