034 - Selamat Tinggal Giora

2K 149 14
                                    

Sebagian orang memutuskan menikah untuk bahagia, dan beberapa orang lainnya memutuskan berpisah untuk bahagia. Jadi di mana letak bahagia yang sesungguhnya?

***

"Jadi ini cewek yang mau kamu kenalin ke Papa?" tanya Bayu menatap wajah anaknya dengan pandangan sulit diartikan.

Gadis yang sedari tadi ada di samping Gio memandang lelaki paruh baya di depannya dengan mata berbinar. "Serius Om? Kak Gio bilang mau kenalin aku ke Om?!" tanyanya heboh sendiri.

Bayu mengangguk lalu tersenyum. "Iya, katanya Gio lagi suka cewek. Om gak nyangka ternyata cewek itu kamu."

Gio mengepalkan tangan kanannya erat-erat. "Bukan di—"

"KAK GIO SUKA SAMA AKU? SERIUS KAK?" potong gadis itu dengan cepat, memandang Gio dengan senyum lebarnya. "Aaaaa, aku juga suka tau sama Kak Gio! Jadi mulai hari ini kita pacaran?" katanya, menggelayuti tangan Gio dengan manja.

Bayu yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, tersenyum maklum. Bukan kah masa remaja merupakan masa-masa di mana lagi suka-sukanya dengan lawan jenis? Bagi Bayu, tidak masalah Gio menjalin hubungan dengan gadis mana pun, selagi gadis itu baik, sopan dan tidak membawa anaknya ke hal-hal yang tidak benar.

Gio menghela napasnya pelan. "Kapan Mama dan Kak Tera pulang dari pasar?" kata cowok itu mengalihkan perhatian.

"Kak Gio jangan alihkan pembicaraan!"

Gio memandang gadis di depannya dengan tajam. "Ikut gue!" katanya, lalu menarik tangan gadis itu menuju taman belakang rumahnya.

Sedangkan Bayu yang melihatnya hanya mengangkat bahunya tak acuh, lalu berjalan masuk ke arah kamarnya.

"Kak Gio sakit...," rintih gadis itu membuat Gio melepaskan cengkalan tangannya dengan cepat.

"Maksud lo apa ngomong gitu di depan Bokap gue?" tanyanya to the point.

"Ngomong apa?"

"Gue suka lo dan lo suka gue!"

Talitha tersenyum lebar. "Kan, memang kenyataannya Kak Gio suka aku? Iya, kan?" kata gadis itu mengedipkan sebelah matanya.

"Mimpi!" sarkas Gio.

***

Suara keributan membuat Saura buru-buru turun dari kamarnya yang berada di lantai atas. Jantung gadis itu berdegup kencang ketika mendengar suara tangis adik bungsunya.

"Aldan kenapa, Bi?" tanya Saura panik sendiri. Ketika melihat Aldan sedang berontak digendongan Bi Alif.

"Mama sama Papa Rara lagi ribut, Aldan kaget waktu mau ke Papanya."

Jantung Saura berdegup kencang.

Ribut?

Ribut masalah apa lagi? Kenapa Mama Papanya selalu ribut, ribut dan ribut? Jarang pulang, sekalinya pulang selalu seperti ini.

Saura tersenyum miris, lalu tanpa berpikir panjang dia mengambil alih Aldan dari gendongan Bi Alif, lalu membawa balita itu menuju taman rumahnya, tempat di mana banyak hawan peliharaan keluarganya.

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang