33. Keseriusan Juna

10 2 5
                                    

🕉️🕉️🕉️

Setelah seminar selesai Juna dan Sanis pergi ke sebuah galeri seni rupa yang ada di dalam hotel itu. Karena Juna tau jika Sanis sangat suka menikmati keindahan lukisan seniman luar maupun dalam negeri.

"Jun kita kesana bentar ya," ajak Sanis pada Juna yang menganggukkan kepalanya setuju dan merasakan hal seperti dirasakan oleh Sanis.

Beberapa menit kemudian terdengar suara dari handphone Juna yang ijin untuk menjawabnya. Sanis sibuk melihat beberapa lukisan disana dan Juna menjawab telepon dari kakaknya, seseorang mengikutinya dan berdiri di sebelah Sanis.

"Hay Putu." Sapa cowok yang menghampiri gadis itu yang terlihat bingung dengan sapaan namanya itu.

" Sapa cowok yang menghampiri gadis itu yang terlihat bingung dengan sapaan namanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh kok Lo tau panggilan nama kecil gue?"

"Lo gak inget ya sama toris itu, itu gue." Cowok itu memprotes lalu menghela nafas gusarnya karena gadis itu terlihat mengingat-ingat kembali.

"Ouuh, Lo ternyata si toris itu!?" David tertawa kecil dan menganggukan kepalanya,rasa heran Sanis membuatnya merasa gemas masih seperti dulu.

"Tega banget Lo, gak inget sama temen sendiri." Gumam David pada Sanis yang tersenyum padanya, terlihat Sanis sangat senang bisa bertemu dengan teman kecilnya.

"Kan udah lama banget kita gak ketemu, emang Lo kemana hah? Ngilang." Sanis hanya menyilangkan tangan di dadanya membuat David gemas.

"Hmm, bukannya lo tau kan ya. Setelah gue ada yang adopsi, gue pindah ke Belgia dan beberapa tahun gue belajar disana lalu karena ayah juga ada kerja di Indonesia jadi gue juga ngikut ke sini sama bunda."

"Pindah kesini? Bukannya sekolah Lo ada di luar  Bali?" David menganggukan kepalanya.

"Ya, karena ayah juga sudah pensiun kan ya. Jadi kita netap dirumah asli ayah dan gue juga  rencana pindah sekolah lagi karena bolak balik ngurus kakek juga." Sanis menganggukan kepalanya mengerti, memang Sanis tau jika cowok itu dari panti asuhan dan di adopsi lalu pindah ke luar negeri bersama orang tuanya.

"Sanis! Ayo pulang!" Juna menatap David tajam yang berdiri di sebelah gadis, lalu menarik tangan Sanis keluar dari galeri itu, tak peduli dengan Sanis yang melawan.

"Juna!?" David memanggil cowok itu yang terlihat menyeret Sanis paksa. Juna menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah David.

"Jangan kasar sama cewek!?" Tegas David yang melepaskan tangan Sanis dari cekalan kuat itu. Namun cepat-cepat Juna menepis tangan David agar tak menyentuh Sanis.

"Dia cewek gue, jadi terserah gue mau gimana. Bukan urusan Lo!?" Sanis kaget bukan main, dengan jawaban dari Juna sekian lama mereka menyembunyikan ini dari hadapan sekolah dan sekarang untuk pertama kalinya ia mendengar Juna mengatakan itu pada orang lain.

"Tapi Lo gak bisa main kasar sama dia walaupun dia pacar Lo!?" Sarkas David yang tak terima jika gadis itu menerima perlakuan kasar dari Juna yang mengaku sebagai pacarnya itu.

SaniscaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang