22. Studio Musik

23 5 1
                                    

                                     🕉️🕉️🕉️

Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Berjuta memori yang terpatri dalam hati ini ...

Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa meski ku masih harapkanmu.....

...............

14.57

Juna mendengar suara dari studio musik itu, ia tau siapa yang bernyanyi ini. Suaranya lirih dan sedih sekali, cowok itu mengintip dari jendela.

"Sanis?"

Juna terkejut melihat Sanis duduk sendiri di sana. Juna menghampiri Sanis dan mengambilkan sebotol air di tasnya.

Mata gadis itu sembab dan menatap Juna sendu, Juna mengusap air matanya. Baru kali ini Juna melihatnya sangatlah lemah.

"Minum dulu,"

Sanis menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, tak ada jawaban darinya. Hati Juna masih bertanya-tanya. Wajah Sanis terlihat murung, Juna merasakan rasa sedihnya sangat mendalam.

"Nis Lo bisa cerita ke gue ..." Juna menatap gadis itu dan sedikit menyisir rambut Sanis dengan jarinya, merapikan anak rambut yang berantakan.

"Ayah ..." Lirihnya dengan tatapan kosongnya yang menatap keluar pintu.

"Ayah ? Ada a..ada apa?" Sanis menundukkan kepalanya lesu.

"Dia udah ninggalin guee," lirih Sanis yang membuat Juna terkejut dengan dikatakan Sanis.

Gadis itu mengedarkan pandangannya dan menunjuk ke arah jendela. Juna terkejut melihat perubahan Sanis yang tersenyum melihat ke jendela.

"Tapi dia ada disana Jun dan dia manggil gue." Sanis berdiri dari tempat duduknya, namun di tahan oleh Juna.

"Tunggu, gak ada siapa-siapa disana." ucap Juna yang menahan gadis itu untuk berlari menuju keluar studio.

Sanis kaget lalu menangis tersedu-sedu lagi, membuat Juna terkejut karena mendengar jawaban dari gadis ini.

"Gue ngerti Nis, tapi kendalikan diri Lo." Sanis menatap Juna lesu, Juna memberikan senyum hangat untuk Sanis agar ia bisa bangkit lagi.

"Nis mau gue anterin pulang? Kasian kakak Lo nyariin." ucap Juna halus dan membantu Sanis berjalan menuju parkiran.

"Iya Juna, gue mau pulang. Pulang ke rumah ayah." Jawabnya sambil merengek menarik tangan Juna.

"Gue mau ke rumah ayaah." Gadis itu ingin pulang ke rumah ayahnya sekarang, melihat keadaan keluarganya di rumah.

"Sanis oke, gue anterin ya. Kita harus nunggu kak Ras dulu."

"Tapi Jun ...."

"Sanis dengerin gue, tadi kakak Lo nyariin. Jadi gue minta dia kesini sekarang." Jelas Juna pada Sanis yang menganggukan kepalanya mengerti.

"Jun, rasa sedih ini gak bisa gue bawa sendiri. Gue pinjem bahu Lo buat bersandar sebentar ya."

"Apapun buat Lo." Juna menarik Sanis ke dada bidangnya, meminta menyalurkan semua rasa sedihnya itu.

"Nis, gue turut berdukacita." Bisik Juna pada Sanis yang masih belum menjawabnya.

"Rasanya baru kemarin gue peluk dia Jun, gue merasa dia kasih sayangnya masih untuk anaknya ini."

"Iya gue ngerti sekarang, kehilangan adalah hal yang menyakitkan." Jawab Juna seadanya ia pernah kehilangan seseorang tapi masih bisa kita lihat. Namun jika kita kehilangan seseorang telah tiada maka itu adalah hal yang menyakitkan. Tak bisa di lihat lagi tapi dengan rasa iklas kita bisa merasakan seseorang itu ada disini.

SaniscaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang