"Kau sudah kembali?" tanya Sarah Smith pada sang suami yang baru saja kembali, Tuan Peter Smith, atau yang lebih sering disapa Tuan Pete, ayah dari Julian Smith.
"Apa yang kau tahu Sarah?" tanya Pete seraya berkacak pinggang di hadapan sang istri yang tak mengerti.
"Apa yang kau tahu? Apa yang kau tahu apa maksudmu?" Sarah kembali melempar pertanyaan itu.
"Tentang rumah tangga anak kita, kau tahu yang terjadi dengan pernikahan Julian dan Isyana??"
"Ya, sedikit banyak aku tahu bagaimana pernikahan anak kita satu-satunya."
"Dan kau tak pernah ceritakan hal ini padaku?"
"Kau peduli tentang pernikahannya? Bukankah kau hanya menuntut putra kita untuk membahagiakan Isyana tanpa memikirkan perasaannya."
"Sarah, apa yang terjadi sesungguhnya?"
"Yang terjadi adalah mereka tidak bahagia. Aku tidak peduli pada Isyana yang juga tidak mempedulikan putraku, tapi aku selalu memikirkan nasib Julian."
"Kau bicara seolah mereka hanyalah sepasang kekasih yang hendak berpisah. Sadarlah, mereka memiliki anak yang harus mendapatkan kasih sayang keduanya."
"Jangan bawa cucu kita dalam masalah mereka, Ben masih memiliki ayah yang menyayanginya, bahkan memiliki kakek dan nenek yang peduli padanya. Bahkan ibunya sendiri tega meninggalkan dia selama seminggu tanpa menjenguknya."
"Meninggalkannya selama seminggu?"
"Dia menitipkan Ben padaku dan pergi ke Perancis untuk urusan pekerjaan, entahlah dia berbohong atau tidak. Namun setelah kembali, dia bahkan tidak menemui Ben lebih dulu, dan malah sibuk dengan urusannya. Bahkan aku tidak tahu keberadaannya disini dan terkejut ketika Julian memberitahuku."
"Apa Isyana tega melakukan hal itu..?" Pete sedikit ragu mendengar penjelasan sang istri.
"Lain kali, datanglah tanpa memberi kabar kepulanganmu dari Amerika. Kau bahkan tidak tahu jika di hadapanmu mereka berpura-pura bahagia."
"Kau bahkan tak tahu Julian menghamili wanita lain?"
"M-menghamili?"
Pete tersenyum kecut.
"Anak yang kau besarkan dengan manja itu begitu pandai memberi masalah dalam keluarga. Dia bahkan menghancurkan hidupnya sendiri."
"Jangan terus menudingnya dengan-"
"Sejak remaja! Dia selalu menyusahkan, kau terlalu memanjakannya hingga dia tumbuh menjadi anak yang kurang ajar."
"Dia bukan kurang ajar, hanya kurang mendapat kasih sayang dan dukungan darimu! Kau hanya terus menuding untuk setiap masalah yang dia lakukan tanpa pernah mau memahami mengapa dia melakukannya! Teruslah lakukan itu tapi jangan sekalipun peduli padanya!" Sarah tampak marah dan meninggalkan sang suami yang masih tertegun disana. Pria itu hanya menghela nafas dan mendudukkan dirinya di sofa.
***
Pagi-pagi sekali Sarah mendatangi apartemen Julian, namun putranya itu tak membukakan pintu untuknya, bahkan Julian sudah mengganti kode pintunya. Segera Sarah menghubungi sang putra.
Di rumah barunya, Julian terbangun karena mendengar Rose yang tengah muntah di kamar mandi. Segera Ia berlari untuk mengambilkan air untuknya, kemudian membimbing gadis itu duduk di kasur.
"Aku ingin teh hangat." pinta Rose yang di balas anggukan oleh Julian.
"Akan segera ku buatkan." Julian meraih baju tidur berbentuk kimono tanpa mengikat talinya, membiarkan dada berotot itu terlihat dan segera berlari kebawah, Ia terkejut ketika mendapati Leah sudah berada di dapur dengan pakaian tidur yang sangat minim.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
Fiksi PenggemarBermain-main dengan wanita sudah menjadi hal biasa untuk pria seperti Julian Smith, dan Ia tak pernah menganggapnya sebagai hubungan yang serius. Segalanya berubah perlahan ketika gadis bernama Roselle Myer masuk dalam hidupnya, kesabarannya menghad...