Park Jimin menghela nafas lega ketika ia menemukan Lee Seulgi. Duduk sendiri di bebatuan yang mengarah ke laut. Tidak, gadis itu tidak berniat bunuh diri. Hanya mencari ketenangan.
"Akhirnya ketemu juga," ujar Jimin lalu duduk di samping Seulgi.
"Aku belum ingin mati. Tenang saja," celetuk Seulgi pada Jimin. Hanya melirik sekilas lalu kembali memejamkan mata. "Tau darimana aku keluar?"
"Lihat," Jimin menunjuk ke atas kepala. "Di kepalaku ada antenanya. Saat kau keluar, antenaku bunyi."
"Ck."
"Tadi aku mau cek ke kamar. Tapi kak Joohyun tiba-tiba muncul. Sumpah ya, auranya serem. Rambut digerai. Tanpa ekspresi terus bilang. Seulgi keluar. Hi ..."
"Berlebihan ck."
"Lagi apa di sini?"
"Lagi masak."
Jimin tertawa. Jawaban asal dari Seulgi membuatnya tertawa. "Maksudku, kenapa di pagi buta begini kemari?"
Jimin melepaskan jaket yang ia kenakan. Lalu jaket itu diberikan pada Seulgi.
"Jangan berlebihan. Kau nanti bisa kedinginan."
"Kau juga bisa kedinginan Seul."
"Jangan sok romantis Jim. Please... Lagian matanya dibuka. Lihat. Aku sudah pake sweater."
"Ya kan biar tambah hangat Seul..."
"Sana pakai lagi," Seulgi menyodorkan jaket itu pada Jimin.
Jimin mengalah. Gagal romantis.
"Jim," beberapa saat setelah keheningan terjadi.
"Apa?"
Seulgi menoleh. "Nikah yuk."
"Hah?!!! Nikah? T-tapi kenapa? Maksudku, kenapa buru-buru. Kan kak Hoseok belum nikah. Nikung kak Hoseok kasihan. Nanti dia malah seret jodoh."
"Mitos. Maksudku ya... Ayo nikah. Kau mau kan?"
"Oh ya jelas. Aku tak akan pernah menolak tawaran itu. Bahkan kalau kau mengajakku untuk kawin sekarang juga nggak apa-apa."
Bugh
"Aduh! Sakit Seul..."
"Aku tidak minta itu. Aku mintanya nikah."
"Ya kan sama aja Seul."
"Tujuanku, kita menikah. Terus kita cari rumah sendiri. Kalau aku menikah, papa tak ada hak buat larang aku keluar dari rumah itu. Aku bakal pilih ikut suami aku. Aku sudah muak dengan lingkungan orang kaya."
"Jadi aku dimanfaatkan? Setelah nikah, pindah rumah, lalu? Itu tadi?"
"Kalau moodku baik. Yang jelas, yang utama itu menikahnya. Mau?"
Jimin menggelengkan kepala tak habis pikir dengan jalan pikiran Lee Seulgi. Ingin menikah agar bisa bebas dari rumah besar. Lucu sekali pemikiran kekasihnya itu.
Jimin meraih tangan Seulgi. "Aku harus memantaskan diri di depan papamu Seul. Agar papamu percaya. Kau perlu tau, kau itu kesayangan papa Lee. Pasti berat melepaskanmu. Jadi aku harus benar-benar siap dan matang."
Seulgi terdiam.
"Untuk urusan kau lelah dengan lingkungan toxic ini, ada aku. Aku akan hilangin lelahmu Seul. Umm... Nangi kita motoran yang lama sepulang dari sini. Refreshing. Mau?"
Seulgi mengangguk.
"Jadi bagaimana?"
Jimin terkekeh. "Tahan. Aku yang akan melamarmu. Harga diriku sebagai lelaki jatuh kalau kau melamarku begini," ujar Jimin lalu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic Family {{BangtanVelvet}}
FanfictionBerebut harta milik orang tua bukanlah hal yang tabu lagi di kalangan orang kelas atas. Meski orang tua masih ada, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang nomor satu dan mendapatkan harta yang paling banyak. Namun, apakah hal tersebut berlaku bagi...