Kruyuk..
Rose merasakan perutnya yang lapar, bukankah sangat jahat jika Ia terus membiarkan dirinya kelaparan, sedangkan ada satu nyawa yang hidup juga dalam perutnya.
Ia mengingat betapa dirinya sangat ceroboh ketika melampiaskan amarahnya pada Julian siang tadi. Bahkan ketika pria itu membopongnya ke atas, Ia masih meronta untuk di turunkan. Rose merutuki dirinya, bagaimana jika tangan Julian terlepas dan membuatnya terjatuh, itu akan sangat membahayakan janinnya.
"Siapa yang dapat berpikir jernih ketika marah." ujarnya, lalu kembali mengusap perutnya yang lapar.
Ia melirik ke arah jam, pukul 11 malam. Dapat terhitung berapa lama Ia tak makan sejak tadi siang, dan betapa egois hanya memikirkan dirinya sendiri.
Ia jadi teringat kembali ketika Julian mengajaknya membeli kulkas baru untuk di letakkan dalam kamar, menurutnya untuk apa repot-repot meletakkan kulkas dalam kamar, toh sudah ada kulkas sebesar lemari di dapur. Kini Ia tahu jika kulkas itu akan sangat berfungsi.
"Huft..!" Rose menghela nafas.
Tok tok..
Rose menoleh pada suara ketukan pintu, apakah itu Julian?
"Nona Rose?"
Suara Leah rupanya, Rose berpikir haruskah Ia membukakan pintu untuknya.
"Ku bawakan makan malam untukmu, Tuan Julian sedang berada di luar." ujar gadis itu dari balik pintu.
Tampaknya Leah tahu apa yang di pikirkannya, segera Ia beranjak menuju pintu dan membukanya.
"Masuklah.." ujar Rose yang membuka sedikit pintu kamar agar gadis muda itu dapat masuk.
"Kau pasti lapar karena belum makan sejak tadi siang." Leah segera memberikan nampan dengan beberapa makanan di atasnya.
"Terimakasih Leah.."
"Nona sebaiknya segera memakannya."
Rose berjalan menuju sofa dan menikmati makanan yang Leah bawakan untuknya. Sedangkan Leah berdiri seraya memperhatikannya.
"Hati-hati Nona." ucap Leah yang melihat sang Nona makan dengan cepat.
Rose hanya mengangguk dan terus memakan makanannya dengan cepat.
"Terimakasih karena ingat jika aku belum makan.." ucap Rose di sela-sela makannya.
Leah terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri untuk bicara.
"Sebenarnya, Tuan Julian yang memintaku untuk naik dan mengantar makanan."
Ekspresi Rose berubah ketika mendengar Julian-lah yang meminta Leah untuk membawakannya makan malam.
"Julian?"
"Ya.."
...
Flashback On..
Setelah perbuatan memalukan yang Leah lakukan, rasanya begitu sulit meski hanya untuk berhadapan dengan sang Tuan yang menolaknya mentah-mentah. Leah berpikir jika sebaiknya Ia berhenti bekerja daripada harus membuat sang Tuan merasa tidak nyaman karena dirinya.
"Tuan.." Leah menghampiri Julian yang tengah menghisap rokok di halaman samping dimana terdapat sebuah kolam renang di sana.
Julian seolah merespon kedatangan Leah, Ia segera mengepulkan asap rokoknya, meletakkan rokok itu di sebuah asbak dan memperhatikan Leah yang begitu gugup di hadapannya.
"Aku ingin meminta maaf atas perbuatanku tadi, dan sekaligus ada hal yang ingin ku katakan padamu, Tuan."
"Lupakan. Tidak perlu membahasnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/239192851-288-k745080.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
FanfictionBermain-main dengan wanita sudah menjadi hal biasa untuk pria seperti Julian Smith, dan Ia tak pernah menganggapnya sebagai hubungan yang serius. Segalanya berubah perlahan ketika gadis bernama Roselle Myer masuk dalam hidupnya, kesabarannya menghad...