38. Bukan Playboy

16 2 0
                                        

🕉️🕉️🕉️

"Ayo angkat telponnya Nis," lirih Juna yang berharap agar Sanis mau mendengarkan penjelasannya itu, karena ia harus ke rumah sakit dulu. Sekarang ia harus menyelesaikan masalahnya itu.

Juna sampai di sekolah dan mencari keberadaan Sanis. Karena ini hari bebas setelah ujian tengah semester, jadi ada jam kosong di kelasnya itu.

Juna melangkah ke kelas dan melihat Sanis bicara pada David yang mengantarkannya ke kelasnya. Tanpa pikir panjang lagi cowok itu segera masuk ke kelas dan mengabaikan David yang menyapanya.

Salah dimana David sekarang, ia hanya membantu Sanis kan ya?

Juna masuk ke kelasnya melihat Sanis yang sedang bicara dengan teman-temannya. Tapi langkahnya di cegat oleh gadis yang terkenal julid dikelas.

"Jun, Lo udah kena virusnya si Allan kayaknya." tuding Dania pada Juna yang masih cengo entahlah dia salah apa tiba-tiba saja Dania menudingnya sebagai seorang playboy?? Gadis itu tetap menghalangi jalan Juna yang menatap Sanis yang masih bicara pada Kris dan Arra.

"Udahlah Lo ngaku aja! kemarin Lo jalan sama Pancali abis tu jalan sama Sanis terus juga kemarin sama Dinda. Dasar kau play boy ya, Lo jangan deketin Sanis lagi dia itu cocoknya sama David." Julidnya Dania lebih dari pada mulutnya Nikita Mirzani ya, guys.ಥ‿ಥ

"Gak! Gak bisalah, dia calon pacar gue." Dania kaget dengan apa yang Juna ucapkan, lalu ia menerobos masuk kelas dan duduk di sebelah Wisnu.

"Dari mana aja Lo?" tanya Wisnu sinis pada Juna yang menatapnya dengan tajam. Rasanya ia memang sedikit melanggar janjinya. Bukan sedikit ia melanggar janji itu dengan temannya ini.

"Sorry, karena dia sahabat gue jadi gak bisa gue tinggalin gitu aja." jawab Juna lesu dan tertunduk mengingat Dinda yang tak sadarkan diri dan di vonis amnesia oleh dokter.

"Gak apa-apa lagian dia kan sahabat Lo, itu yang harus dilakukan oleh sahabatnya." Kini Arra menyahutinya merasa iba pada Juna semua temannya salah paham mungkin dengan Juna.

Bel istirahat berbunyi semua anak menuju kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan itu.

"Nis, nanti kita pulang bareng ya." Ajak Juna pada Sanis yang menganggukkan kepalanya setuju. Dan duduk di sebelah Allan yang sedang fokus pada handphonenya itu.

"Tapi Lo yakin ?" tanya Dania pada Sanis lalu melirik kearah Juna yang tersenyum kecut. Juna tau kalau Dania adalah sepupu dari David, bukannya gimana tapi ya begitulah kira-kira ia tak di percayai oleh Dania.

"Woooi!?" Teriakan Indra juga pukulan meja membuat isi kantin sekolah itu terkejut mendengar suara dari cowok itu. Juna hanya mendengus lalu mengabaikan temannya. Indra yang berteriak itu hanya menahan malunya saja.

"Nis jangan mau dia kan play boy, Lo pulang sama David aja lah ya." Sanis hanya menghela napasnya gusar karena Dania mengatakan kalau Juna sudah jadi play boy seperti anak-anak di kelas.

"Tapi Dania, kan Juna udah bilang ya. Gue juga mau jenguk Dinda setelah ini." Jawab Sanis santai dengan hati yang menggebu itu yang sebenarnya terjadi.

"Ya, jangan khawatir. Juna bakalan bawa Sanis ke rumah sakit juga untuk jenguk Dinda." Jawab Arra yang dengan yakin pada Juna. Ia selalu memercayai sahabatnya pada Juna.

"Lan kenapa Lo diem aja ?" tanya iseng Wisnu yang melihat Allan yang sedang cemberut itu.

"Gue di putusin."

"Laah, biasalah ya. Lu sih makanya jangan main hati perempuan." Arra menyahutinya lagi, Allan hanya memutar bola matanya malas.

"Udah biasa dia kayaknya tuh." Jawab Dania juga yang mengatakan memang berita biasa saja sebenarnya. Lagian Allan play boy kelas atas gak ada obatnya.

SaniscaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang