Vote dan comment sebelum membaca✨
Sowwy telat update🥺
Plis jangan berhenti baca di part ini, karena part selanjutnya bakal lebih seru dari ini🥺🔥
Happy reading!🦋
Rasa hangatnya membuatku hanyut, tapi seringainya membuatku takut
•••
Jantung Saura berdegup kencang, bahkan ketika bell istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Percayalah, ia setengah sadar melakukannya! Ia juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa seberani itu. Di awal berniat menghindar, malah berakhir dengan menciumnya. Saura tidak tau apa yang harus dilakukannya sekarang. Bahkan tadi, untuk memegang pulpen saja badannya sudah bergetar hebat.
“Ra, lo kenapa sih? Buruan pulang gih,” tegur teman sekelasnya yang kebetulan piket hari ini, Keysa. “Dari tadi lo ngelamunin apa sih? Sampe si Dara ninggalin lo gegara dicuekin.”
Saura menoleh. “Cuekin?”
“He’eum, lo dipanggil-panggil malah diem aja dari tadi. Ya udah tuh anak pulang duluan sama cowoknya, si Saga.”
“Keysa ngapain masih di kelas? Sendirian lagi.”
“Lo gak liat ini gue pegang sapu, gue piket Ra, lagian ada lo, jadi gak sendiri, kan?”
Saura mengembuskan napasnya pelan. “Keysa terlalu rajin,” ujarnya.
“Iya dong, gue! Udah ah yuk pulang!” Saura mengangguk, lalu mengambil tasnya berjalan bersama Keysa ke luar gerbang.
Sungguh, Saura masih terbayang dengan kejadian saat istirahat tadi, tapi sebisa mungkin ia melupakannya.
***
Saura mendesah malas ketika angkutan umum tak kunjung datang. Langit sudah mulai petang tapi ia belum sampai di rumahnya sampai detik ini.
Temannya, Keysa, sudah pulang beberapa jam yang lalu bersama sahabatnya dari kelas lain, dan mengatakan akan pergi hang out.
“Angkot nggak ada, taksi nggak ada, ojek nggak ada, becak nggak ada! Pada ke mana sih? Dikasih rezeki kok pada nggak mau!” Saura berdecak, “Indonesia udah pada kaya raya kali yah, makanya nggak ada yang mau jadi sopir angkot sama mamang ojek lagi.”
Saura bangkit dari duduknya dan memilih untuk pergi meninggalkan halte sekolahnya dengan cara berjalan kaki. “Siapa tahu temu ojek di jalan,” gumamnya.
Entah mengapa, jalanan sangat sepi saat ini membuat Saura bergidik ngeri ketika bayangannya tertuju pada kejadian beberapa tahun lalu. Gadis itu menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran buruknya.
“Aaaaa!” Gadis itu terjungkat kaget ketika ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Cewek itu menolehkan kepalanya untuk melihat siapa dalang yang membuatkan terkejut, dan ia kembali berteriak keyika tahu siapa yang memeluknya saat ini.
“TOLONGGGG!! IHH MAMAAAA! RARA DIPELUK ORANG GILAAA HUAAAAAAA!”
Orang berbaju rombeng dengan rambut gimbal yang Saura bilang orang gila itu mengeratkan pelukkannya membuat Saura menangis histeris sembari bergerak-gerak untuk mencari cara agar bisa kabur.
“IHH LEPASINNN HIKS!!!”
Tubuh cewek itu bergetar hebat dengan isak tangis yang terus keluar dari mulutnya, bahkan tangisnya semakin terdengar ketika ia merasakan rintik hujan yang mulai membasahi tubuhnya.
“Sayang, huh? Sayang?”
“RARA BUKAN SAYANG, LEPASIN!” Saura mencoba melepaskan tangan orang itu yang melingkar di perutnya. Namun nihil, pelukannya terlalu erat.
Bruk
“Buruan lari! Jangan lemah!” Di tengah guyuran air hujan yang semakin deras Saura berlari kencang dengan tangannya yang dipegang erat oleh seseorang yang telah menolongnya.
Masih dengan isak tangis yang tergugu, Saura masih berlari ketakutan mengikuti seorang lelaki yang sedang menarik tangannya erat.
Cowok itu membawanya masuk ke dalam sebuah gang sempit, lalu membalikkan tubuhnya saat suara tangis Saura kembali terdengar.
Cowok itu memeluknya, erat. Membuat Saura kembali terisak di pelukannya. ”Ma-mamaa hiks, t-takut...,” isaknya.
“Jangan nangis Saura, udah aman.” Suara itu, Saura mengenal suara itu, dan dengan cepat Saura mengurai pelukkannya lalu mendongak.
“G-Gio?” tanyanya lirih.
Gio mengangguk samar lantas mengusap puncak rambut Saura dengan lembut. “Pulang?”
Saura mengangguk cepat. “Rara takut....”
“Masih hujan, tunggu bentar,” ucapnya datar.
Saura mengangguk lalu kembali memeluk tubuh Gio dengan erat. “Jangan tinggalin Rara ya?”
“I-iya.” Tanpa Saura sadari, pelukannya di tubuh Gio membuat jantung cowok itu berdetak tak keruan. Namun berusaha ia tutupi dengan raut wajah datarnya.
Berbeda dengan Gio yang salah tingkah, Saura malah tampak biasa saja. Dalam pelukan Gio, gadis itu bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya, “Gio ngapain masih di sekolah?”
“Ekskul,” jawabnya singkat.
Saura mengangguk anggukkan kepalanya lantas semakin mengeratkan pelukannya pada Gio. Dan tanpa sadar, cowok itu membalas pelukan Saura tidak kalah erat.
“Gak usah nangis, ada gue,” ujarnya dengan lembut.
Untuk pertama kalinya, di tengah derasnya hujan, Saura bisa merasakan hangatnya sebuah pelukan, selain dari adiknya.
TBC
Hai, pendek ya?
Hehehe. Semoga syuka!💖Vote dan comment jangan lupa ya!
Follow IG aku @salwauralyra04
Stay tune gays!
Salam manis,
Wawa💚
KAMU SEDANG MEMBACA
GIORA
Teen Fiction"Kenapa jalang kayak lo bisa seenaknya keluar masuk hati gue, Ra?" Dahulu, Saura menganggap Gio adalah obatnya. Sampai dia sadar, bahwa Gio adalah racunnya. ••• [Mencoba selalu tertawa, walau hati terus terluka] Genre: young adult, teenfiction, roma...