🕉️🕉️🕉️
Sejak pagi Juna diam dan wajahnya terlihat sangat dingin dan datar, Wisnu akhirnya diam saja sambil menghela napasnya gusar karena sejak tadi ia tak di respon oleh temannya ini. Sejak tadi ia bertanya dan tak satupun respon yang baik dari Juna.
"Jun Lo kenapa sih?" Kesal Wisnu pada akhirnya yang cukup lelah bicara sendiri seperti ngobrol sama patung.
Juna hanya menggelengkan kepalanya dan menutup bukunya itu dan merapikannya setelah bel istirahat berbunyi, ia pergi ke luar kelas.
"Mending jangan ganggu dia," Sanis menjawab Wisnu yang heran karena sikapnya Juna yang sangat aneh.
"Lo apain dia nis?"
"Gak ada tuh,"
"Postingan kemarin kalik," jawab Allan yang datang ke bangku mereka mendengar percakapan mereka dan melihat Juna sejak tadi hanya diam.
"Kita mau ke perpustakaan kalian ikut?"
"Enggak deh," jawab Allan yang kembali duduk di bangkunya melanjutkan tidurnya. Sedangkan Wisnu menyumpal telinganya dengan earphone. Arra dan Sanis keluar kelas menuju perpustakaan.
"Nis, Lo duluan aja ya ke perpustakaannya gue mau ke toilet sebentar," Arra pergi ke toilet sementara mereka ingin mengembalikan buku dari sana.
Terlihat David keluar dari kelasnya yang membawa setumpuk buku catatan teman sekelasnya itu dari arah tangga, karena ia membawa setumpuk buku dan terjatuh berserakan di tangga.
Karena Sanis melihat David kesulitan jadi ia harus membantunya untuk membawa buku itu.
"Eh Lo ngapain? Jangan lah biar gue yang bawa itu."
"Gak apa-apa vid, biar gue yang tunjukin ruang gurunya." Sanis tersenyum pada David yang memberikan setengah buku catatan itu ke gadis itu, membagi dua agar tidak bertumpuk tumpuk. David tersenyum, entah senyum itu untuk siapa tapi itu terlihat licik sekali.
.............
"Juna nanti kamu sama Sanis ke ruangan saya ya."
"Iya pak," jawabnya pada pak Iyan guru seni di sekolahnya itu, dengan wajah datarnya tak seperti biasanya yang kita tau jika Juna itu anaknya sangat murah senyum.
Juna melihat Sanis yang baru saja keluar dari kelasnya dan turun tangga menuju perpustakaan dan ingin menghampirinya namun ia menghentikan langkahnya karena gadis itu bertemu cowok bule yang tersenyum kemenangan baginya.
Tanpa sadar Juna mengepalkan tangannya dan merasa emosi, tapi Juna berusaha agar tidak terjadi hal yang buruk dalam dirinya itu.
Semakin mereka berdua dekat semakin menjadi kesempatan juga untuk David kembali ke pelukan Sanis. Juna tidak boleh diam dia harus melakukan sesuatu agar Sanis menjauh dari cowok itu.
"Kak Juna, nanti pulang bareng lagi hayuk." Suara gadis itu membuyarkan lamunan Juna tentang David, ternyata Pancali yang bicara padanya.
"Hmmm....."
"Hayoo kak, gak apa-apa nanti sebelum pulang kita mampir makan siang dulu, aku yang traktir."
"Hayoloh kak, ini buat permintaan maafku soal Gungna kemarin."
Juna menghela napasnya gusar karena gadis ini selalu memaksa Juna padahal ia tak ingin menyakiti keluarga gadis ini dengan berhubungan dengannya.
.............
"Nis, Lo sibuk gak nanti ?" Tanya David pada gadis itu yang baru saja keluar dari perpustakaan.
Notifikasi handphonenya itu menandakan ada yang mengirimkan pesan dan itu bertubi-tubi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saniscara
Fiksi RemajaI Ketut Arjuna Wiwaha, yang akrab disapa Arjun ini mengalami cinta terlarang yang sangat rumit untuknya. Namun seorang gadis datang membawa warna ke dalam hidupnya, dan memperbaiki dirinya yg terpuruk karena cinta terlarang. Apakah saniscara gadis y...