035 - Sebelum pergi

2.1K 176 47
                                    

Aku pikir kamu adalah obatnya, tapi ternyata kamu adalah racunnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pikir kamu adalah obatnya, tapi ternyata kamu adalah racunnya

***

Pukul 2.00 subuh dring ponselnya berbunyi. Gio mendengus tapi tak mengurungkan niatnya untuk mengambil ponsel itu. Tanpa melihat nama, Gio mengangkat panggilannya.

“Halo?” katanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Gio, hiks.”

Suara tangis perempuan di sebrang sana berhasil membuat Gio terkejut bukan main, cowok itu melirik jendela kamarnya yang masih gelap, kemudian melihat rename yang meneleponnya di saat langit masih gelap ini.

Jantungnya berdegup cepat ketika melihat nama ‘Susah’ tertera di ponselnya. Dengan jantung yang meletup-letup, entah karena rasa marah atau gugup, Gio kembali menempelkan ponselnya di telinga.

“Hiks, Gio ... hari ini be-berat banget, hiks.”

Lagi, suara tangisan itu kembali terdengar begitu pilu. Tanpa sadar, Gio memegang dadanya yang entah kenapa terasa begitu sesak.

Cowok ingin menjawab, tetapi diurungkan ketika Saura kembali berkata dengan lirih, “Kenapa Gio bisa secepat itu lupain Rara?”

Gio diam. Cowok itu sempat lupa akan rasa sakit hatinya jika saja Saura tidak mengatakan hal itu. Gio tersenyum smirk, dadanya kembali sakit mengingat bahwa Sauranya tidak senaif yang dia pikirnya. Dia lupa, jika Sauranya adalah perempuan murahan, licik dan tidak tahu malu.

“Drama apalagi yang lo ciptain, Ra? Masih mau dikasihani?” Gio tertawa sumbang. “Gue muak banget, coowok lo banyak, jangan ganggu gue?” sambungnya.

Tidak ada jawaban dari Saura, bahkan suara isak tangisnya sudah hilang dan tak terdengar lagi.

“Kenapa diem? Tersind—” Gio melihat ponselnya, panggilannya sudah dimatikan secara sepihak. “Bangsat! Cewek murahan gak tau diri!” makinya.

Cowok itu menjambaki rambutnya. Gio marah pada dirinya sendiri yang masih dengan baiknya merasa iba pada Saura. Gio marah pada dirinya yang bisa-bisanya memikirkan gadis itu, dan Gio marah pada dirinya sendiri yang jantungnya masih saja berdetak kencang setelah apa yang dilakukan oleh cewek itu kepadanya.

Gio tidak mau tertipu lagi. Saura sudah cukup menyakitinya begitu dalam, sekarang giliran dirinya yang gantian menyakiti gadis itu.

***

Beberapa minggu telah terlewati, dan hari ini adalah hari di mana seluruh SMA Laksana melaksanakan Ujian Akhir Semester.

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang