🕉️🕉️🕉️Derasnya hujan membuat Juna dan Sanis berhenti di sebuah halte karena mereka ke sekolah menaiki motor, dan kemungkinan besar akan basah jika memakai jas hujan saja.
"Nis, gak apa-apa kok, juga sebentar aja sekolah kan ya." sambil menyondorkan jas hujan kepada Sanis.
"Trus Lo gimana?" tanya Sanis pada Juna yang tersenyum padanya.
"Enggak apa-apa kan lagi dikit ini kan sekolah kita, gak ada waktu lagi nis,"
Hujan mulai mereda Juna mengajak Sanis naik ke motornya lagi dan Juna juga tanpa mengenakan jas hujannya.
Juna menarik tangan Sanis segera ke koridor sekolah dan para murid murid berbisik dengan tatapan yang aneh, dan Sanis benar benar merasa aneh dengan tatapan mereka.
"Jangan peduliin," bisik Juna yang tetap berjalan berdampingan dengan Sanis dan masuk ke kelas mereka.
Sanis menatap langit yang mendung sekarang, sebentar lagi akan hujan dan ia harus mengurus beberapa hal bersama gurunya.
"Sanis," pak Iyan adalah guru khususnya di sanggar seni lukis taksu walaupun Wayan adalah seorang dokter bukan seorang guru, dulu ia memanfaatkan waktunya untuk melukis dan mengajar sambil menjalankan kuliahnya tentu saja ia sangat sibuk saat itu, dan ia sempatkan untuk mengabdi di sekolah alumninya.
Gadis itu tersenyum ramah pada gurunya, Wayan hanya tertawa melihat tingkah Sanis yang ragu-ragu untuk duduk di sebelah Juna.
"Katanya Sanis pacarmu Jun, suruh dia duduk dong. " Juna yang sedang serius dengan handphonenya itu tertegun mendengar pernyataan dari kakaknya.
"Sini," Juna menarik tangan Sanis yang duduk di sebelahnya tak lupa ia tersenyum manis pada gadis itu yang membuatnya merona secara tiba-tiba.
Wayan tertawa wajah Sanis yang merona karena senyuman dari Juna. Baru tau Wayan kalau Juna punya pelet sekuat itu, padahal Sanis teman yang sering ia bawa dan baru kali ini Wayan melihat mereka berdua canggung.
"Jangan ketawa cepetan!?" Tegur Juna yang melihat tingkah aneh dari kakaknya yang memutar bola matanya malas.
"Iya, dan kakak panggil kalian kesini itu untuk menyelesaikan suatu proyek kakak, kita tau kalian masih belajar juga tapi kalau di coba, mungkin ini sangatlah menarik."
"Lomba lagi Bli Yan?" Tanya Juna pada kakaknya yang menganggukkan kepalanya membenarkan hal tersebut, Wayan sengaja memanggil mereka untuk melanjutkan hobinya itu, dan meminta Sanis dan Juna untuk menghadiri acara seminar kesenian.
"Hmm jadi kalian tinggal datang ke acara seminar kesenian ini dan kalian praktek sejauh mana kemampuan kalian. Kalau kalian menyetor hasil praktek lukisan kalian ke sana, lukisan kalian akan di pajang di museum seni."
"Gimana Sanis ?" Tanya Juna pada Sanis yang dari tadi menyimak terlintas di benak Sanis untuk menjadi seorang pelukis dan seniman lukis. Mengingat dulu ia sangat ingin lukisannya di pajang di museum seni rupa.
"Sangat menarik, hayok Jun kita ikut aja lumayan kan ya, kalau seminar juga dapat sertifikat juga dan dengan sertifikat itulah nanti kita akan gampang masuk universitas nanti."
Melihat Sanis yang bersemangat membuat Wayan senang dengan generasi muda yang memiliki jiwa seni seperti Sanis.
Sanis menatap Juna dan setuju untuk ikut serta dalam kegiatan seminar itu, Juna senang melihat gadis itu senang.
"Kalian kesana hari Sabtu ya, nanti kakak kasik jadwalnya." Keduanya setuju dan berpamitan dengan pria itu. Melihat keduanya dekat membuat pria itu tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang terjadi pada adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saniscara
JugendliteraturI Ketut Arjuna Wiwaha, yang akrab disapa Arjun ini mengalami cinta terlarang yang sangat rumit untuknya. Namun seorang gadis datang membawa warna ke dalam hidupnya, dan memperbaiki dirinya yg terpuruk karena cinta terlarang. Apakah saniscara gadis y...