017 - Saat Mos

1.9K 250 49
                                    

Vote dan comment sebelum membaca⚠️

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 Juli 2018

Cahaya matahari sangat menyengat pagi ini membuat gadis dengan rambut kepang dua itu mendengus berkali-kali.

Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke SMA dan mengikuti MOS. Dan semua peserta MOS sedang mengikuti upacara.

Saura menghembuskan napas lelah, cewek itu merasa diasingkan di tempat ini, karena memang hanya dia dan Dara murid dari SMP Galaksi yang sekolah di SMA Laksana. SMA Laksana adalah SMA yang berada di pinggir kota Jakarta, SMA swasta terbaik dengan predikat sekolah favorit. Jarak rumah Saura dengan sekolahnya yang memang jauh, karena memang itu keinginannya. Agar ia tidak bertemu kembali dengan teman SMP-Nya kecuali, Dara.

Dara adalah tetangga sekaligus teman masa kecilnya,  dan dari awal mereka memang berniat untuk bersekolah di sekolah yang sama. Namun pagi ini, Saura tidak menemukan Dara, sampai akhirnya dia merasa sendiri dan baris di barisan ketiga dari belakang saat upacara bendera sekaligus penerimaan siswa baru dimulai.

Saura jinjit untuk melihat pengibaran bendera di depannya, tapi nihil karena orang di depannya adalah orang-orang yang memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata.

Ck, kenapa sih yang tinggi-tinggi pada di depan sedangkan Rara yang mungil gini malah di belakang! Kesel banget!” gerutunya sambil membenarkan letak topi SMP-Nya yang miring.

Karena bosan hanya diam saja, Saura menengokkan kepalanya ke belakang dan terkejut menemukan seorang cowok tinggi sedang menatap ke lapangan upacara dengan mata tajamnya.

Ekhem, permisi. Boleh mundur dikit nggak?” tanya Saura hati-hati cewek itu sedikit takut karena jarak mereka yang menurutnya tealu dekat.

Merasa ucapannya tidak direspons Saura kembali berdeham. “Permisi?

Apaan sih?!” sahut cowok itu akhirnya.

Mundur dikit, kita terlalu dekat.

Akhirnya cowok itu mundur beberapa langkah membuat Saura mendesah lega. Pandangan Saura beralih pada kepala cowok itu yang ternyata tak menggunakan topi. Bisa-bisanya panas-panas begini tidak pakai topi? Tubuhnya tinggi pula. Kalau Saura tidak pakai topi sih tak apa karena tubuhnya yang mungil ditutupi oleh tubuh teman-teman di depannya.

Nih topinya buat kamu. Kamu tinggi terus nggak pakai topi, pasti panas. Kalau Rara sih pendek jadi tubuh Rara ketutupan sama tubuh mereka,” ujarnya sambil menunjuk orang-orang di depannya.

Cowok itu kembali melihat ke arah Saura dengan wajah bingungnya. “Apalagi?

Ini topi buat kamu,” ulang Saura menyodorkan topinya.

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang