09 - Kata Emeng terima kasih

2.7K 316 36
                                    

Saya berjanji akan memberikan vote, comment pada cerita GIORA

Hayoo, udah pada janji lho😗

Happy reading ya! Hihihi

Sikapku sekarang, adalah caraku untuk menyembunyikan rasa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sikapku sekarang, adalah caraku untuk menyembunyikan rasa ini

•••

“Udah beres, kan?” tanya Gio ketika melihat Saura menuruni tangga bersama kakaknya. Gadis itu memakai kaus berwarna maroon dengan celana jins setengah paha yang Gio yakini itu semua milik kakaknya.

Saura melangkah menghampiri Gio yang sedang duduk bersila di ruang televisi bersama Niza, di sampingnya ada si Emeng yang sedang tertidur.

“Emengnya udah Gio obatin?” tanya gadis itu sembari meneliti setiap inchi tubuh Emeng.

Cowok itu memutar bola matanya jengah. “Bego banget pertanyaan lo. Ya udahlah, nyokap gue yang ngobatin. Ngerepotin lo, udah sana pulang!” usirnya.

“Gio..., ” tegur Niza yang merasa jengkel pada anak bungsunya itu, “mulut kamu nggak bisa dijaga? Laki-laki kok mulutnya kayak cewek. Direm dikit gak bisa, hah? Apa perlu Mama beliin rem?”

Saura mengangguk setuju, memberikan dua jempolnya. “Bener Tante! Mulut Gio itu memang kayak cewek, atau lebih tepatnya kayak samyang, pedesss. Jadi lebih baik beliin Gio rem aja!” Saura memasang ekspresi yang menurut Gio alay, bahkan kedua tangannya mengibas-ibaskan wajah putihnya.

Tara dan Niza terkekeh bersamaan, “Kamu dapet dia dari mana sih Gio? Mama gemes liat Saura.”

“Polos banget otaknya sumpah! Jadi pengen gue kotorin,” timpal Tera kembali terkekeh.

Dengan wajah polosnya, Saura mengerjapkan kedua matanya. “Rara pengen dibawa ke rumah sakit?”

Seketika semuanya diam. ”Maksud lo apa sih? Kalo ngomong tuh yang jelas!” kesal Gio.

“Tadi kata Kak Tara, otak Rara pengen dikotorin, berarti kita harus ke rumah sakit dulu untuk potong kepala Rara buat diambil otaknya dan dikotorin?” Oke, Gio akui kalau gadis ini memang polos tanpa dasar pura-pura, dan saking polosnya membuat Gio merasa gerah menghadapi sifatnya itu. Lihat saja, bahkan kakak dan ibunya sudah tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah lugu Saura, sebenarnya apa yang lucu? Tidak ada.

“Rara jadi anak Tante aja ya mulai sekarang? Tante gemes,” ujar Niza disela kekehannya.

“Kal—”

“Nggak usah dilanjutin! Mending buruan deh lo cepet pulang, sana!” potong Gio, cowok itu seakan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tidak memotongnya.

Gadis cantik bermata bulat itu memanyunkan bibirnya. “Gio mah ngusir mulu tapi nggak mau nganterin. Ayok antar Rara pulang!”

Gio menatap Saura dengan tajam. “Pulang sendirilah! Enak banget lo ngomongnya seakan-akan gue supir! Udah untung gue bawa ke sini!”

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang