042 - Seperti tak Mengenal

2.5K 218 70
                                    

Udara pagi Malioboro begitu menyegarkan penciumannya, bahkan aroma gudek langsung menyeruak begitu Gio keluar dari hotel pagi-pagi, setelah sebelumnya mandi dan menyiapkan beberapa uang cast untuk dirinya menaiki kendaraan umum, mencari Saura

Melihat pedagang gudek di mana-mana membuat cacing-cacing di perutnya demo minta diisi. Tanpa pikir panjang tubuh yang menjulang tinggi itu melangkah menghampiri pedagang gudeg pinggir jalan, namun sebelum itu langkahnya terhenti ketika melihat sepeda motor berwarna pink jatuh di ujung trotoar. Laki-laki memutar arahnya, segera berlari kemudian membantu si empu pemilik motor dan membantu membereskan beberapa sayur yang jatuh di jalanan.

"Kaki lo luka." Melihat darah yang mengucur bebas dari lutut perempuan itu, Gio menuntunnya untuk duduk di kursi yang tersedia. "Lain kali hati-hati," katanya lagi.

Perempuan itu terlihat meringis lalu memandang Gio dengan decak kagum. "Terima kasih," katanya dengan senyum malu.

Mengangguk singkat, Gio beranjak pergi mendekati penjual asongan dan balik lagi dengan dua botol air mineral di tangannya.

"Gue cuci dulu ya lukanya?" kata Gio langsung berjongkok untuk membersihkan bekas luka di kaki perempuan itu.

"Shhh, pelan-pelan...," ringisnya membuat Gio langsung mendongak kemudian terkekeh ketika melihat perempuan itu memejamkan mata.

Anggap saja Gio gila, tapi melihat perempuan itu mengingatkannya pada sosok Saura. Matanya, hidungnya, bahkan bibirnya ketika mengeluarkan suara. Imut sekali.

Terlalu merindukan sosok Saura membuat Gio melihat sosok wanita itu dalam diri orang lain.

"Kenapa ketawa?"

"Gapapa." Gio bangkit dari jongkoknya. "Lutut udah bersih, sampe rumah tinggal lo kasih betadine dan hansaplast aja."

"Terima kasih lagi."

"Sama-sama," balasnya. "Kalo gitu gue langsung cabut aja ya?"

"Eh, tunggu!" Perempuan itu mencoba berdiri kemudian meringis membuat Gio kembali membantunya duduk. "Nama lo siapa?" kata perempuan itu setelah duduk kembali.

"Gio."

"Gue Mela."

Gio mengangguk. "Oke, apalagi?"

Menunduk dalam, Mela mencicit, "Mm, bisa tolong anter gue pulang? Kaki gue ... sakit banget."

Tanpa pikir panjang Gio mengangguk. "Ayo," katanya dengan tangan yang terulur.

Setelah tangannya diraih, cowok itu segera mendudukkan Mela di jok belakang sedangkan dirinya yang membawa motor Scoopy berwarna pink itu.

"Di mana rumah lo?"

"Lurus aja nanti gue kasih tau sembari jalan."

"Oke."

***

"Mau mampir?"

"Langsung aja deh, gue mau cari seseorang."

"Tapi lo bisa sarapan dulu di rumah gue. Udah ayo masuk," kata Mela, menarik pergelangan tangan Gio dan jalan tertatih menuju rumahnya. "Assalamualaikum, Bun, Yah!" teriaknya begitu memasuki rumah minimalis yang didominasi oleh warna putih.

Wanita paruh baya dengan rambut disanggul datang dan berkata dengan heboh, "Astaga Mela sayang kamu abis dari mana aja sih? Bunda sama Ayah khawatir nunggu kamu gak pulang-pulang."

"Mm, tadi gak sengaja jatuh di jalan Bun. Untung ada Gio, dia yang bantu aku tadi," kata Mela menunjuk Gio yang berada di sampingnya.

"Terus kamu gapapa? Aduh, kan, Bunda udah bilang biar anak itu aja yang beli sayur tapi kamu malah gak nurut gini, kan, jadinya!"

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang