Keesokan harinya. Suasana rumah besar itu menjadi sangat dingin. Meski dalam suasana yang tidak baik, Kim Seokjin beserta Min Yoongi tetap menyiapkan sarapan. Untuk semalam, mereka tidur sesuai kamar, kecuali Seungwan. Diam-diam ia tidur di sofa luar. Ia tidak berani tidur diantara Seulgi maupun Joohyun.
Yang pertama kali mendapati Seungwan tidur di sofa adalah Lee Yerim. Gadis itu segera membawakan selimut dan menyelimuti Seungwan. Yerim dan Rose. Keduanya berniat ke kamar mandi yang ada di bawah dan Yerim yang penakut membawa Rose untuk mengantarnya.
"Sejujurnya aku kasihan sama Seungwan. Dia korban juga kan?"
"Tapi dia juga jahat kan kak? Kenapa dia tidak mencoba untuk memberontak? Tapi ... Jujur aku juga tidak tega."
"Ya sudah. Kalau udah selimutin dia, kita langsung ke kamar mandi. Udah di ujung, yer.."
"Iya kak. Ayo."
Begitulah percakapan yang terjadi antara Rose dan Yerim sebelum pergi ke kamar mandi. Lalu orang kedua yang mendapati Seungwan tidur di sofa adalah suaminya sendiri. Meski kecewa, tak bisa dipungkiri jika Yoongi juga khawatir pada Seungwan.
"Bangun," Yoongi membangunkan Seungwan dengan nada yang dingin. Ia harus menunjukkan itu pada Seungwan untuk sementara ini.
Seungwan menggeliat terkejut. Yoongi tau ia tidur di luar. Tapi batinnya merasa kecewa. Yoongi terlihat tak khawatir sama sekali.
"Iya. Aku sudah bangun. Terimakasih sudah bangunin aku."
Yoongi mengangguk. "Mandi sana. Aku mau menyiapkan sarapan."
"Yoongi," panggil Seungwan.
Yoongi berhenti tanpa menoleh.
"Terimakasih selimutnya."
Yoongi heran. Kali ini ia menoleh pada Lee Seungwan. Istrinya tidur di luar tanpa selimut. Siapa yang memberinya selimut?
"Aku tak memberimu selimut. Bahkan aku baru selesai mandi dan berniat membuatkan sarapan. Lalu aku lihat kau tidur di sini. Jadi, aku bangunkan saja."
Lagi-lagi Seungwan merasa kecewa. Ia mengangguk lalu membereskan selimut yang sebelumnya menyelimuti dia. Tanpa lagi menyapa Yoongi, Seungwan menaiki tangga menuju kamar untuk mengambil pakaian dan mandi.
"Maaf..."
*
Rose dan Hoseok berjalan menyusuri hutan. Meski mereka masih dalam suasana hati yang buruk, namun misi tetaplah misi. Syarat kembali adalah menemukan semua kepingan demi kepingan teka-teki yang diminta sang papa.
"Maaf melibatkanmu dalam kekacauan ini."
Setelah sekian lama hening, Lee Hoseok membuka suara.
"Bagaimana perasaanmu?"
Hoseok heran. Harusnya ia yang bertanya demikian.
"Semua terbongkar kemarin bahkan fakta kalau kau selama ini diam dan rencana yang disusun oleh bundanya Seungwan. Bagaimana perasaanmu hari ini?"
Hoseok terkekeh. Namun kekehan yang ia keluarkan adalah wujud dari rasa frustasi.
"Dibanding cacat, lebih baik aku mati atau tidak pernah keluar dari pulau ini lagi."
Rose menghentikan langkahnya. "Apa yang kau katakan?"
"Kenapa? Apa ada yang salah?"
"Jangan mati."
Hoseok mengernyit heran. Kenapa dilarang? Toh itu lebih baik daripada menjadi tidak berguna.
"Ayo cari petunjuk lagi," ajak Rose lalu melangkahkan lagi kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic Family {{BangtanVelvet}}
FanfictionBerebut harta milik orang tua bukanlah hal yang tabu lagi di kalangan orang kelas atas. Meski orang tua masih ada, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang nomor satu dan mendapatkan harta yang paling banyak. Namun, apakah hal tersebut berlaku bagi...