17

453 60 15
                                    

Lee Seulgi membereskan barang-barangnya di kamar. Di sana ada sebuah lemari yang ketika dibuka dalamnua tidak berdebu. Lemari tersebut memiliki empat pintu.

Brak

Joohyun membuka pintu lemari paling ujung dengan sedikit kasar. Ia menata pakaiannya di dalam. Ia tak berniat menyapa Seulgi. Hanya melirik dan tau jika posisi Seulgi ada di bagian lemari dekat dengan dinding.

"Aku pakai yang di sebelahmu ya kak," ucap Lee Seungwan memecah keheningan.

"Hmmm."

Joohyun melanjutkan aktivitasnya setelah memberikan gumaman persetujuan untuk Seungwan. Entahlah. Aura kamar itu suram dan ia harus tinggal di dalamnya dalam waktu yang tidak sebentar. Sh!t.

Brak

Kali ini Lee Seulgi yang membuat lemari itu mengeluarkann suara yang keras. Ya, ia menutup lemari secara kasar dan melemparkan ranselnya ke atas lemari. Setelah itu keluar dari kamar itu.

"Kembali saat makan siang, Seul. Jangan ada bantahan."

"Ya."

Setelah menjawab perintah Joohyun, Seulgi keluar begitu saja. Hanya ada Seungwan dan Joohyun di kamar.

"Untuk makan siang ... "

"Suamiku yang akan masak. Kau dan suamimu urus untuk makan malam."

Seungwan tak bisa berkata-kata lagi. Ia bingung. Sungguh keadaan seperti ini bisa membuatnya mati karena canggung.

"Apa ... aku bisa diterima oleh Seulgi?"

Joohyun menghentikan gerakannya yang akan menutup pintu lemari. Ia menoleh pada Seungwan yang sudah menatapnya dengan tatapan ingin tau juga putus asa.

"Hanya dirimu sendiri yang tau jawabannya."

"Kak ... "

"Lee Seungwan," Joohyun menutup pintu lemari lalu bersedekap menghadap Seungwan. "Bukankah kau sudah tau awal mulanya? Kau juga seharusnya tau apa yang membedakan dirimu sendiri dan Lee Sooyoung. Kalian lahir dari rahim yang sama tapi kalian sungguh berbeda."

"Aku tidak melakukan apapun, kak Joohyun," Seungwan mengatakannya dengan suara bergetar. Tangannya mengepal dan matanya berkaca-kaca. "Apa kalian tak bisa tidak membenciku? Maksudku, kita tidak saling akrab. Tapi tatapan kalian padaku benar-benar seolah-olah aku menjijikkan dan harus dijauhi."

Joohyun menguraikan dekapan tangannya. "Di sini," telunjuknya menunjuk tepat di jantung Seungwan. Sedikit ditekan berkali-kali. "Seharusnya ada sedikit rasa iba. Lalu di sini," telunjuk Joohyun menyentuh pelipis Seungwan. "Seharusnya bisa kau gunakan untuk berpikir apakah hal itu benar atau tidak."

"Kakak dan Hoseok juga tau semuanya tapi memilih bungkam. Apa bedanya denganku?!"

Joohyun sedikit terkejut mendengar penuturan Lee Seungwan.

"Kakak terkejut kan? Aku diam saja bukan berarti aku tidak tau, kak."

Joohyun menyeringai. "Wah ... kau benar-benar menakutkan. Kau selalu diam dan tak mau membuka mulut kecuali untuk berkata-kata manis demi perhatian. Intinya, dengarkan aku. Kalau ada rasa simpati dari dirimu untuk Seulgi, sedikit saja. Kau tak akan seperti ini. Kemungkinan kita hanya akan saling bersaing dan saling cuek. Tidak akan ada tokoh yang terlihat malaikat namun hatinya iblis."

"Kak Joohyun. Aku tidak sejahat itu."

"Kau melakukannya kalau kau lupa."

"Dan kakak juga menyembunyikannya. Jangan bertindak seolah aku paling jahat."

Problematic Family {{BangtanVelvet}}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang