037 - Luka

2.4K 199 185
                                    

Brak!

Ruang OSIS dibuka kasar oleh Gio. Cowok itu memandang Virgo dan Ara bergantian.

"Gio?!" Kaget keduanya.

"Lo apa-apaan sih buka pintu kasar banget? Tuh pintu bisa lepas!"

"Lo pikir gue peduli?" kata Gio tajam. "Gak usah basa-basi, Saura ke mana? Gue denger percakapan kalian."

Tangan Virgo mengepal. "Ngapain tanya Saura? Bukannya lo udah gak peduli sama dia?"

"JAWAB ANJING!"

"LO PIKIR LO SIAPA?! LO PIKIR GUE TAKUT SAMA LO?!" teriak Virgo tak mau kalah.

"Bangsat!"

Gio akan melayangkan satu tinjuannya di rahang Virgo, tapi buru-buru Tiara menarik Virgo dan mengalanginya, hingga sebuah tinjuan mengenai rahang Tiara.

Gadis itu meringis, tubuhnya melemas, bahkan dia merasakan asin di area mulutnya.

"GIO ANJING! LO APAIN TUNANGAN GUE BANGSAT?!" Melihat Ara yang sekarang duduk tersungkur dengan mulut penuh darah emosi Virgo melunjak naik. Cowok itu segera menghampiri Gio kemudian memberinya bogeman mentah.

"KALAU SAMPAI TIARA KENAPA-KENAPA GAK SEGAN BUAT GUE ABISIN LO SAMPAI MAMPUS!" murkanya ketika Gio tersungkur di lantai.

Virgo menghampiri Tiara, dia mengangkat tunangannya ala bridal style dan berlari menuju mobilnya, di UKS sekolah tidak ada siapa-siapa karena semua guru dan dokternya sudah pulang dari siang.

"JANGAN PERGI LO ANJING! URUSAN LO SAMA GUE BELUM SELESAI!" murka Gio dari ujung sana tapi langsung Virgo abaikan.

"Lo ngapain halangin gue, Ara!" teriak cowok itu ketika melihat darah segar mengalir dari mulut Tiara

"Gi-gigi gue cuma patah," katanya terbata. Rahangnya sakit, menyulitkan dirinya untuk buka suara.

"Ompong aja sekalian biar lo tau rasa!"

Tiara mendelik tajam.

"Tenaga cowok gak main-main, Tiara!"

***

"Mama egois!" teriak Aidan dengan napas memburu. "Dari dulu Mama selalu egois!"

"AIDAN!"

"Diem, Pa! Aku ngomong sama Mama bukan sama Papa!" teriaknya lagi, mata elangnya kembali menatap Dera dengan tajam. "Kalau Mama benci sama Ayah ya benci aja, gak perlu benci Kak Rara juga! Selama ini Kak Rara udah menderita, dia butuh Mama buat penopangnya bukan buat hidupnya makin rumit!"

Tubuhnya melemas, mata tajamnya berkaca-kaca. "Apa Mama ada disaat Kak Rara susah? Di saat Kak Rara diperkosa 4 orang dalam satu hari sekaligus, di saat Kak Rara hamil, bahkan di saat Kak Rara depresi Mama malah bawa dia ke rumah sakit jiwa! MAMA GAK PERNAH ADA UNTUK KAK RARA! Dulu aku diem karena aku masih kecil, tapi sekarang aku bukan anak kecil lagi, aku udah paham! Aku paham kalau Mama adalah Mama terburuk yang pernah aku temui!" Satu buliran air mata mengaliri pipinya. Dadanya terasa sesak mengingat saat-saat itu. "Dan sekarang semakin buruk karena membiarkan putrinya pergi ke tangan pria yang udah buatnya sakit."

Pandangan Aidan beralih pada Arkan yang diam menegang. "Papa mau cerai, kan, sama Mama? Silakan. Aku udah gak peduli sama kalian." Aidan menjeda kalimatnya. "Mama, Papa, Ayah ... semuanya sama. Sama-sama orang jahat yang biarkan anaknya hancur berkeping-keping!"

Aidan meluruh di lantai dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Dadanya terasa sesak seperti ditikam oleh ribuan pisau ketika mengingat kejadian-kejadian buruk yang menimpa Kakak perempuan satu-satunya. Cowok yang baru saja beranjak dewasa itu menangis sembari memukul-mukul dadanya.

GIORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang