16. Untuk Arjuna

32 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🕉️🕉️🕉️

Keesokan harinya, Juna melihat Sanis selalu di dekat ibunya yang masih menunggu untuk membuka mata. Juna menatap wajah Sanis yang kelelahan karena semalaman ia tak tidur, padahal Juna memintanya untuk tidur. Juna menatap wajah lekat dan merapikan anak rambut menempel di wajah Sanis.

"Eh Juna, sejak kapan lo disana?" tanya Sanis yang sadar ada yang menatapnya, Juna tertegun melihat Sanis yang membuka matanya tiba-tiba. Sanis melihat Juna sudah rapi dengan seragamnya, tasnya dan buku gambar di tangannya juga.

"Hmm, hari ini kita kan ada seleksi ke dua bukan ? Jadi gue kesini cuma mau jemput Lo dan kita seleksi bareng lagi." Sanis tersenyum masam dan menggelengkan kepalanya.

"Kayaknya gue gak ikut deh Jun," gumam Sanis pada Juna yang terkejut mendengarnya.

"Tapi Sanis kan mau majang karya Lo ya? Maka dari itu baru kemarin nama kita masuk seleksi kedua." Juna berusaha menjelaskan pada Sanis sekarang. Gadis itu tetap menggelengkan kepalanya lagi, mungkin Sanis sekarang memutuskan sesuatu hari ini.

"Iya sekarang gue harus nungguin Bunda, gue gak bisa ikut serta seleksi." jawab Sanis dan pergi ke taman rumah sakit. Niatnya Juna ingin berangkat ke pameran itu berdua dengan Sanis, makanya sekarang ia ada di rumah sakit.

"Sepertinya takdir berkata lain." ujar Sanis yang menatap langit biru cerah di pagi hari.

Rambut yang agak berantakan karena baru bangun dan menurut Juna ia masih cantik. Dan untuk takdir mungkin dia benar, Sanis memutuskan untuk disini bersama dengan ibunya.

Jika Juna di posisi Sanis pasti ia akan melakukan hal yang sama juga. Sanis sudah memutuskan untuk tidak mengikuti lomba itu.

"Gue akan ikut itu demi Lo Sanis." ucap Juna pada gadis itu yang menolehkan kepalanya ke arah cowok ini.

"Kenapa gue? Untuk sekolah, karena mengharumkan nama sekolah lebih penting sekali." jawab Sanis sambil tersenyum kepadanya, Juna setuju tapi ini untuk Sanis.

"Tapi ini buat Lo, waktu itu kan gagal jadi jegeg SMA Garuda Kencana, sekarang Lo harus jadi penerus seniman di SMA itu persis seperti Bli Yan." jelas lagi Juna pada Sanis yang menggelengkan kepalanya.

"Iya tau, tapi kalau tidak di ijinkan oleh semesta kenapa gue harus menolak. Gue cuma menjalankan sesuai yang di tuliskan takdir." Juna menatap Sanis yang tersenyum, harusnya ia tau keputusan Sanis.

"Jalani ini untuk sekolah dan diri sendiri Juna, bukan gue. Impian kita berdua sama, jadi Lo harus majang karya Lo disana. Untuk Sang Arjuna." Sanis menggenggam tangan cowok itu yang masih terpaku, Sanis menganggukan kepalanya sekali lagi untuk meyakinkan Arjuna.

"Ya untuk Arjunanya Saniscara." Juna berdiri dari bangku taman itu. Sanis yakin bahwa Juna bisa melakukannya untuk sekolah dan generasi muda nanti.

SaniscaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang