6

570 76 38
                                    

27 Februari 2021

.

.

.


Lee Hoseok mengamati apa yang dikerjakan wanita cantik yang ia temui. Terlihat, wanita itu sedang menyiapkan minuman. Wanita itu berdiri di dekat mesin kopi. Setelah beberapa saat wanita tersebut berbalik dan berjalan menuju ia duduk.

"Kemampuanku melukis latte ini tidak seburuk saat itu," ujar Roseanne Park sembari meletakkan sebuah cangkir berisikan latte dengan lukisan love yang retak.

Hoseok menaikkan sudut bibirnya. "Lukisan itu masih tetap buruk," ia melirik Rose dengan americano di tangannya. "Kesukaanmu masih sama."

Rose hanya tersenyum miring.  "Apa yang membawamu kemari lebih awal? Aku sudah mengatakan design yang aku pinta. Apa kurang jelas?"

"Ini bukan tentang pekerjaan," Hoseok menatap lekat ke arah Rose. "Apa maksudmu mengirim text seperti itu padaku?"

Rose terlihat berpikir. "Bukankah kau menunggu jawabanku? Aku mengirim pesan yang berisi pilihanku. Aku salah?"

"Bukan itu," jawab Hoseok dengan cepat. "Kau, Rose atau Rosie?"

Rose tak jadi meminum americanonya. Ia menyilangkan kaki dan meletakkan cangkir yang sebelumnya ia pegang. Ia ingin fokus pada Lee Hoseok.

"Untuk apa kau bertanya jika sudah jelas jawabannya."

'Sudah lama aku menunggu saat dimana aku bisa bertemu denganmu lagi. Ternyata kau tak berubah. Tak perlu khawatir karena aku selalu mendoakan untuk kesengsaraanmu.'

Rose tersenyum mengingat kalimat yang ia kirim pada saat Hoseok akan tidur.

"Kau menyumpahiku? Bahkan kau mengirim itu saat aku akan tidur."

"Aku anggap itu kutukan, Lee Hoseok. Dengan project ini, aku bersyukur bisa melihatmu lagi. Jadi aku bisa melihatmu sengsara suatu saat nanti. Karma itu bekerja."

"Apa kau diajarkan untuk menyumpahi seseorang? Apa hidupmu setidakberguna itu sampai kau ingin melihat orang lain sengsara? Kau psycho? Lalu, apa yang kau rencanakan huh?"

Rose terlihat tenang. Ia tersenyum. "Aku tidak merencanakan apapun. Biarkan karma itu bekerja sendiri. Kau pikir, perjuanganku saat itu hanya untuk melihat orang lain sukses menggapai ambisinya tanpa menoleh diriku? Kau pikir apa yang aku korbankan saat itu hanya untuk melihat mama orang lain tersenyum karena anaknya sukses? Kau pikir aku batu...?" Kalimat yang terlontar dari mulut Rose melirih saat kata batu keluar.

Hoseok terdiam. Bayangan di masa lalu kembali berkelebat.

"Ingat. Jangan pernah kau katakan kalau kau mencampakkanku. Tidak. Aku yang mencampakkanmu."

Suara Rose saat itu terdengar begitu jelas. Ia mengepalkan tangan.

"Sejak itu, aku semakin giat belajar. Aku akan membuktikan kalau aku bisa. Aku bertahan dan melanjutkan hidup yang lebih baik tanpa siapapun di sisiku. Seperti yang kau lihat, aku yang sekarang berbeda dengan aku yang kau kenal. Rose atau Rosie, pada dasarnya orang yang sama."

"Kau..."

"Meski aku sudah sukses, melihatmu yang acuh di pertemuan pertama kita saat rapat, membuat luka itu terbuka dan semakin sakit. Maka dari itu Lee Hoseok... aku berharap dan selalu mendoakan kesengsaraan datang padamu."

Hoseok kesal. Ia berdiri berniat meninggalkan Rose.

"Tetaplah begitu Lee Hoseok," ucap Rose tanpa menoleh membuat langkah Hoseok terhenti. "Tetaplah jadi boneka yang selalu menuruti kata mamamu. Dan kau, akan kehilangan kebahagiaanmu sendiri.

Problematic Family {{BangtanVelvet}}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang