"Kenapa jalang kayak lo bisa seenaknya keluar masuk hati gue, Ra?"
Dahulu, Saura menganggap Gio adalah obatnya. Sampai dia sadar, bahwa Gio adalah racunnya.
•••
[Mencoba selalu tertawa, walau hati terus terluka]
Genre: young adult, teenfiction, roma...
Saya berjanji akan vote dan komen banyak-banyak di chapter ini!
Nah lho udah janji🌚. Harus tepatin lho ya 🙃
Betewe bantu share cerita GIORA dong 🥺❤️
Happy reading!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasaku terus bersembunyi, hingga meruntuhkan hatimu yang terkunci
•••
Saura melongo menatap laki-laki yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya. Entah terbentur apa kepalanya sampai seorang Ardyan Gio Syakuillen bisa berubah 180 derajat.
Lelaki itu sedari tadi sibuk memperhatikannya, bahkan disaat bell masuk telah berbunyi Gio tak mau ke kelas dan menyuruh Saura untuk tetap di UKS dengan dalih kalau Saura masih butuh istirahat total. Padahal tanpa istirahat pun Saura tidak apa-apa, ini hanya terkena bola, bukan terkena baja!
Ingin rasanya gadis itu pergi ke kelas untuk melanjutkan kegiatan KBM-Nya yang tertunda, tapi apalah daya jika manusia bermulut samyang seperti Gio menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini.
Lalu yang paling mengesalkannya lagi, lelaki itu tak mengijinkan siapa pun untuk ikut menemani Saura, bahkan Dara yang notabene-nya adalah sahabat Saura, disuruh untuk kembali ke kelas.
“Giooooo...,” rengek Saura yang diberi respons berupa angkatan alis sebelah kanannya. “Rara bosen.”
Cowok dengan wajah datar itu segera menyimpan ponselnya di dalam saku celana, lalu menatap Saura dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.