14. Masalah Sanis

27 7 0
                                        

Kak Ras menatapku curiga, ah tidak bagaimana ini ? Apa aku harus menceritakan semuanya pada mereka? Aku berjalan menuju kamarku, pulang dari kontes itu benar sangat melelahkan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Ras menatapku curiga, ah tidak bagaimana ini ? Apa aku harus menceritakan semuanya pada mereka? Aku berjalan menuju kamarku, pulang dari kontes itu benar sangat melelahkan hari ini.

Masih menunjukkan pukul 21.25 lumayan malam ternyata. Hari ini benar-benar merindukan sosok bunda. Aku lemah karena bunda sekarang.

Kak Ras datang ke kamarku dan berjalan menuju meja belajarku tempat aku duduk sekarang.

"Sanis, kamu tau apa yang aku takutkan selain kehilangan Bunda?" tanya kak Ras padaku. Aku menggeleng sambil menundukkan kepala.

"Aku takut kehilangan kamu Sanis." jawabnya pelan, aku menatap mata kak Ras dan tidak sama sekali ada kebohongan disana.

Aku memeluk tubuh kekar pria ini, aku menyayanginya sebagai kakakku. "Ya Sanis, kita keluarga dan kamu tau? Aku berhak tau masalahmu." lanjutnya lagi , memang dia juga harus tau tentang aku. Lagi pula aku blm menceritakan tentang diriku kepada kak Ras. Sedangkan Dita bahagia ketika tau kak Ras adalah kakaknya dan dia juga anak yang cerewet, katanya kak Raspati suka itu.

"Kamu waktu itu pulang dengan Pak Iyan?" tanya kak Ras padaku yang menatapku serius, aku mengangguk padanya. Aku masih ragu ini arah pembicaraannya kemana sebenarnya.

"Dita cerita sama aku kalau kamu itu pulang dengan basah kuyup, padahal gak hujan, Wayan juga gak tau kenapa kamu basah kuyup dan satu lagi kamu juga gak mau kasik tau dia masalahmu."

Aku menduga jika ini akan terjadi nanti, Dita akan mengatakannya pada kak Ras. Wajar saja sih, bagaimanapun juga mereka juga akan tau.

"Hmm sebenarnya akuu ... -" aku sangat ragu mengatakannya pada kak Ras.

"Ayolah Sanis." Mohon kak Ras padaku walaupun dia tau, jika aku enggan untuk menceritakan tentang ini padanya.

Aku tetap diam dan tak ingin menyakiti kak Ras dengan seseorang yang melakukan itu padaku.

"Cim, Sanis! Ayoo makan!?" Syukurlah kak Luna datang dan memanggil kami untuk makan malam. Kak Luna dan Kak Raspati baru datang dari tempat kerja sebagai dokter di rumah sakit dan pulang lumayan malam dan Dita sudah tidur sejak tadi.

"Mungkin besok ya, kita bahas ini.", kak Ras mencium keningku dan pergi ke dapur untuk memenuhi panggilan kak Luna.

Berusaha memejamkan mata aku tak bisa tidur malam ini. Aku harus bagaimana sekarang, lalu Juna ? Apa yang dia pikirkan saat ini ? Apa dia akan membenciku?

Aku menatap layar ponselku yang berdering, tengah malam.

Arjun's calling....

Aku dengan cepat pergi ke balkon untuk mengangkat telepon darinya. Aku masih ragu untuk bicara padanya. Aku menangis jika seperti ini bagaimana aku mengatakannya.

"Halo Sanis Lo baik-baik aja kan?"

Suara Juna terdengar dari sebrang sana, suaranya parau dan bernada khawatir. Aku ingat tadi aku menghindar darinya, aku enggan bicara dengannya juga.

SaniscaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang