18

434 56 17
                                    

Lee Seulgi membiarkan angin laut memainkan rambutnya yang tergerai. Ia kini duduk di atas tebing. Melihat jauh pada laut yang tak berujung. Berharap dengan melihat birunya air lau membuat hatinya merasa sedikit tenang.

"Bayi besarku di sini ternyata."

Seulgi enggan menjawab. Membiarkan Jimin menyusulnya duduk di atas tebing itu.

"Ceritalah. Aku siap menjadi pendengar yang baik."

Seulgi terdiam. Ia masih belum ingin membuka suara.

"Mau mendengarkan musik? Ini," Jimin memutar lagu berjudul Blue & Grey. Setelah itu ia bersandar pada salah satu bebatuan di sana dan memejamkan mata. "Aku mau tidur. Bangunkan aku kalau mau pergi."

Seulgi masih diam. Sialnya, lagu itu diatur agar diputar terus menerus. Air mata yang awalnya Seulgi tahan-tahan akhirnya pecah. Seulgi menoleh ke arah Jimin. Lelaki itu sudah terlelap. Tidak terganggu dengan suara tangis Seulgi.

"Aku tidak tau akan tahan sampai kapan," ucap Seulgi begitu saja. "Aku muak melihat Seungwan. Sakit... marah... benci..."

Seulgi sesenggukan. Rasa yang ditahan-tahan selama beberapa waktu terakhir akhirnya tumpah. Pikirannya memutar kembali ingatan di masa kelabu. Ingatan saat mamanya sakit.

"Wanita jahat itu... pembunuh. Lee Ilhwa membunuh mamaku. Tapi aku hanyalah anak bodoh yang tak bisa bersuara. Kalau aku dulu bisa menghalangi mama minum teh sialan itu pasti mama masih hidup."

Seulgi mengusap air matanya dengan kasar. Ia lalu melihat kedua tangannya. "Sialnya, dua tangan sialan ini yang membantu mama minum. Aaarghhh! Brengsek semuanya. Demi harta semua rela bersaing dan menjadi iblis!"

Jimin menarik Seulgi. Menenangkan kekasihnya dalam dekapannya yang hangat. Jimin tau kisah itu. Jimin sering mendengarnya. Kali ini ia pura-pura tidur agar Seulgi bisa meluapkan segalanya.

"Aku di sini."

Jimin tidak banyak bicara. Fokusnya hanya membuat Seulgi tenang kembali. Menepuk-nepuk pelan bahu Seulgi yang bergetar hebat.

"Jimin... mama..."

"Kau tidak membunuhnya. Semua sudah digariskan takdir babe, jangan salahkan dirimu sendiri. Yang perlu dilakukan hanyalah waspada."

"Aku benci Ilhwa. Aku juga benci Seungwan."

"Seungwan juga belum dewasa sayang... pasti dia saat itu juga takut. Kalau kau tidak suka, cukup jaga jarak saja ya dengan dia. Jangan marah-marah. Nanti semua malah curiga. Kan bayi besarku ini pernah bilang, tidak mau menggiring opini tanpa bukti. Kalau sikapmu seperti ini, mereka curiga, mereka tau cerita aslinya tanpa ada bukti, kau bisa disalahkan loh..."

Seulgi mengangguk. Ia sudah mulai tenang.

"Ya mau bagaimana lagi. Mau aku ajak tidur di tenda, tapi tendanya sudah lenyap di tangan kakak sulungmu. Mau aku ajak pulang, ini lautan bukan kolam renang. Berenang ke pulau seberang yang ada kitanya bisa celaka. Kuat ya? Ada aku."

Seulgi mengeratkan pelukannya. Jika kalian berpikir gadis dengan kebebasan tinggi, gaya tomboi dan cuek ala Seulgi bisa semuanya sendiri, kalian salah. Seulgi memang tangguh. Tapi dibalik sosok tegar dan tangguh ada seorang lelaki yang selalu setia dan memberinya ketenangan. Park Jimin. Dari mendekati seperti ingin berteman hingga berusaha keras meluluhkan hati Seulgi. Semua Jimin lakukan. Semuanya membuahkan hasil karena saat ini seorang Park Jimin adalah kekuatan bagi Lee Seulgi.

"Jim, kurang erat."

Jimin terkekeh. Tidak salah ia sering menyebut Seulgi adalah bayi. Karena ketika Seulgi dalam mode manja, tingkahnya seperti seorang bayi bagi Park Jimin.

Problematic Family {{BangtanVelvet}}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang