5

609 84 18
                                    

18 Februari 2021

Seungwan meletakkan secangkir teh yang baru ia sesap. Ia kini berada di sebuah sofa, berbincang dengan orang paling penting di keluarga besarnya. Siapa lagi jika bukan Lee Sooman. Keduanya tengah menikmati teh bersama. Saling berbincang dan berbagi cerita.

"Papa dengar, kau sudah mulai merambah ke saluran radio? Bagaimana perkembangannya?"

Seungwan tersenyum. Ia mengangguk. "Semua berjalan lancar, pa. Radio akan segera mengudara. Ketika semua terjadi, papa akan bangga pada putri papa yang lain."

Lee Sooman mengernyitkan kening. Ia merasa bingung dengan perkataan Seungwan mengenai putri yang lain. "Siapa yang kau maksud?"

"Lee Yerim, pa. Aku sudah menemukannya," jawan Seungwan tanpa lupa memberikan seulas senyum.

"Lee Yerim?" Sooman terlihat sedikit terkejut. "Bagaimana keadaan dia?"

Seungwan memasang wajah sendu. "Hidup Yerim sepertinya serba kekurangan pa. Aku menemukan dia ketika dia sedang mencari pekerjaan. Kebetulan, aku tau Yerim di sekolah dulu seorang penyiar radio sekolah. Akhirnya, aku menerima dia, pa."

Lee Sooman mengangguk lega. Entah mengapa ia merasa lega. "Bagus, Seungwan. Kerjamu sungguh bagus. Papa bangga padamu. Besok papa akan menemui dia di tempatmu."

"Oh? Jangan pa. Jangan sekarang. Dia masih enggan bertemu denganku. Jadi, tunggu dia untuk beradaptasi dengan keadaannya terlebih dahulu. Jika papa datang, aku khawatir dia memilih untuk mundur."

Lee Sooman terdiam. Ia terlihat berpikir. Entah langkah apa yang harus diambil. Mendengar penuturan Seungwan, hidup Yerim sepertinya begitu sulit. Ia menyesal membiarkan Jun Jihyun membawa Yerim pergi.

"Pa," Seungwan menggenggam tangan sang papa. "Aku pasti akan membujuk Yerim untuk pulang. Tapi, kita beri waktu sedikit untuk dia memahami kondisi dan situasinya."

"Baiklah, papa percaya padamu."

Suara tepuk tangan terdengar. Baik Seungwan dan Sooman menoleh pada sumber suara. Lee Joohyun masuk sembari bertepuk tangan yang diberikan penekanan di tiap tepukan, dan Lee Hoseok yang mengekori Joohyun dengan tangan bersedekap.

"Pagi-pagi sudah mencari muka di hadapan papa," cibir Joohyun.

"Apa maksud kakak?"

"Cih, aku benci wajah sok suci ini."

"Joohyun," tegur Lee Sooman. "Jangan bersikap kasar. Adikmu sedang berbincang biasa dengan papa sebelum bekerja. Kenapa kau malah mencibirnya?"

"Berbincang untuk mencari muka? Pa, apa papa percaya dengan setiap kata yang dia ucapkan? Dia itu munafik. Di depan papa berbicara apa, di belakang menjadi hal lain. Buka mata papa. Dia itu sedang bersikap manis untuk mendapatkan simpati dari papa!"

Hoseok hanya diam. Ia kali ini setuju dengan Joohyun karena mereka sempat mencuri dengar perbincangan Seungwan dan papa. Akan tetapi, ia enggan bersuara. Biarkan Joohyun yang berkoar. Ia memilih diam dan tetap menjaga wibawanya. Sementara Seungwan wajahnya terlihat memerah karena kesal.

"Kalian itu selalu saja berusaha untuk merusak hari-hari papa. Kenapa tak bisa akur sebentar saja huh? Sudahlah, kalian semua pergi dari ruangan papa. Bekerjalah. Biarkan papa sendiri."

Problematic Family {{BangtanVelvet}}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang